AIZone#16

2.6K 666 52
                                    

"Haii, gue Shasabila, biasa dipanggil Cilly, tapi lo Ily bukan? Makanya Mamad gak mau manggil gue Cilly!"

"Iya, I..Ily, dia manggil gue begitu!"

"Kitakan pakai panggilan kesayangan, dia manggil gue Ali, bukan Mamad, ya kan sayang?"

"Ii...iyaa!"

Mou tergagap. Dadanya berdebar-debar. Bersandiwara bukan pekerjaannya. Tetapi ini sudah perjanjian, yang mereka buat skenarionya sebelum sepakat mengantar mobil Cilly bersama-sama.

"Kenapa lo iyain gue pacar lo? Jangan bilang supaya nggak ada yang deketin lo ya, Li!"

Mou teringat ucapannya pada Ali setelah menutup telpon dari Cilly. Selama Cilly menelpon, Mou mengutak-atik ponselnya. Matanya kelayar ponselnya tapi telinganya menyimak obrolan Ali dan penelponnya.

"Nah, lo tau tu jawabannya!" Ali menjawab pertanyaan Mou dengan membenarkan asumsi dari gadis itu sendiri.

Tadinya ia bingung menjawab Cilly apa. Jawaban iya adalah jawaban asal. Supaya habis perkara dan Cilly tidak bertanya-tanya lagi. Ternyata menimbulkan pertanyaan dan jawaban baru dari Ily.

"Kenapa sih lo gak mau banget dideketin cewek?"

"Ck. Pertanyaan berulang, dan jawabannya sama!"

Ali berdecak, sepertinya tak senang dengan pertanyaan Ily yang sudah pernah ia jawab sebelumnya. Ia mau fokus kuliah, pacar baginya calon istri, lebih dari sekedar ingin saling memperhatikan dan diperhatikan untuk memberi semangat dalam hari-harinya. Selama ini ia sudah cukup bersemangat dengan adanya Mou. Dia tidak membutuhkan yang lebih dari sekedar sahabat saat ini.

"Padahal kenapa nggak coba buka diri lo sih Li, inget, gak semua cewek gak bisa jaga hatinya buat lo aja!" Ily mengingatkan. Ia yakin sekali salah satunya yang membuat Ali tidak merasa membutuhkan pasangan saat ini karna ia tak ingin membuat pasangannya jenuh dengan caranya yang aman. Sehingga membuat pasangannya tergoda dengan yang lain yang lebih hangat darinya.

"Ya, kaya lo!" Sahut Ali pendek.

"Kok gue?"

"Ya, lo kan tetep setia sama pacar lo,  gak pernah bosen padahal jauh tapi tetap merasa dekat!"

Mou terdiam. Benarkah ia seperti itu? Selama ini ia sudah mengkondisikan dirinya dan Matt apa adanya mereka. Tak terlalu mempermasalahkan sikap tidak romantisnya Matt. Tak mempersoalkan sikap Matt yang sering tidak berusaha untuk menelponnya meski hanya sekedar 'say hai' sehari sekali. Bahkan chatt pribadinya saja sering terabaikan. Minimal tiga hari tidak dijawab, maximal tak mendapatkan jawaban sama sekali. Hanya akhir-akhir ini saja Matt selalu berusaha menghubunginya. Menjawab chatt bahkan menchatt duluan.

"Pacaran itukan komitmen, Li, kalau udah gak suka lagi, kalau udah gak cocok lagi, mendingan putus dulu baru kalau jomblo bisa cari yang lain!" Ily mengungkapkan prinsipnya.

"Makanya gue lebih aman sahabatan sama lo, karna lo gak akan macam-macam, lo menghargai komitmen lo sama Matt, jadi gue gak akan khawatir dekat lo!"

"Jangan begitu juga!"

Mou jadi serba salah. Biar bagaimanapun, ia merasa tak berhak menjadi halangan bagi Ali untuk mendekati atau didekati gadis lain. Masa Ali dibiarkan jomblo demi mempertahankan persahabatan mereka?

"Aneh ya, nanti kalau gue ngomongin yang lain ada yang masam mukanya!" Ucap Ali tapi setelahnya menutup mulutnya.

"Apa lo bilang?" Mou melebarkan mata seakan tak terima dengan ucapan Ali.

"Ya udah, kalo gitu, gue sendiri aja yang ngantar mobil seperti rencana gue awal!"

Ali berdiri. Ucapannya seakan sekaligus ucapan pamit. Mou terdiam. Tapi lalu refleks meraih lengan Ali saat ia hampir melangkah. Ali melepaskan tangan Mou dari lengannya. Mou segera berdiri dan menarik lengan Ali lagi. Ali tak bisa melangkah apalagi menarik lengannya, karna saat ia ingin menarik lengannya Mou makin mengunci geraknya dengan memeluk lengannya.

ALI & MOU (ILY) ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang