"Lo? Lo.. cewe yang bareng temen gue waktu ke ruang kepala sekolah kan?" Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya.
Bianca menatap lekat wajah lelaki yang ada didepannya itu. Ya, dia ingat siapa lelaki yang sedang menatapnya balik itu.
Marvin mengernyitkan dahinya, gadis yang ditanya ini tidak menjawabnya malah menatapnya dari tadi. Marvin mulai sedikit salah tingkah. "Um, ja-jangan liatin gue kaya gitu."
Ucapan Marvin tadi seolah menarik Bianca kembali kealam sadarnya.
"Hnggg, ma-maaf" Ucap Bianca sambil megang kepalanya yang terasa pusing itu.
"Lo kenapa? Sakit? Lagian cewe kenapa sih keluar malem-malem!" Tanya Marvin, terdengar ada nada kekhawatiran pada ucapannya itu.
"Aku sedikit pusing, aku mau pulang aja. Aku.. aku bawa mobil sendiri ko." Jawab Bianca sambil sesekali meringis saat kepalanya kembali berdenyut.
Marvin menggelengkan kepalanya sambil berdecak. Mau pulang? Abis mabok mau pulang? Yakali.
"Jangan bercanda deh, kondisi lo aja lemes kaya gini abis mabok pula malah pengen pulang sendiri. Lo.. lo masih sayang nyawa lo kan?". Pertanyaan Marvin tadi seolah membuat mulut Bianca kelu.
Toh kalo aku kenapa-kenapa juga ga ada yang peduli, kan? Batin Bianca
Melihat Bianca yang terdiam dan tak menjawab pertanyaannya itu membuat Marvin menjadi tidak enak hati. Takutnya ia salah berkata-kata dan malah menyinggung perasaan seseorang.
"Eh, sorry. Gue bukan maksud nyinggung lo ya, tapi kan ini demi keselamatan lo juga. Tuhan udah kasih kita hidup dan udah seharusnya kita ngehargain pemberian Tuhan, kan?" Ucap Marvin. Lah, kenapa gue malah so religius gini sih.
"Mending lo ikut gue dulu, lo tenangin diri lo dulu." Marvin memegang tangan Bianca, membantunya berdiri dan mengajaknya ke tempat yang sudah ia pesan dengan teman-temannya sebelumnya.
Bianca menolak, ia menggelengkan kepalanya cepat. Raut wajahnya yang mulai ketakutan dan panik itu dapat dengan mudahnya terlihat oleh Marvin. Ya, Marvin tau apa yang gadis itu pikirkan.
"Eh, jangan salah paham. Ga berdua sama gue ko. Ada temen-temen gue juga." Ucap Marvin menjawab pertanyaan yang ada dibenak Bianca. Bukannya membuat Bianca tenang, tapi ucapan Marvin tadi malah semakin membuat Bianca ketakutan. Masalahnya ucapan Marvin itu sangat ambigu.
"Eh, seriusan ga bakal gue apa-apain. Duh gimana jelasinnya ya, udah mending lo ikut dulu. Janji, ga bakal di apa-apain." Ucap Marvin yang mulai salah tingkah karena kebingungan menjelaskan maksud dari ucapannya sendiri.
🍃🍃🍃
Dari kejuhan Rey melihat Marvin berjalan ke arah meja nya. Tapi.. ada seorang gadis yang menunduk disebelahnya. Rey mengernyitkan dahinya, ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan.
Eh anjir, itu cewe beneran apa setan yang nempel di badan si Marvin ya?. Rey menggidikan bahunya seolah ketakutan, ia menampar pipinya berkali-kali tapi yang ia lihat itu seakan nyata, tapi pikirannya masih menganggap bahwa gadis yang ada disebelah Marvin itu adalah.. setan.
"Anjir plis ya gue masih mau hidup dengan tenang. Jangan ganggu gue plis, tolongg!" Rey melipatkan tangannya seraya berdoa.
Pletakk
Geri yang melihat tingkah laku Rey yang sangat aneh menurutnya itu spontan menjitak kepala Rey, Rey yang tadinya bergumam itu meringis kesakitan karena perbuatan Geri tadi.
"Apaan si lo, doa Bapa Kami segala. Waras lu? Doa tapi ditempat beginian!" Protes Geri.
Rey memutar bola matanya malas saat mendengar ucapan Geri tadi. "Heh kutil badak! Lo galiat apa ada setan yang disebelah Marvin? Gue gamau diganggu ama tu arwah makanya gue berdoa."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Freezing Heart
Novela Juvenil(On going) - "Kamu kenapa sih? Kamu menghindar dari aku? Kamu berubah Vin!" Bianca terisak. Kedua sorot tajam Marvin bertemu dengan kedua manik mata sendunya Bianca. "Lo mau tau kenapa gue berubah?" tanya Marvin. Bianca mengangguk lemah. "Gue ga su...