Senja berwarna jingga menemani Sakti di sore hari ini. Dia duduk bersila dengan memangku sebuah gitar kecil di teras rumahnya. Memetik senar hingga mengalunkan sebuah melodi yang indah. Suara lembutnya keluar menyanyikan sepenggal lirik lagu dari penyanyi favoritnya.
Cause if you like the way you look that much oh baby you should go and love yourself
Perlahan bibirnya melengkungkan senyuman manis mengingat kebahagiaannya di siang tadi.
Masih terbayang raut wajah gerogi Nara saat keduanya di kurung di dalam gerbang. Masih terbayang senyum malu-malu Nara ketika dirinya melemparkan kata-kata manis yang membuat hati Nara berdenyut bahagia. Masih terbayang jejak langkah kaki mereka yang berjalan beriringan untuk pulang. Semuanya masih terbayang. Dan mungkin, akhirnya semua akan menjadi kenang.
Oh, tidak.
Tentu saja Sakti tidak ingin kebahagiaannya ini berakhir. Dia ingin tetap bahagia bersama Nara. Dia ingin tetap Nara yang menjadi miliknya. Dia ingin tetap menjadi satu-satunya di hati Nara.
Tangannya meraih benda pipih yang terletak di lantai dengan secangkir kopi di pinggirnya. Ponsel dengan warna hitam itu sedari tadi tak tersentuh karena Sakti terfokus memainkan gitar dan memikirkan Nara pastinya.
Biasanya, sore-sore seperti ini Rezi dan Fikto akan mengajaknya bermain game atau pun futsal. Tapi sekarang, kedua sahabatnya itu bahkan tidak menghubunginya sama sekali.
Sakti mencari kontak Nara untuk menghubunginya. Entahlah, dia merasa sangat rindu walau baru sepulang sekolah tadi pertemuan terakhir mereka.
Wajah Nara terlihat memenuhi layar ponsel saat Sakti berhasil menghubunginya.
Hai
Suara Nara terdengar serak. Matanya sedikit sipit dengan wajah khas bangun tidur. Sakti sampai tersenyum geli melihat wajah kekasihnya itu.
"Bangun tidur?" Tanya Sakti memastikan.
Iya. Ngapain video call?
"Enggak. Cuma lagi kangen, pengen ngelihat pacar aku yang imut ini." Sakti terkekeh sendiri menyadari perkataannya yang terlewat lebay.
Terlihat di layar ponselnya, Nara pun ikut terkekeh pelan.
Dasar ya. Kangen mulu, baru juga tadi kita ketemu.
"Abisnya kamu emang ngangenin. Muter-muter mulu di kepala aku, lagi."
Siapa yang muter-muter? Dari tadi aku tidur juga!
"Pantesan. Ada iler tuh dekat bibir kamu."
Ha? Seriusan?
Sakti terbahak saat melihat Nara membelakakkan matanya dan sontak mengelap bibir dengan punggung tangannya.
Enggak ada juga ihh!
"Iya iya, gak ada kok. Cieee kena prank," ucap Sakti dengan nada meledek.
Di layar, Nara terlihat mendelikkan matanya sebal.
Nyebelin!
"Makanya jangan tidur mulu. Kebo dasar!"
Abisnya kasur aku itu posesif banget, sayang. Maunya di pakai buat rebahan mulu. Jadinya kan aku ngantuk sampai ketiduran.
"Bukan kasurnya yang posesif, tapi kamunya aja yang mageran, gimana sih?"
Hmm. Kamu lagi apa?
"Lagi santai aja nih, sambil mainin gitar."
Gitar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Before Us ✓ [SUDAH TERBIT]
Teen FictionNara Almeera, seorang gadis mungil yang sempat mengira bahwa Tuhan tidak pernah benar-benar mengizinkannya untuk jatuh cinta, sebab dia selalu saja terjebak dalam sebuah rasa cinta tanpa balasan. Hingga seorang Sakti Pranaja pun hadir memasuki dunia...