HELL

64 12 12
                                    

-Hell-
Terkadang..
Aku ingin berhenti bermain difilm ini
-HARA-
.

Ini adalah malam minggu, dan ya besok artinya hari minggu.
Hari yang semua siswa siswi suka. Yaps Hari libur... Sama halnya denganku . Karena minggu adalah waktukuuntuk sendirian dirumah. Soalnya keluargaku berpergian hingga malam.
Sabtu sore aku pergi ke minimarket dan membeli beberapa makanan dan camilan untukku bergadang.
Aku berjalan santai dengan kaos lengan pendek dan training hitam panjang.
.
.
Aku kembali dari minimarket dengan 1 kantong plastik sedang yang terisi penuh. Saat sampai dirumah, aku terdiam mendengar ucapan kakek dan nenekku yang mengatakan bahwa
"Kami tidak akan pergi."
Aku terdiam memikirkan yang akan terjadi nanti, besok..
Harapanku tentang menyendiri harusku tahan minggu ini dan harus ku telan pait-pait.

.
.

Karna berada dengan kakekku, rasanya masalah tidak akan selesai.
Aku langsung memasuki kamarku dan merebahkan diri.
Berfikir dan ketakutan.
"Minggu pagi yang indah... Minggu pagi yang kutunggu-tunggu..
Akan menjadi minggu terburuk dan ingin segera kulalui..."
Kataku sambil menatap langit-langit kamar kecewa.
.
.
Aku meneguk ludahku kasar, berfikir keras dan...
*Brakkkkk!
Pintu kamarnya tiba-tiba terbanting. Terkejutnya aku bukan main, aku beranjak bangun kebingungan dan ketakuan melihat sosok lelaki tua yang membawa sebongkah kayu.
Dari belakang terlihat seorang wanita tua yang menjadi istrinya yang memohon dan menahan-nahan.
.
.
"Udah pak!"
Wanita tua itu bersuara parau, sesambil menangis
"DIAM!"
Teriknya lantang membuatku dan nenekku itu terkejut.
"Kamu!! Memang gatau diuntung!"
*Plaaaakk
1tamparan mendarat dipipi kananku hingga tersungkur jatuh. Panas dan nyeri yang aku nikmati dengan wajah kesakitan, bingung dan takut. Tidak membuat lelaki paruh baya itu iba.
.
.
Denyut-denyut tak tertahankan dipipi kananku, benar-benar terasa sangat nyeri
"Bangun kamu! Pencuri kecil!!"
Teriaknya lagi padaku, apa??? Pencuri?? Apa yang dia katakan?
2 anak kecil datang kedepan pintu menonton drama gratis dengan senyuman menghina mereka melihatku yang kesakitan.
.
.
Aku bangkit dan menatap kakek tua itu dengan tatapan tidak percaya
"Mencuri? Aku seharian dikamar ngga kemana-mana!"
Teriaku tidak terima.
"Lalu ini?!"
Kakek mengambil belanjaan ku dengan penuh amarah, mengeluarkannya 1 per 1 dan menghancurkannya sambil berkata
"Apa ini?! Darimana kau dapatkan uang ini?! Siapa yang mengajarimu mencuri?! Apakah kau tidak belajar minta izin?! Apa kau sedang beljar mencur?!"
Dia teriak teriak penuh emosi, semua makananku hancur dia injak, dia banting.
Hatiku sesak sangat sesak, menunduk penuh emosi, menahan tangis.
"KAMU!! PERGI DARI SINI!"
Terkejutku bukan main..
Aku.. barusan diusir? Padahal aku tidak melakukan apa-apa
"Kamu keterlaluan! Hara ini anak gadis! Masa kamu biarin dia keluyuran sore-sore?! Gimana kalo ada yang nyulik?!"
Nenek ku memeluk ku, membelaku,
"Peduli apa aku?! Yang ada dia makin sering mencuri! Anak tidak tau diuntung"
Kata kakek ku, rasanya aku sudah tidak tahan. Aku mengakat kepalaku, menangkis rangkulan lembut nenek ku, dan menatap marah sangat marah kepada kakek tua itu.
"Aku juga ngga sudi tinggal disini dan hidup menjadi sebuah bayangan! Kalo nenek ku sudah tidak ada! Percayalah aku akan menyusulnya!"
Segera aku berlari, teriak nenek ku ga menghalangi langkahku. Terus berlari dan tidak percaya...
Berlari menangis, berlari menahan sakit, berlari menahan sesaknya dadaku sampai aku sampai ditempat yang lumayan jauh, sepi terbengkalai dan penuh rumput liar. Sedikit orang yang lewat...
Tanpa ragu, aku menjerit, menjerit meluapkan semuanya.
Ditemani matahari yang semakin menghilang, suaraku menggema
"Kenapa?! Tuhan!!! Aku ingin berhenti bermain difilm ini! Aku tidak tahan sungguh..."
Air mataku berlinang, aku terduduk lalu terbaring ditanah yang basah, tanah bersih yang gembur, sambil menangis terus kukeluarkan..
"Betapa teganya"
Mulutku tidak berhenti berkicau mengeluarkan kekesalanku
"Tapi nenek? Nenek:') kalo tidak ada dia sudah lengkap deritaku sungguh lengkap:') tuhan, kepahitan ini kau padukan dengan manisnya perlakuan neneku.. tuhanku! Sungguh jika nenek ku meninggalkanku, aku pasti menyusulnya:')"
Aku memainkan tanganku, menghirup aroma enak tanah basah ini, sungguh aku lebih suka aroma tanah bersih yang basah dibandingkan mint.
Perasaanku menenang, perlahan aku berhenti, ya memang tempat sunyi yang cocok untuk meluapkan emosi.
"Sudah selesai ya"
Tiba tiba ada suara cowok yamg ga asing itu terdengar, serentak aku bangun karena terkejut.
.
.
.
"Taara"
Ucapku lesu yang masih setengah menangis
"Dari kapan?"
Tanyaku lagi menatap cowok aneh itu terjongkok, dia terdiam dengan pandangan yang mengarah kebawah
"Hei Hara.. kamu kuat ya, maaf aku mengikutimu dari minimarket tadi, menyaksikan pertikaian dirumah, Hara.. kamu kuat ya"
Kata Taara yang terus menatap kebawah..
Dia mengikutiku?!
"Hara, kamu adalah kepura-puraan yang berlagak ceria."
Tambahnnya, "kepura-puraan yang berlagak ceria" aku suka julukan itu
.
.
"Jadi kamu tau masalahku ya?"
Tanyaku
"Ya"
Jawabnya
"Pasti kamu bakal buly aku"
Kataku lagi
Dia menatapku terkejut
"Aku enggak mau keliatan sedih Taara, nanti aku dijauhin. Siapa sih yang mau berteman dengan anak penuh penderitaan? Semua akan pergi setelah mengetahui ini, semua akan berfikir dengan adanya aku, maka kesialan juga akan hadir"
Kataku menjeda beberapa saat
"Jadi aku terus memainkan peranku, akting ku, dramaku, kepura-puraanku"
Lanjutku..
.
.
"Hara! Aku menghubungi mu tapi kata nenekmu kamu keluar gak bawa ponsel"
Suara Kai, yang berdiri dibelakang Taara
"Lho kalian ngapain berduaan disini"
Katanya kaget melihat Taara yang masih jongkok didepanku. Dia memperhatikan kami, aku takut salah paham
"Hanya kebetulan kok, aku sedang tiduran disini"
Kataku
"Kebetulan? Tiduran disini?! Bercanda aja malam-malam ngapain coba diem disini?!"
Nada bicaranya berubah, Taara bangkit dan menarik tanganku untuk ikut bangun.
"Bercanda? Ini tempat umum siapa saja boleh tinggal, bermain atau tiduran, apa pedulimu?"
Taara membelaku, ah seperti memojokan. Kata-katanya memang menyakitkan ya
.
.
Kai menganga melihat tanganku masih digandeng tangannya Taara.
"Hara.. kamu tega"
Kai berlari meninggalkanku dan Taara, ingin kukejar namun genggaman tangan Taara sangat erat, aku menatap Taara dengan tatapan yang berkata "lepaskan!"
"Kai!! Cuman salah paham tau!"
Aku berteriak..
.
.
"Lepasin!"
Kataku meronta-ronta,
"Aku antar pulang ya"
Katanya cuek dan dingin
"Ga usah, kamu pulang aja. Lagian aku udah diusir."
Kataku terus menatap kearah jalan yang tadi dilewati Kai, dia memang sudah ngga ada
.
.
"Pulang kerumahku kalo gitu"
Katanya menarikku paksa dengan wajah santai
"Gakmauuuu>~< lepasin dong"
Aku terus meronta-ronta
"Mau diem disini? Disini banyak hantunya lho"
Dasar Taara menakut-nakuti ku seperti ke anak kecil, mana takut laah aku-_
.
.
"Biarin>:( , biar aku mati aja sama hantu itu jadi semua beres"
Kataku judes, Taara berhenti
"Yang ngizinin kamu mati siapa?!"
Katanya..
"Ehh.. ya aku laa"
Kataku gugup soalnya siTaara udah deket banget ni mukanya>~<
Yaa gara-gara dia semua kembali normal, huft..
"Gak!"
Tolaknya yang menghakimi hidupku
"Dih kok soa6?! (SOASIK:V) "
Aku yang ngga terima dia mengaturku
.
.
Njir keknya malah absurd deh>\\< dahlah lanjut chap 4 ok^^
Makasih..
Jgn lupa vote/komen^^

Best ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang