CASE 7 | a kiss

1.5K 292 35
                                    

Kata-kata yang Haechan lontarkan beberapa waktu lalu menjadi sesuatu yang terus saja menyita perhatian Haera. Apa yang laki-laki itu sampaikan benar-benar ambigu dan tidak dapat Haera cerna dengan mudah

Gadis itu kini mencoba membuka loker miliknya untuk memasukkan buku latihan soal, namun yang ia dapati ketika membuka lokernya adalah sampah-sampah berhamburan keluar, menghujani dirinya secara brutal

Beberapa siswa disana tertawa puas melihat seragam Haera yang kini menjadi kehitaman karena kotor

“Bukankah ini terlalu ringan untuk seorang pembunuh?”

“Dia akan mendapatkan yang lebih dari ini nanti.”

“Wow, seorang pembunuh? Tidakkah kalian merasa kalau kalian kurang dalam menyebutkan namanya?” semua perhatian tertuju pada Yiyang yang kini menyandarkan tubuhnya pada loker dengan kedua tangannya menyilang didepan dada, menatap Haera dengan dagunya yang terangkat

“Apa maskudnya?” balas seorang siswi lain

Gadis bersurai cokelat muda itu mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam sakunya, kemudian memamerkan sesuatu pada layar “Lihat, dia bahkan merencanakan pembunuhan ketiganya, kalian harus selalu was-was, kita tidak tau siapa yang akan menjadi target berikutnya.”

Sebuah foto, yang menunjukkan seorang gadis dengan sweater putih dengan rok yang terlihat usang, yang bahunya tengah digenggam oleh seorang laki-laki serbahitam, membuat para kerumunan itu asyik berbisik mengenai hal-hal yang tidak dapat Haera cerna

“Dan—“ suara Yiyang yang mendominasi membuat bisikan masa terhenti dan terfokus padanya “Gadis tidak tau malu ini—“ Yiyang mendorong Haera dengan telunjuknya, seakan jijik pada gadis dihadapannya “Berani memeluk Jeno, Lee Jeno! Gadis kotor ini!”

Kehebohan seakan tak tertahankan, beberapa orang disana mengumpati Haera dengan kata-kata kasar hingga gadis itu tak kuasa mengatupkan mulutnya

“Hei tidakkah kau berpikir kau harus dibersihkan? Lihatlah dirimu yang kotor, aku akan membantu membersihkanmu.” Didorong paksa oleh Yiyang dengan tenaga yang setengah hilang entah kemana, membuat Haera dengan mudah didorong dan dibawa keluar menuju ke halaman sekolah yang luas, dimana semakin banyak siswa disana

Yiyang meraih sebuah selang air yang digunakan untuk menyiram tanaman sekolah, kini benda itu terarah pada tubuh ringkih milik Haera, diikuti oleh sorakan puas para siswa yang menonton “Berhenti—“

Dengan keyakinan penuh dirinya tak akan didengar, Haera terus menggumamkan kata itu di bibirnya, seragamnya telah basah kuyup, pun sepatunya yang kini terasa penuh oleh air, bahkan air matanya tersamar oleh guyuran air yang menghujani dirinya, sebelum sebuah punggung lebar meghalangi air itu menerpa dirinya

“Stop! Apa yang kalian lakukan padanya?!” Suara yang menggelegar itu bisa Haera identifikasi sebagai suara milik Renjun

“Membersihkan gadis kotor itu, apa lagi?” balas Yiyang sembari menyilangkan tangannya didepan dada

“Kau merasa tindakan ‘pembersihanmu’ itu benar? Kau benar-benar saudaranya? Kenapa kau melakukan itu padanya?” tampak ada sebuah amarah yang tertahan dari kata-kata yang Renjun lontarkan pada Yiyang

“Lihatlah, sekarang sang pangeran sedang mencoba menyelamatkan budaknya.” Yiyang tertawa sarkas dengan satu ujung bibirnya yang menukik tatkala melihat Haera dengan kakinya yang lemah tengah dibantu berdiri oleh Jeno juga Yeri

“Sebaiknya kau jaga perilakumu, tidakkah kau rasa ini semua cukup untuk Haera? Kau mau rahasiamu kubongkar disini sekarang juga?” kini Yeri tidak tinggal diam ketika Haera diperlakukan tidak adil bahkan oleh saudari yang Haera sayangi, sedangkan para siswa yang bergerombol sibuk berbisik, membuat Yiyang tak punya pilihan selain menghentakkan kakinya dan pergi

“Haera, maaf, ini mungkin akan membuatmu sedikit tidak nyaman.” Jeno dengan segala kekuatannya, membawa Haera dalam gendongannya berjalan membelah kerumunan yang sibuk bergosip

Jeno membaringkan Haera di kasur ruang kesehatan setelah Yeri berusaha mengganti pakaian gadis itu dengan seragam yang lain, kini Yeri menggosok rambut Haera yang basah karena air dengan sebuah handuk, sedangkan Renjun menyodorkan sebuah minuman hangat pada Haera yang langsung diterima dan ditenggak hingga habis oleh gadis itu

“Jeno kau juga harus ganti baju, seragammu basah.” Ujar Yeri ketika mendapati bulir bulir air jatuh dari ujung rambut milik Jeno “Aku baik-baik saja, jangan khawatirkan aku.”

“Kalian harus segera masuk kelas, aku bisa izin karena flu. Aku bisa menjaga Haera disini.” Kata-kata Jeno diikuti oleh anggukan dari Renjun dan juga Yeri, ketika kedua manusia itu keluar dari ruang kesehatan, Jeno meraih sebuah selimut dan membalutkannya pada tubuh Haera yang tampak ringkih

Jeno menepuk perlahan pergelangan tangan Haera yang kini tertidur dalam posisi menghadap dirinya, mengusap pelan telapak tangan gadis itu, kemudian menggenggamnya dengan erat hingga membuat gadis itu membuka matanya perlahan “Aku mengganggumu?”

Gadis itu hanya menggeleng lemah diikuti dengan senyuman tipis oleh bibirnya yang pucat “Aku hanya tidak mengerti, apakah orang seperti aku, boleh berada dalam situasi seperti ini, dengan orang seperti dirimu.”

Alis Jeno menukik tajam, mencoba memahami kata-kata yang dilontarkan Haera padanya, gadis itu masih tersenyum, kini beralih membawa tangan Jeno yang terasa besar digenggamannya, diusapnya tangan yang terasa begitu jelas buku-buku jarinya “Aku berharap ini semua hanya mimpi.”

Sebuah air mata meleleh begitu saja dari ujung mata Haera ketika gadis itu mengatakannya, Jeno tak mengusapnya, melainkan membawa gadis itu untuk duduk kemudian memeluknya erat-erat, membawa gadis yang terasa kecil itu kedalam pelukannya, mengusap surainya yang setengah basah, membuat sang gadis meloloskan lebih banyak air mata dari ujung matanya

“Aku mungkin terlalu serakah, hingga tuhan menghukumku dengan cara seperti ini, dengan cara inilah tuhan mengingatkan aku bahwa aku terlampau serakah.” Dilepaskannya pelukan yang terasa begitu menyakitkan itu, Jeno menangkup wajah Haera yang terasa kecil, mengusap air mata dari pipi gadis itu

“Karena Moon Haera, setiap manusia berhak untuk dicintai, maka begitupun dirimu—“

Netra Haera berubah membesar ketika sebuah bibir mendarat diatas bibir miliknya dengan sempurna, bibir yang terasa lembut dan—tidak nyata. Dirinya bahkan tidak mau mengakui kejadian ini sebagai sesuatu yang disengaja. Ia sudah terlalu serakah, bahkan ketika dirinya benar-benar menyadari bibir yang saat ini menyentuh bibirnya adalah milik Lee Jeno, ia merasa sesuatu didalam dirinya bak diremat kuat-kuat, tetapi sisi dirinya yang lain juga menginginkan itu.

Karena dirinya begitu menyukai Lee Jeno, bahkan dengan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ia miliki, ia tetap menyukai Lee Jeno. Katakanlah dirinya memang lancang, tapi begitupun cinta bekerja, bahkan tanpa Haera sadari, kini lengannya telah melingkar indah pada leher milik Jeno

___________

___________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[1] ANATHEMA : The Face of Angel [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang