Kini Haera, Jeno, Haechan, Renjun dan Chenle, berada dalam satu lingkaran di kamar Jeno. Membuat sang empunya mengusap wajahnya dengan gusar
“Apa yang membuatmu berpikir untuk membawa Haera kemari? Kau sudah gila rupanya!” Haechan yang tak kalah terkejut kini mencecar Jeno dengan mulut ajaibnya
“Aku tidak punya pilihan, Yiyang mengusirnya, aku tidak mungkin membiarkannya tidur di jalanan!” pekik Jeno tertahan, berusaha tidak menimbulkan kegaduhan yang lebih besar “Jika mulutmu jadi dua kali lebih besar ketika kau bangun, itu karena aku yang menyobeknya.” Cibir Jeno pada Renjun yang hanya mengangkat bahunya acuh
“Kau harus membiarkan Haera tidur disini, dan kau tidur denganku malam ini.” Ujar Haechan diikuti oleh Jeno yang merotasikan bola matanya
“Kau pikir aku akan tidur dengan Haera, begitu? Pikiranmu yang harusnya dicuci.”
Kini semua orang didalam kamar Jeno hanya terdiam, ketika Haera melihat Haechan, laki-laki itu terlihat lebih kurus dari terakhir kali Haera melihatnya, rambutnya tampak sedikit lebih panjang, belakangan pasti berat sekali untuknya
“Bagaimana keadaan di sekolah?” kini mulut ajaib Haechan telah buka suara, membuka sebuah topik yang tampaknya cukup serius untuk dibahas
“Kabar tak berdasar mulai banyak bermunculan, tetapi kejadian serupa tidak terjadi lagi.” Jawab Renjun menimpali pertanyaan Haechan, kini atmosfer disekitar mereka berubah menyesakkan mengingat apa yang telah terjadi belakangan
“Aku masih tidak mengerti, kenapa pembunuh itu memilih Jisung dan Jaemin. Dia mungkin tak akan bernapas dengan tenang ketika polisi tau yang sebenarnya. Terlebih Jisung dan Jaemin adalah trainee agensi terkenal.” Jeno menatap satu persatu semua orang yang kini melingkar bersamanya
“Mungkin saja sang pembunuh tidak menyukai trainee?” Chenle, yang sedari tadi memilih untuk diam kini ikut menanggapi pertanyaan dari Jeno dengan bahasa Koreanya yang mulai fasih
“Tapi itu bukan suatu alasan yang kuat, sehingga orang itu harus membunuh Jisung dan Jaemin.” Haechan menimpali
“Yang jelas kini ada beberapa bukti yang terkumpul,” semua mata tertuju pada Haera, menunggu gadis itu melanjutkan kata-katanya “Dia adalah orang yang tidak kidal, bisa melakukan panahan dan—“
Ketika laki-laki itu menatap Haera dengan serius karena gadis itu sejak tadi menggantungkan kata-katanya “Dia kehilangan satu kancing pada seragamnya.”
*
Suara seruan yang seperti teriakan itu terasa memenuhi seluruh ruangan, hingga mau tidak mau Haera harus membuka kamarnya dan mendapati Yiyang tengah melompat-lompat sembari menimang ponselnya “Kenapa kau terlihat senang sekali?”
Sejak dua hari yang lalu, Yiyang meminta Haera untuk kembali kerumah karena dirinya tidak bisa mencuci pakaiannya sendiri
“Kau lihat ini—“ Yiyang menyodorkan layar ponselnya dihadapan Haera, sebuah poster girlgroup “Aku akan debut tahun ini!”
Sebuah senyuman lebar mengembang begitu saja dibibir Haera ketika Yiyang bilang dirinya akan melakukan debut tahun ini. Adalah sebuah refleks yang tiba-tiba ketika Haera ikut berteriak senang atas pencapaian Yiyang, buru-buru Yiyang meraih tubuh Haera dan memeluk erat gadis itu, membawanya melompat-lompat sembari berteriak senang
Ketika menyadari apa yang ia lakukan, Yiyang mendorong kecil tubuh Haera, gadis itu berdeham kecil ketika Haera masih menatapnya dengan berbinar “Selamat atas debutmu.”
“Te—Terimakasih.”
Kini, setelah apa yang telah Haera lalui, gadis itu merasa sangat lega dan bisa tersenyum puas, tatkala mendengar kabar saudarinya akan melakukan debut. Tidak ada yang lebih membuatnya bahagia, daripada kebahagiaan saudarinya
*
20:05
“Yiyang akan debut, kau sudah tau?” Yeri memutar duduknya menghadap kearah Haera ketika gadis itu tengah sibuk menjawab kuis di buku matematikanya, Haera menatap Yeri kemudian mengangguk sembari tersenyum lebar “Sepertinya kau senang sekali. Padahal saudarimu yang seperti iblis itu terus saja melukaimu.”
“Dia hanya kesal padaku.”
“Lihat dirimu. Aku mungkin akan senang jika punya kakak perempuan sepertimu.” Cibir Yeri yang membuat Haera tertawa
Haera meraih ransel miliknya, mencari sesuatu didalam sana, tetapi netranya mendapati buku tugas matematika milik Yiyang berada didalam sana karena gadis itu meminta Haera untuk mengerjakan tugasnya “Aku harus pergi ke kelas Yiyang, sepertinya dia meninggalkan bukunya.” Haera mengacungkan buku tugas milik Yiyang pada Yeri yang diikuti anggukan oleh gadis itu
“Perlu kutemani?”
“Aku tidak pergi kemanapun kenapa kau harus menemani aku?” cibir Haera pada Yeri, gadis itu kemudian berjalan keluar kelas, mendapati koridor yang tidak begitu ramai, Haera menuruni tangga menuju kelas Yiyang yang berada di lantai dasar
Meraih ponselnya untuk menghubungi Yiyang, gadis itu mendapati sebuah nada tunggu panjang yang seakan tak berujung, genap sepuluh kali gadis itu menghubungi ponsel milik Yiyang tapi tidak ada jawaban dari sang empunya. Mendapati seorang gadis keluar dari kelas Yiyang, Haera menahannya “Apa kau melihat Xu Yiyang?”
“Xu Yiyang? Sepertinya dia keluar kelas tiga puluh menit yang lalu.”
“Apa kau tau dia pergi kemana?”
“Entahlah, aku tidak begitu yakin.”
Haera berpikir sejenak, kemana perginya Yiyang “Baik, terimakasih.”
Haera berlalu, menyusuri koridor yang terasa sepi sembari terus mencoba menghubungi Yiyang, ia beralih pada halaman samping sekolah yang menghubungkan dengan halaman belakang, namun ia ragu apakah Yiyang betul berada disana
Namun keraguan itu seakan lenyap ketika Haera mendapati sebuah benda bersinar dalam kegelapan, mencoba mendekat pada yang berpendar itu, Haera mendapati ponsel milik Yiyang berada diatas rerumputan menampakkan sebuah panggilan yang berasal dari dirinya
Kini perasaan gelisah mulai menjalari hatinya
________________
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ANATHEMA : The Face of Angel [✓]
Mystery / Thriller[𝐍𝐂𝐓 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦] Seorang trainee idol ditemukan tewas mengenaskan di klub archery dengan perut dilukis menjadi target panahan, pun panah itu berhasil mencetak skor 10 disana ©peachiologist, 2019