“Polisi bilang pelakunya tidak kidal!”
“Kau serius?”
“Bahkan Polisi bilang pelakunya lebih dari satu! Wah gila, aku merasa tidak aman sekarang, haruskah kita pindah sekolah?”Mencoba untuk fokus pada kuis di buku matematikanya adalah hal yang sulit saat ini bagi Haera berhubung investigasi dari polisi sudah keluar dan menyebar begitu cepat ke seluruh penjuru sekolah bak serangan virus
Tiba-tiba sebuah musik klasik mengalun lembut di telinga Haera dilengkapi dengan sebuah benda yang kini menyumpal kedua lubang telinganya. Gadis itu terperanjat dan mendapati Lee Jeno—laki-laki yang kini sibuk memasukkan kedua tangannya pada saku celananya sembari tersenyum tipis pada Haera
“Lee Jeno..”
“Hei jangan menatapku seperti itu, matamu bisa lepas..” Jeno terkekeh pelan, laki-laki itu menyerahkan MP3 playernya pada Haera yang dibalas oleh tatapan penasaran oleh sang gadis “Pasti sulit fokus kan? Mendengarkan musik klasik akan membuatmu lebih mudah fokus.”
Selama beberapa detik, netra teduh milik Jeno bertabrakan dengan netra penasaran milik Haera, laki-laki itu tersenyum lebar kemudian, memamerkan matanya yang ikut tersenyum, sebelum akhirnya keluar meninggalkan kelas Haera
“Lee Jeno? kenapa dia?” tanya Yeri yang sedari tadi memperhatikan kepergian Jeno yang entah datangnya dari mana
“Sepertinya—aku harus ke toilet sebentar..” Haera meletakkan earphone dan MP3 yang Jeno berikan, gadis itu berjalan kearah tolilet, membasuh wajahnya yang sejak tadi terasa memanas
“Bukan itu orangnya? Moon Haera, dia kan?”
“Sepertinya benar, wah dasar gila..”
Haera membalikkan diri ketika dua orang gadis dibelakang tengah menyebut namanya dalam konotasi yang negatif, kedua gadis itu terus saja berbisik dan menatap rendah kearah Haera
Tidak mempedulikan kedua gadis itu, Haera melenggang keluar dari dalam toilet, menyusuri koridor yang kini terasa sesak oleh siswa yang sibuk berbisik dan memadati majalah dinding yang entah ada hal apa yang kini menarik perhatian mereka
“Hei Moon Haera!”
Haera tersentak ketika gadis itu membalikkan badan dan mendapati Yiyang bersama dengan beberapa orang temannya tengah menyilangkan tangannya didepan dada sembari berjalan mendekat kearah gadis itu
“Selain anak haram, ternyata kau juga pembunuh..” Yiyang seakan menekan kata terakhirnya dengan lemah, menatap kearah gadis dihadapannya yang menatapnya tak mengerti “Lihat kalian semua? Gadis pembunuh ini pura-pura tidak mengetahui situasi apa yang terjadi.”
“Apa maksudmu? Aku ingatkan kembali jangan mengotori mulutmu dengan mengataiku.”
Rahang Yiyang berubah mengeras, bibir gadis itu bergerak-gerak tak senang, disobeknya sesuatu dari majalah dinding, sebuah pernyataan dari kepolisian yang telah diedit dan dicetak sedemikian rupa menampakkan foto jaket berwarna lavender yang dipenuhi bercak darah, serta dua pasang sarung tangan karet berwarna hitam disana “Apa maksudmu dengan ini?”
“Kau masih tidak mengerti juga, jalang?!”
“Jaga kata-katamu.” Haera yang mulai tidak sabaran mengeram pada Yiyang, beradu kontak mata dengan saudarinya yang kini telah mengumpulkan masa yang asyik melihat perdebatan mereka
“Kaulah pembunuhnya! Jaket milikmu yang kau sembunyikan di loker klub archery! dan sarung tangan yang kau dan dia gunakan untuk membunuh Park Jisung!” Yiyang menyalang pada Haera, sedangkan gadis itu berusaha untuk mencerna apa yang baru saja dituduhkan Yiyang
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ANATHEMA : The Face of Angel [✓]
Misterio / Suspenso[𝐍𝐂𝐓 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦] Seorang trainee idol ditemukan tewas mengenaskan di klub archery dengan perut dilukis menjadi target panahan, pun panah itu berhasil mencetak skor 10 disana ©peachiologist, 2019