5#Ketemu!

13 5 0
                                    

Gio memasang earphone pada ponselnya dan mendengarkan beberapa lagu untuk sekedar merileksasikan pikirannya yang belakangan ini sangat kacau. Tentang mbak nya, mbak nya dan mbak nya.

Ia memilih untuk duduk di taman belakang sekolah sedangkan teman-temannya sedang sibuk dengan event sekolah.

Mata nya terpejam, dengan kaki kiri dinaikkan menimpa kaki kanan, tangan bersila di dada. Suatu ketenangan ditambah angin sepoi-sepoi dari pohon rindang di sebelahnya.

Dery teman sebangku nya datang menghampiri dan duduk di sebelah Gio. "Yang kaya gini nih, ini..!" jarinya menunjuk-nunjuk ke arah Gio.

Gio membuka dan menolehkan pandangan ke arah Dery untuk beberapa saat kemudian memilih untuk menutup matanya lagi.

"Kenapa, lu?! Cerita ngapa!"

"Aku lagi mau sendiri aja." jawab Gio.

Dery mengikuti posisi duduk Gio yang sedang nyantai. "Biasa nya juga lu cerita, elah!! Jangan jadikan gua partner game lu doang! Tapi gua bisa jadi tempat keluh kesah lu!"

"Udahlah, mending kau balik aja sana!" tangan Gio mengisyaratkan seperti mengusir ayam yang akan masuk ke dalam rumah.

"Hekk kambingg! Gua pengen denger cerita tentang mbak lu lagi. Apa kabar dia?" tanya nya antusia dengan mendekatkan duduk nya sedikit ke Gio.

Gio terkejut dan memplototin teman sebangku nya itu. "Apa kau bilang? Jangan bilang kau suka sama mbak ku!"

"Kenapa emang?"

"Gak boleh. Mbak ku gak boleh dekat-dekat kaya orang kayak kau. Masih banyak cewek lain!"

"Dihh songong banget lu! Nanti mau gua cari mbak lu, gua pedekate'in"

"Awas lu macem-macem!" Gio meninggalkan Dery yang ngakak sendirian di kursi taman itu.

***

Wajah Ara tertekuk masam saat teman Senior nya yang sama-sama menyebalkan itu memarahi nya di depan teman-teman lain yang sudah berkumpul.

Senior itu mendekati Ara, dengan berkacak pinggang, ia mulai mewawancarai nya, "Kamu mau ngapain tadi?"

"Mau ke kamar kecil." jawab Ara singkat.

"Ntar aja, dari tadi kemana rupanya!"

Dafi membalikkan badan seakan hal yang dibutuhkan Ara saat ini adalah tidak penting. Cih!

"Baiklah temen-temen, demi event ini kami mengundang kalian semua sebagai partner kami. Dan kalian dipilih bukan tanpa alasan. Jadi, berikan kontribusi yang terbaik dari kalian semua!"

Seseorang mendecak kesal di samping ku, "Dih, sebenernya aku males!"

"Hah? Kenapa, kak?" sahut ku seraya mencuri pandang apabila senior itu memergoki kami yang tengah berbicara di deretan kursi ini.

"Gak suka aku liat dia! Gaya nya, ihh"

Aku hanya ber'oh ria saja ternyata aku punya teman dalam hal ini.

Aku tidak melihat si senior Dito itu tetapi ada sepasang mata yang memperhatikan kami saat berada disini. Tapi aku tidak yakin, aku mengenal orang itu.

Pertemuan diakhiri dengan schedule baru, yaitu weekend ini kami harus berkumpul kembali di taman pinus yang telah ditentukan.

***

"Ra, otewe kuy!"

"Paan??!"

"Lah, cemana nya kau?! Kau bilang mau hunting kita!"

"Astaga! Iya, lupa!" aku menepuk kening ku dan menepuk kening nya juga.

"Ngapa aku ditepuk juga dah! Sakit dungu!" dia menepuk kening ku kembali. "Ku kembalikan!"

"Eh buset nih anak!"

Kami lebih baik pergi ke taman hiburan kanak-kanak karna kelakuan kami belum bisa ditolerin.

"Dari SMA gitu mulu!" dia mulai mengeluarkan uneg-uneg *nyerocos nya.

"Apaa sih Ninaa, mending kamu ganti nama aja deh, ga cocok nama mu Nina!"

"Lah authornya bikin nama ku kayak gini!"

Setelah kami tiba di tempat wisata alam dimana tempat yang seperti ini adalah kesenangan kami yang haqiqi.

"Coba deh kamu berdiri disitu, mau ngetes dulu. Pemanasan! Hehe."

"Jadi model mulu nih aku, hahaha"

Kami menghabiskan waktu 3 jam. Dan sekarang sudah pukul 3 sore.

Saat aku membeli minum, mata ku menangkap sosok itu. Senior Dito dan Rohid!

"Eh, mati aku ni." aku segera membalikkan berlarian seperti mengendap kembali ke tempat Nina duduk.

"Kenapa kau ngos-ngosan??" tanya nya heran.

"Gawat!! Si kunyuk sama Bocil ada disini!"

"Mending kau duduk dulu, kau minum dulu itu minuman mu, mana sini punya ku biar ku minum, biar ada kawanmu!"

Ku sodorkan minuman coklat dingin miliknya, dan aku memilih macha.

"Baca bismillah dulu, mbak!" tangannya menyumbat mulut ku pelan.

"Eh iya, bismillahirrahmanirrahim."

Rasa haus bercampur jantung yang sedang berdegup ditambah rasa dingin yang lewat di tenggorokan ku membuat ku batuk-batuk.

"Pelan-pelan dong mbak!" Nina melihat ku sabar seperti adik kecil nya. "Udah? Ngomonglah."

Ku dengar beberapa orang lelaki sedang berbicara di belakang kami. "Hei, Ara kan?"

----
*nyerocos : merepet; berbicara terus menerus tiada henti.

tbc

Sept 22, 2019

LensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang