AIZone#14

2.7K 668 52
                                    

"Haii!"

"Haii!"

Sesaat ada pandangan mata yang tak bisa menyembunyikan rindu teramat sangat. Bingung dan kaku dengan apa yang seharusnya dilakukan setelah saling memandang, terhapus jejaknya saat Ali membuka tangannya meski ada ragu sesaat. Bersambut, seperti magnet, Mou tertarik kedalam rangkuman tangan yang siap menenggelamkan tubuh mungilnya itu.

Perjalanan panjang lebih dari lima belas jam yang tadi Mou lalui dengan transit, terasa makin panjang karna rasa inginnya mendarat di Indonesia segera, seketika menguap sudah.

"Sehat?"

"Sakittt!"

Mou memejamkan matanya dalam pelukan itu, saat menjawab manja seakan mengadu kalau dirinya sakit.

"Kok bisa?"

Ali bertanya heran, makin merapatkan pelukan, dan merasakan tubuh yang dipeluknya memang sedikit hangat.

"Gak tau, mungkin karna didalam pesawat kelamaannnn..."

"Trus waktu kemarin belasan jam kesana, gak apa apa?"

Ali menyentuh kening Mou dengan telapak tangannya. Benar saja. Hangat.

"Justruuu, sampai disana gue sakit!"

Mou mengangkat wajahnya menatap wajah Ali dari bawah dagunya.

"Ohya?"

Ali menunduk menatapnya. Dan mata yang ditemukan Mou sedang menatapnya itu seakan memberinya semangat dan kekuatan baru hingga tubuhnya terasa lebih nyaman terlebih pelukannya belum terlepas.

"Tapi sekarang enggak!"

"Kok enggak?"

Mereka saling melepas pelukan. Kelamaan. Bagi mereka tidak apa-apa, tapi mereka sadar sedang berada dimana. Mereka berada diantara pintu kedatangan. Dimana bukan hanya mereka, antara penumpang pesawat dan penjemputnya bertemu.

"Gak tauu, mungkin gue cocoknya di Indonesia, lagi juga disana gue gak kemana-mana!"

"Lho? Kok bisa?"

Ali membantu menggeret koper Ily.

"Gue kan sakittt, Matt juga kuliah, sampe sore baru bisa nyamperin!"

"Oh, jadi ke Tembok Berlin gak?"

"Jadiii!"

Mou lalu mulai bercerita saat ia dihari terakhir pergi ke tembok Berlin.

Kunjunganya ke Tembok Berlin yang sudah beralih fungsi dan tak lagi meninggalkan kesan seram dan tirani, dirasa Mou kurang ternikmati. Meski ia merasa senang dapat berkunjung ke reruntuhan yang beralih fungsi menjadi galeri seni itu, tapi Mou tak merasakan kesan apa-apa ketika pergi bersama Matt dan teman-temannya.

Mou menikmati seirang diri suasana di Tembok Berlin yang sebenarnya sudah tinggal sejarah karna tirai beton tersebut telah dirobohkan oleh penduduk Jerman pada 9 November 1989 itu. Ia menikmati dimana ruang terbuka tersebut menjadi yang terpanjang di dunia. Menikmati tempat yang menampilkan Mural, jenis karya seni rupa, bertema kebebasan dan hak asasi manusia itu dengan pikirannya yang melayang ke Indonesia.

Bagaimana ia bisa merasa sendirian, padahal Matt dan teman-temannya sangat riuh? Sesekali Matt menunggunya karna ia begitu lambat melangkah. Matt mengulurkan tangan untuk menggandeng tangannya sesekali agar mereka tak terpisah dari teman-temannya. Padahal ia ingin sekali memandang mural yang menceritakan banyak hal ketika diamati. Bukan hanya sekedar datang tanpa mengamati dan memaknainya.

ALI & MOU (ILY) ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang