4#Hoi, kamu!

23 7 0
                                    

"Kacau sudahhh!!" Aku mengacak-acak rambut ku pagi ini sebelum aku mandi.

Kulihat jam di nakas telah terpampang pukul 07:30 AM!!
Segera mandi adalah keputusan terbaik yang harus ku lakukan setelah puas memikirkan berbagai alasan.

Sepatu kets kain, rok panjang, kemeja flannel marun, senada dengan hijab ku. Let's gooo!

Aku menuruni tangga dengan terburu-buru dan hampir melewati keluarga yang sedang sarapan.
"Makan dulu, Ra!"

Aku membalikkan badan dan berjalan ke meja makan, "Ett iya tante, hehe"

"Buru-buru banget, Ra. Nanti berangkatnya sama Gio, yaaa.."

Aku melirik Gio yang ku tangkap adalah sebuah kode. 'Itu kode?', dalam hati ku.

"Gimana? Mau? Atau mau sama om aja?" kata tante melahap nasi goreng bertabur telur yang di iris panjang itu.

"Enggak nte, sama Gio aja."

Selesai makan aku dan Gio berangkat naik motor. Terlihat seperti kaka beradik, dan pula wajah kami hampir sama.

"Mbak, biasanya jam segini tuh si Rohid lagi manasin mesin motornya."

"Eh, sok tau. Tau darimana emang?". Gio menaikkan standar motornya, dan memutuskan untuk ngobrol di jalan.

"Kita liat aja."

Dan benar, ketika lewat rumah bu Rohma, dia sedang menunggu di samping motornya yang mesinnya tengah hidup.

"Ho iyaaa." ucap ku terkesima.

Di jalan pun kami hanya tertawa menceritakan anjing tetangga komplek sebelah, dan berbagai kelakuan ibu-ibu komplek yang suka ngerumpi.

Gio menurunkanku di depan gerbang kampus bertema warna biru muda abu-abu ini.

"Makasih ya, Gio Pradana.. Eh, btw kamu kok baru jam segini berangkatnya??" ku serahkan helm itu pada Gio dan memperbaiki hijab ku yang berantakan.

Dia memasukkan helm ku ke dalam bagasi motor matic nya, "Kami ada event di sekolah, mbak. Jadi ya ga kenapa-kenapa kalo agak telat. Yaudah mbak masuk deh."

"Oke sekali lagi thank you~" aku melambaikan tanganku ke arah Gio.

Alisnya naik dan segera pergi sebelum mata banyak memandang kelakuan kocak kakak beradik ini.

***

Bahu ku di tepuk oleh dua tangan yang ku tandai adalah Nina, si tomboi dan berlogat batak ini, "Ih lama kali kau datang. Capek aku nunggu kau lah, di Wassap ga *nyaut"

"Yah, maap, kan lagi di jalan.."

Aku adalah mahasiswi pindahan, semenjak ayah ku wafat karena kecelakaan kereta api, dan ibu sakit-sakitan , aku pun dipindah asuhkan ke tante ku. Sesuai amanat wasiyat dari ibu, bahwa aku harus satu rumah dengan mereka.

Setelah tiga jam kami menghabiskan waktu belajar di kelas, tiba-tiba Nina berbisik "Nih, ya, liat aja bentar lagi tuh senior datang!"

"Kok kamu tau?" tanya ku penasaran.

Tiba-tiba ada suara pintu terketuk. Dan ya! Senior Dito!

Kami saling berbisik agar tidak menarik perhatian temen ku yang lain.

"Kok, bisa???" aku menatap heran Nina yang memainkan kuku nya.

"Aku dapat info lebih dulu! Makanya cepat datang!", ujarnya.

Bang Dito pun mulai pembicaraan di depan kelas, sebelum kami pindah ke kelas lainnya. "Maaf mengganggu teman-teman semua, kami dari organisasi Jurnalis dan Fotografi ingin merekrut satu orang dari setiap kelas untuk menjadi partner kami pada event kampus.", jelasnya.

Dia menarik nafas dalam sekali hembusan, "Saudara Niara Nashir?", mata nya tengah mencari sosok yang ia tuju.

Sedangkan aku masih menggerutu di tempat duduk, tapi sial! Semua teman ku menoleh ke arah ku. "Iya, saya.", ucap ku berdiri.

"Oke nanti jam 13.30 kumpul di aula kampus. Terima kasih."

Mereka pergi meninggalkan ruangan dan ku lihat bang Dito tengah menoleh ke belakangan dan melirik ku. 'Apa-apan dia tuh ngeliatin kaya gitu.'

"Tabahkan hati mu, nak." sembari menepuk pundak kiri ku dan melenggang pergi meninggalkan ku.

"Woi tunggu kali ah!!"

***

Aku selalu membawa kamera GoPro yang ku beli dengan uang tabunganku 3 tahun yang lalu. Sembari menunggu jam kumpul, aku berkeliling hanya untuk menangkap beberapa objek yang bermakna.

Kacamata ku berembun. Ditambah cuaca hari ini mendung. Tapi keringat bercucuran melewati pelipis dan mata ku.

Ku rogoh tas ransel hitam ku, tak ku temukan apapun, "Selalu aja gini, ketinggalan tuh tisu di nakas kamar!"

Aku menyimpan GoPro ku, dan berniat untuk ke kamar kecil saja. Tiba-tiba peluit itu! Peluit yang berarti seruan panggilan yang memekakkan telinga.

"Hoi, kamu!!"

"Arrrghhhh, sial!", gerutu ku.

---
*nyaut : Respon

tbc

Sept 20, 2019

LensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang