"Gimana keadaan Yeosang, dok?" tanyaku setelah melihat dokter yang merawat Yeosang keluar dari ruangan.
Dokter itu tersenyum. "Baik-baik saja. Sekarang keluarga diperbolehkan untuk masuk."
Aku, Mama Bora, Papa Hangyul, dan Tante Soyou mengikuti suruhan dokter tersebut. Setelah sekian jam menunggu, akhirnya aku bisa melihatnya.
Laki-laki mungil itu belum sadar. Walaupun tubuhnya tidak lagi mengeluarkan darah, namun aku merasa prihatin karena banyak perban yang menutupi beberapa luka di tubuh Yeosang.
"Anakku," tangisan Tante Soyou pecah dikala ia melihat anak satu-satunya lemah tak berdaya tertidur di ranjang berseprai putih ini.
Mama Bora tidak berhenti mengusap-usap punggung Tante Soyou. Ia paham betul apa yang dirasakan sahabatnya ini.
Karena takut Yeosang terbangun gara-gara tangisan Tante Soyou, Papa Hangyul memberi intruksi agar Mama Bora mengajak Tante Soyou keluar dari ruangan untuk sekedar menenangkan diri.
Mama Bora mengangguk paham. Yang tersisa di ruangan ini hanyalah aku, Yeosang, dan Papa.
Aku mendudukkan diriku di tepi ranjang. Menatap laki-laki mungil ini dengan perasaan bersalah. Maaf Yeosang. Aku belum bisa jadi pacar yang baik.
"Nak, Papa mau keluar sebentar, ya. Mau beli roti untuk Yeosang."
Mengapa hal itu tidak terpikirkan olehku? Seharusnya aku yang membeli makanan untuk Yeosang. Bukan Papa. Memang diriku ini tidak pantas disebut laki-laki.
"Yeosang bangun," ucapku pelan.
Kedua mata Yeosang terbuka perlahan-lahan. Entah mengapa sekarang aku sangat bahagia.
"Sa-sayang," ini adalah kali kedua Yeosang memanggilku "sayang". Tidak ada kan setan maupun jin yang merasuki tubuhnya?
"Tanpamu, mungkin aku gak selamat. I hate Jongho so much."
"Yeosang, jangan banyak bicara. Kamu gak usah mikirin Jongho lagi. Dia sudah kulaporkan ke polisi. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah fokus dengan kesehatan dan kesembuhan lukamu."
Yeosang menggenggam tanganku. "Caraku berterimakasih ke kamu gimana?"
"Hm, gak usah berterimakasih. Aku kan pacarmu, dan kamu sebagai pacarku berhak mendapat perlindungan dari pacarnya sendiri."
"Seonghwa, coba deketin sini. Aku mau bersihin coklat yang nempel di bibir kamu."
Aku menunduk. Kali ini wajahku dan Yeosang sangat berdekatan.
Chuuuu...
Yeosang menciumku! Jujur saja aku tidak bisa jika tidak membalas ciumannya. Demi neptunus ini adalah kali pertamanya Yeosang menciumku. Apakah Yeosang sudah benar-benar berubah sepenuhnya? Hmm, sepertinya iya.
Shit, kedatangan Papa Hangyul membuatku terkejut. Andai saja Papa tidak datang, aku bisa lebih lama lagi menikmati bibir mungil milik Yeosang. Jujur saja aku sangat merasa ketagihan dan tidak ingin jauh-jauh dari Yeosang.
Papa memberi sesobek roti coklat kepada Yeosang. Cowok mungil itu memakannya dengan lahap. Aku sangat bersyukur akan hal itu.
Aku menyodorkan segelas air putih. "Nih minum,"
Yeosang meneguknya dengan cepat. Well, laki-laki mungil itu tidak terlihat seperti orang sakit lagi.
Pintu ruangan terbuka. Aku melihat dua wanita datang dari balik pintu. Mereka adalah Mama Bora dan Tante Soyou. Bisa dibilang sekarang tante Soyou jauh lebih tenang daripada tadi.
"Anak mama udah sadar!" ia berlari kecil lalu memeluk Yeosang. Namja mungil itu tidak lupa membalas pelukan Ibunya.
Setelah memeluk Yeosang, Tante Soyou menoleh ke arahku. Sepertinya ada sesuatu yang ingin ia ucapkan. "Seonghwa, ikut tante."
Aku pun mengikuti langkah kaki Tante Soyou. Setelah beberapa menit, langkah kaki kami berdua terhenti di sebuah kantin yang letaknya masih berada di dalam rumah sakit ini.
Kami berdua mendudukkan diri di kursi panjang yang telah tersedia di sana. Terlihat wajah Tante Soyou berubah menjadi serius dan aku hanya bisa terdiam, tidak tahu apa yang akan terjadi.
Suasana semakin canggung, aku memutuskan untuk memulai pembicaraan. "Aku sudah melaporkan pelaku—"
"Cukup. Tante gak perlu denger penjelasan kamu,"
Tante Soyou menyilangkan kedua tangannya di dada. "Entah kenapa semenjak pacaran sama kamu, Yeosang jadi gak bener."
"Hah gak bener? Menurutku, Yeosang baik-baik aja selama pacaran sama aku. Maksud Tante apa?"
"Baik-baik katamu? Badan dibungkus perban trus opname di rumah sakit kamu bilang itu baik-baik? Heran tante sama kamu nak!"
"Kamu tau kan ayah Yeosang sudah meninggal? Jangan sampai hal itu terjadi ke Yeosang. Tante gamau kehilangan dia,"
"Intinya sekarang kamu jauhi Yeosang. Kalau bisa, berhenti jadi pacar anak tante."
Tante Soyou pergi meninggalkanku begitu saja. Demi Tuhan aku tidak tahu apa sebenarnya salahku sehingga Mama Yeosang menyuruhku putus dengan Yeosang.
Pokoknya aku gak mau putus.
***
Yeosang POV
Aku sangat bersyukur Tuhan masih memberikan aku kesempatan untuk hidup. Tanpa Seonghwa, nyawaku pasti tidak akan selamat. Thankyou so much, Park Seonghwa. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu.
Kali ini aku ditemani oleh Om Hangyul dan Tante Bora. Mama dan Seonghwa pergi entah kemana, aku tidak tahu.
Baru saja diomongin, Mamaku akhirnya datang. Dengan raut wajah tidak bahagia, pastinya.
"Hangyul sama Bora bisa keluar ga? Aku mau ngomong penting sama anakku."
"Yeosang," panggil Mamaku setelah Om Hangyul dan Tante Bora keluar dari ruangan ini.
Raut wajahku berubah menjadi bingung. "Kenapa ma?"
"Seonghwa sama Jongho kerjasama untuk mencelakai kamu."
"APA?!"
THE END
19 09 19MAKASI BANYAK BUAT YANG UDAH BACA + VOTE + COMMENT DARI AWAL SAMPAI AKHIR. SEKALI LAGI MAKASI BANYAK YAA~ 😘
Sedikit penjelasan:
Jadi Jongho itu gangguan jiwa gais, makanya dia nyiksa Yeosang. Trus pas Soyou bilang, "Seonghwa sama Jongho kerjasama untuk mencelakai kamu." Itu cuma bohongan ya. Soyou bohong agar Yeosang gak percaya lagi sama Seonghwa. Intinya Soyou gamau anaknya pacaran sama Seonghwa karena Seonghwa dianggap tidak bisa melindungi Yeosang.Oiya besok tgl 20 jan lupa yaa nonton SCTV hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire [SEONGSANG] ┊ ATEEZ
FanfictionSebuah kisah tentang Park Seonghwa yang berkeinginan agar kekasihnya berubah menjadi sosok yang lebih romantis. Started: 200719 Published: 210719 Finished: 190919