AIZone#15

2.7K 673 61
                                    

"Cilly calon psikolog, keren ya, psikolog yang gaul, suka travelling!"

Mendadak kepala Mou pening.
Hanya sehari mendampingi Ali menyetir, Ali sepertinya sudah tahu banyak tentang Cilly.

'Tumben, biasanya juga susah adaptasi sama oranglain, kok kayaknya cepet banget akrabnya!'

Pikiran Ily hanya sampai tenggorokan saja, tak terungkap, terpendam sampai mengendap dikepala. Kira-kira itu yang membuat kepalanya makin pening.
Aneh. Mou merasa aneh pada dirinya sendiri dan pada Ali secara bersamaan. Aneh, kenapa ia harus merasa akan mendapatkan saingan? Kenapa Ali harus mendapatkan tempat curhat yang lain? Kenapa bukan dirinya yang menyemangati Ali sampai berhasil mengatasi paranoidnya justru oranglain.

Aneh juga dengan sikap Ali, bukankah ia dingin, kenapa bisa tahu banyak tentang orang yang baru dikenalnya? Apakah justru sebaliknya karna lawan bicaranya kebanyakan kata? Cerewet. Ekspresif. Seperti dirinya? Dan aneh, ia merasa menyesal meninggalkan Ali pergi berlibur ke Jerman dan menyebabkannya harus kenal dengan oranglain sebagai penyemangatnya.

'Yahh, baru ditinggal lima hari, tembok gue sudah ada yang nyenderin kayaknya!'

Mou makin pening. Ia menyandarkan punggungnya di jok mobil dengan siku menopang dipintu lalu menyangga keningnya.

"Kenapa? Lo masih cape? Tidur aja, gue nyetirnya pelan-pelan kok ini biar lo gak ngerasa terganggu kalau jalannya gak mulus!"

Mou melirik sebentar pada Ali yang kebetulan mengalihkan pandangan ke jalan setelah menyelesaikan kalimatnya. Dan entahlah, apa yang menyebabkan ia harus mengubah pandangannya kelain arah, saat Ali menoleh kembali kepadanya.

Dan hal itu membuat Ali mengeryit. Sepertinya ada yang tak beres. Dan Ali baru menyadari, Ily nampak makin lelah dan bosan saat ia sedang semangat-semangatnya bercerita tentang terapy mengemudinya. Apanya yang aneh? Bukankah Ily memang sudah tahu kalau ia paranoid mobil, bahkan mereka memiliki masalah yang hampir sama. Lalu apa yang membuatnya bersikap seketika dingin tanpa kata, hanya, oh, oh, oh sedari tadi. Sejak kapan Mou tak ekspresif kalau mendengar ceritanya?

Dan mendadak Ali menyadari sejak kapan Mou irit komentar. Sejak ia membicarakan, Cilly. Padahal ketika Mou membicarakan Matt, ia juga berusaha untuk biasa saja. Terlebih Mou yang ia kenal, sejak awal sudah punya pacar.

Ali menoleh lagi pada Mou setelah bergantian menoleh jalan.

"Ily?"

"Emh?"

"Eh, belum tidur!"

"Emhh!"

Ali menoleh lagi saat Ily yang saat ini menyandarkan kepalanya di jok mobil dengan mata tertutup hanya melenguh mendengar panggilannya.

"Auwhh!"

"Gue kangen mencet pipi lo, sorii!"

Tangan Ali refleks memencet pipi Mou saat melihat pipi chubby itu dari samping. Dan mata Mou terbuka otomatis makin melebar akibat ulah Ali.

"Lo kurusan, tapi pipi lo enggak!" Goda Ali sambil tertawa.

"Ya memang pipi gue udah begini dari sononya, ihh!" Mou mencebik makin cemberut sambil mengelus pipinya yang baru saja dilepaskan Ali.
Ali senang, berhasil membuat Mou berujar panjang dengan suara khas manjanya. Masa sedari tadi obrolan jadi tidak asik gara-gara komentarnya yang singkat. Kalau tidah 'oh' ya 'emh'.

"Ih dicubit lagiii...."

Ali mentertawakan ulah sebelah tangannya yang sengaja mencubit pipi Mou lagi.

"Dibilang kangen juga, emangnya lo gak kangen sama gue?"

Mou mendelik, tapi seketika ada lega dalam dadanya. Ternyata, yang sehari itu tak bisa membuat Ali lupa padanya. Buktinya dua kali sudah, Ali mengatakan kangen padanya.

ALI & MOU (ILY) ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang