tiga

414 58 3
                                    

Jihoon's point side of view

Sejak kejadian itu, aku menjadi lebih pendiam, murung dan cenderung tertutup. Haha, aku cemburu walaupun aku bukan siapa siapanya. Sakit, mengetahui faktanya bahwa mereka sudah menjalin kasih. Dengan berat hati, aku mencoba melepaskan Soonyoung dengan perlahan namun pasti. Pasti, aku akan bebas.

Pagi ini aku duduk di bangku paling belakang dan tepat di samping jendela yang mengarah ke jalan raya.

Soonyoung? Sudah pasti kalian tahu lah ya, tak perlu ku jelaskan lagi.

Telepon genggam ku tiba—tiba berbunyi menandakan ada sebuah panggilan yang masuk. Kubaca nama 'Wonwoo' di kontak.

Aku menghembuskan nafasku malas lalu mengangkat panggilan dari Wonwoo.

"Ya? Ada apa? Tumben sekali kau memanggilku pada saat pagi begini?" Tanyaku tanpa babibu. Wonwoo terkekeh dari sebrang "Tidak, aku hanya ingin memberi tahu mu, minggu depan aku dan Mingyu akan mengunjungi Kyoto. Dan tujuanku kesana adalah untuk mengunjungi sebuah acara keluarga sekalian bertemu denganmu, kkkkk~"

Aku tersenyum kala mendengar jawaban Wonwoo, "baiklah, aku akan menyiapkan kamar di rumahku khusus untuk sepasang suami—istri!" Jawabku semangat.

"H—hey! Kau ini bicara apa sih! A—aku belum resmi dengannya... T—tetapi pasti aku akan resmi dengannya..."  Jawabnya dari sebrang. Aku tersenyum miring, "ya ya ya, terserah mu. Ya sudah, nanti akan aku siapkan. Aku tutup dulu ya, see you later." Jawabku lalu mematikan sambungan sepihak.

Aku memasukkan ponsel ku kedalam saku celanaku lalu menenggelamkan kepalaku di meja kelas. Tanpa kusadari, aku tertidur sampai jam istirahat tiba.

🌵

M

erasa kelas sangat sepi, aku mengangkat kepalaku lalu melihat ke sekeliling. Kelas sudah sepi dan sisa beberapa murid saja. Aku mencari sesosok yang biasanya menungguku jika aku tertidur lalu mengajakku ke kantin. Oh iya, aku lupa, ia pasti sudah ada di kantin bersama Momo, haha.

Aku rindu ia yang dulu, sebelum kedatangannya merubah semuanya.

Dengan nyawa yang masih setengah, indera penglihatanku menangkap sebuah kertas kecil dengan sebuah tulisan tangan.

"Hei Jihoon, aku pergi duluan ya ke kantin bersama Momo. Aku meninggalkan kertas ini agar kau tahu keberadaan ku."

Tersenyum miring membacanya,

"Ternyata, ia masih menganggap ku ada." —lee jihoon

Haloo! Jangan lupa stream FEAR yaa!!!

Coba komen lagu favorit kalian dari album fear seventeen!(◍•ᴗ•◍)

—with love, ran

eine kleine ; soonhoon ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang