AIZone#12

2.6K 645 58
                                    

"Jadi liburan ini lo ke Jerman?"

"Iyaaa, Matt bilang kemarin, kalau mau, gue ke Jerman aja karna gue yang liburan, dia mah belum!"

"Ohh..."

"Gue sebentar kok, cuma 5 hari gak sampe seminggu!"

"Ohh, tiati dinegri orang, kalau nyasar susah dicari, lo kan kecil!"

Pakkkk! Tangan Mou melayang kebahu Ali dan mendorongnya.

"Jerman kan gede, nyari lo yang kecil di Jerman, kaya nyari jarum dalam tumpukan jerami kali!" Ali tertawa sambil mengacak rambut Mou.

"Apaan sih lo, selalu main fisik!"Mou membalasnya dengan mengacak wajah Ali. Ali makin tertawa, membalas lagi dengan memencet pipi Mou.

"Lo kemana nanti? Pulang kampung?" Mou bertanya, setelah tawa dan teriakannya karna pipinya habis diujung jari-jari Ali berakhir.

"Emang gue punya kampung? Ali yang dulu kan dah gak ada, yang ada sekarang Mamad!" Jawab Ali sambil membuang pandangannya kini.

"Lo gak mau tau, cewek lo yang dulu, gimana sekarang? Apa dia bahagia sama pacarnya?"

Ali menggeleng. Kenapa ketika membahas tentangnya, Ali merasa tak ada kata damai dalam hati. Suasana hatinya langsung terasa buruk. Dan itu berpengaruh pada rautnya yang seketika dingin meskipun saat ini Ily didekatnya. Meski saat didekat gadis itu mestinya ia bebas lepas. Hanya karna membicarakan yang tak sengaja dibicarakan, ia jadi badmood. Kalau kata Ily, ia memag moodyan orangnya. Suka tiba-tiba suntuk tak tau apa sebabnya.

"Barangkali dia gak bahagia, lo harus kembalikan bahagianya dia!"

"Barangkali sebaliknya!"

"Yah, kok pesimis?"

"Percuma gue 'mati' kalau akhirnya gue harus balik lagi buat bahagiain orang yang gue harap bisa bahagia meski bukan sama gue!"

"Tapi..."

"Bisa gak , kita gak usah bahas gue? Bahas lo aja, bahas bahagia lo sama pacar lo, gak usah cari-cari biar gue juga ngerasa bahagia, lo pikir gue iri sama kebahagiaan lo, sama sekali gak!"

"Bukan begitu...!"

"Permisi sebentar, gue mau kesana dulu!"

Mou terdiam ditempatnya. Kenapa Ali? Ia sudah salah bicarakah? Mou meyentuh bibirnya. Padahal ia cuma ingin buat Ali senang. Bikin Ali tertawa bersamanya seperti biasa sama seperti saat Ali membuatnya tertawa ketika ia sedih karna tak dipedulikan orang-orang yang harusnya memperhatikannya.

Saat Matt tak ada. Ali ada.
Saat Matt tak menelpon. Ali yang menelpon.
Saat Matt tak bisa disandari sambil curhat. Ali ada untuknya.

Ia sebetulnya jadi kepikiran, bagaimana Ali saat ia tidak ada. Akhir-akhir ini, ia yang perhatikan makannya. Masak dirumah, nanti ia akan berbagi dikampus dengan Ali. Tapi ia sudah berjanji dengan Matt saat ia menelpon waktu itu. Saat Matt tiba-tiba memutuskan sambungan telpon, ia tak langsung pulang meski Matt memintanya pulang setelah sudah selesai.

Ia sempat memasak buat Ali, menemani Ali makan dan minum obat, baru ia tenang meninggalkannya. Tapi ia tidak meninggalkan Ali, karna Ali yang mengantarkannya pulang. Ali memaksa, karna merasa tak tenang jika ia pulang sendirian. Padahal ia juga memaksa untuk tidak diantar.

"Gue sudah enakan kok!"

"Tapi lo harus minum obat, nanti lo ngantuk!"

"Enggak, obat sakit perut gak bikin ngantuk kok, nanti justru gue gak bisa tidur kepikiran lo, ini udah cukup malam, gue yang tanggung jawab sama lo!"

ALI & MOU (ILY) ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang