AIZone#18

2.6K 699 58
                                    

"Kok dia gitu amat ya, Li, gak mau denger gue malah langsung bilang udahan?"

"Padahal gue cuman mau jaga perasaannya dia, makanya gak bilang kalau lo yang jemput gue!"

"Selama ini gue memahami dia, kenapa dia bisa-bisanya gak memahami gue?"

"Buat apa dia suruh-suruh gue ke Jerman biar deket dia tapi tetap terasa jauh? Gue pahami itu, tapi dia malah kaya gini..."

Selama Mou mengungkapkan isi hatinya sambil menangis, Ali berdiam diri. Seperti biasa ia hanya menjadi pendengar. Bahkan ingin menyentuh kepala dan mengusapnya saja, Ali tak berani. Justru dalam keadaan yang sekarang, Ali harus menyadari, ia tak boleh membuat Mou, merasa perhatiannya lebih daripada Matt selama ini. Ia menyadari, masalah Matt dan Mou, sedikit banyaknya karna kehadirannya.

"Li?"

"Hmm, ya?"

"Dari tadi lo dengerin gue gak sih?"

"Dengerin!"

"Kok lo datar-datar aja sih dari tadi diceritain juga!"

"Gue harus ngomong apa, Ily? Gue ikut sedih, gue doain Matt akan nelpon lo, minta maaf terus kalian balikan!"

Ali justru mendoakan. Karna baginya putus adalah sesuatu yang menyakitkan. Apalagi Mou adalah sahabatnya. Seandainya bukanpun tak ada alasan baginya untuk senang. Kalau ada yang senang ketika mendengar sepasangan kekasih berpisah, artinya ia egois. Ketika seseorang senang melihat oranglain susah, maka hidupnya akan susah. Karna perasaan negatif akan menarik hal-hal yang negatif.

"Matt itu orangnya teguh pendirian, Li!"

"Teguh pendirian kalau benar, tidak apa, tapi kalau salah, pasti dia akan minta maaf sama lo!"

"Gue gak berharap...."

"Kenapa?"

"Gue capek, sekali dipeduliin, langsung mutusin, apaan tu, emangnya lo senang, sahabat lo digituin?"

"Bukan gitu," Ali menggaruk kepalanya.

"Terus?"

"Lo tu lagi galau, gue pinginnya cuma dengerin, karna komentar gue gak penting sekarang, pentingnya hati lo lega karna udah ngeluarin unek-unek lo!"

"Tapi unek-unek gue udah habis, sekarang giliran lo, komentarin gue!"

"Ily...."

Untung saja situasi Ali yang merasa kurang pantas berkomentar, diselamatkan oleh suara panggilan dari ponsel Mou yang tadi diremas-remasnya.

Mou menatap kearah layar. Lalu memandang Ali.

"Matt?"

Mou menggeleng.

"Mamanya!"

"Sudah terima aja!"

Ragu, Mou hanya memandangi layar ponselnya. Semalam, mama Matt sudah menelpon. Apalagi kalau bukan bertanya kabarnya. Tadinya beliau tidak bilang kalau sudah tahu apa yang terjadi pada hubungan Matt dan Mou, tetapi akhirnya ketika Mou tak juga bercerita apa-apa, Mama Matt akhirnya mengaku baru saja Matt menghubunginya.

"Maafkan Matt, Mou, sebetulnya dia sangat menyayangi Mou, tante sangat tahu, tapi dia merasa gak bisa menjaga Mou, dia sangat sibuk, dia gak mau Mou tersiksa jauh darinya, kalau kalian putus, dia pikir kalian bisa saling melupakan!"

Mama Matt berusaha menjelaskan, apa yang beliau tahu. Menurut Mou, kalau sayang, tidak begitu saja memutuskan. Justru ia merasa kadar sayang Matt padanya sesungguhnya berkurang. Dia lebih mencintai kegiatannya saat ini. Lebih sayang pada aktivitasnya. Matt tersiksa karna harus membagi perhatiannya sementara ia merasa tak bisa pecah fokus, antara pendidikan dan hubungannya dengan Mou.

ALI & MOU (ILY) ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang