empat belas

682 41 4
                                    


-

Dua minggu sudah terlewati, hari ini adalah hari terakhir Jihoon menghabiskan waktu di Jepang sebelum keberangkatannya menuju Canada atas perintah sang ayah.

Tentu Jihoon ingin menentang perkataan tersebut karena beberapa alasan, karena ia belum siap meninggalkan dan ditinggalkan oleh orang yang dicintainya, salah satunya adalah Soonyoung, sang kekasih. Jihoon sangat khawatir kepada pria berwajah tampan dan imut tersebut. Khawatir karna ia pasti akan berpaling dari dirinya. Ia takut dan khawatir pada saat yang bersamaan, pikirannya campur aduk. Untung saja baju - baju sudah ia siapkan jauh hari.

Hari ini, hujan turun mengguyur kota Kyoto dengan deras, cukup dapat mengekspresikan perasaan Jihoon saat ini.

Ia duduk di depan jendela kamarnya dan memperhatikan tetes demi tetes air hujan yang mengguyur kota sembari menghela nafas yang entah ke berapa kalinya ia melakukan hal tersebut selama berulang - ulang.

Dengan perasaan yang tak jelas, ia menenggelamkan kepalanya di tangannya tepat di depan bingkai jendela berwarna putih tersebut.

Tok tok !

Suara ketukan pintu membuat Jihoon tertegun dari aktifitas melamun nya.

"Masuk." Ujarnya lesu.

Pintu terbuka. Menampilkan seorang pemuda yang bisa dibilang tampan dan bermata sipit.

Pemuda itu menutup pintunya sebelum berjalan kearah Jihoon yang memunggungi pintu.

"Hey."

Suara berat itu membuat Jihoon menoleh kearahnya lalu pergi memeluknya dengan erat.

Soonyoung segera membalas pelukannya lalu mengelus pelan punggung kekasih mungilnya yang mulai menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya.

"I miss you, idiot." Ujar sang mungil pedas. Soonyoung hanya terkekeh lalu mengecup pelan pucuk kepala Jihoon.

"Hoon."

"Iya?"

"Gak mau ujan ujanan nih? Sekalian spending time sama aku?" Ajak Soonyoung.

"Eh? Y - yuk!!" Jawab Jihoon.

Mereka berdua pergi keluar rumah dengan perasaan bahagia yang dapat kita rasakan apabila bersama dengan mereka saat ini.

Pasangan itu menghabiskan waktu terakhir mereka dengan bermain hujan, mereka berjanji tak akan melupakan satu sama lain.

Soonyoung yang melihat Jihoon tersenyum manis dan bahagia membuatnya tidak bisa menahan air matanya sehingga ia menangis dalam diam, begitu juga dengan Jihoon.

Ah, waktu cepat sekali berlalu.

-

Keesokannya

Haneda International Airport, 09.23 pm

"Ma, Pa, Jihoon berangkat dulu ya. Jihoon janji akan kesini kalau sempat !" Ujar Jihoon sambil berhamburan memeluki kedua orang tuanya.

"Belajar yang benar ya, Hoon. Papa dan Mama akan mengirimkan uang bulanan dan mendoakan kamu dari sini" ujar Mama Jihoon.

Jihoon hanya mengangguk lalu melepas pelukannya dan pergi sembari melambaikan tangannya.

Langkahnya terhenti, matanya membelalak seketika, dengan tergesa ia mencari ponselnya.

"Sialan, sudah jam sembilan dan pesawat akan lepas landas sepuluh menit lagi!" Ujar Jihoon dalam hati.

Dengan tergesa, ia mengetik nomor ponsel Soonyoung dengan gurat wajah yang tidak tenang.

Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi, coba lagi beberapa saat

Ia mengumpat.

"Sialan."

Ia terpaksa berjalan kearah pintu ruang tunggu dengan perasaan kecewa, sambil sesekali melirik ke belakang mencari sosok yang ia cari dan ia cintai selama ini.

Pria mungil itu terpaksa berjalan kearah pintu masuk dengan langkah yang lambat.

"Hoon!"

Suara yang sangat familiar menyapa gendang telinga Jihoon, lantas ia berbalik dan menemukan pria berwajah tampan-Soonyoung-sedang berlari kearahnya.

Sontak Jihoon memeluknya dengan erat lalu menumpahkan seluruh air matanya. Soonyoung hanya bisa memberikan kalimat penenang dan mengelus punggung Jihoon dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Terima kasih."
































Beberapa tahun kemudian ....

Sudah terhitung 3 tahun sejak Jihoon memulai kehidupan barunya di Canada. Ia belajar banyak disana.

Ini musim dingin ketiganya disini. Sore ini, Jihoon memutuskan untuk membeli kopi di cafè depan apartemennya, lumayan dingin dingin begini.

Jihoon melangkahkan kakinya keluar dari kamar apartemennya lalu pergi ke arah cafè tersebut.

Ia pergi ke kasir untuk memesan kopinya lalu duduk di tempat andalannya.

Tak jauh dari sana, ada seorang pria yang tengah mengamati Jihoon dengan diam diam.

"Tak berubah, masih sama seperti dulu." Gumamnya pelan.

Merasa di perhatikan, Jihoon melirik kearah kursi di depannya.

Ia mengernyitkan dahi. Berpikir sebentar lalu membelalakkan matanya terkejut.

"T - tunggu, apakah itu beneran dirimu?"



ended

21 / 11 / 19
to
14 / 01 / 20








asik end, maaf nggak sesuai ekspektasi dan gak jelas .....

aku pengen buat sequelnya, buat ngga ya .... hehe :D


eine kleine ; soonhoon ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang