Sudah menjadi kebiasaan setiap pagi, Nara lebih memilih untuk menyambar ponselnya terlebih dahulu dari pada berlari ke kamar mandi untuk mencuci wajah bersihnya. Nara membuka aplikasi berikon hijau setelah mengusap layar tanda membuka kunci. Dia menunggu beberapa pesan yang biasanya masuk menyerang ponselnya. Namun tak kunjung ada, tetap menampilkan pesan yang masuk pada kemarin malam.
Nara berdecak kesal. "Ini emang gak ada yang chat gue atau kenapa sih?"
Mengucek mata sebentar, lalu dia mencari grup chat yang di beri nama MiTangTing Community untuk mengirimkan sebuah deretan pesan.
MiTangTing Comunity
Selamat pagi sayang
Gigi kau kuning-kuning
Mungkin kau lupa berus gigi
Senyummu macam kambing
Nafasmu bau kuda
Jangan marah nanti tikus meradang
Lalalalaaaa
05.13 🕐Nara terkikik geli setelah membaca kembali pesan yang telah dia kirimkan kepada para sahabatnya itu.
Woy!
Kok gak ngerespon chat dari gue sih
Udah pada bangun belum
kalian ini bebbzz
05.16🕐Lama-lama Nara kesal. Apa kedua sahabatnya belum terbangun dari mimpi indah yang sering kali dapat menghasilkan pulau di bantal kesayangannya itu? Ck, dasar dua makhluk kebo. Nara mengubah posisinya. Dari yang terbaring, menjadi duduk tegak menyender ke tembok yang berada di sebelahnya. Dia melirik pesan yang baru saja di kirimkan, terdapat tanda jam di bawahnya.
"Lah, jam read, sinyalnya gangguan ternyata, guys."
Dia beranjak dari kasur empuknya. Dari pada menunggu jaringan lancar kembali, lebih baik dia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci wajah sekaligus mengambil air wudlu untuk menunaikan kewajibannya.
Setelah selesai melipat mukena, dia kembali merebahkan tubuhnya. Tangan mungilnya meraba kasur, hingga menemukan benda pipih yang sekarang sudah berada di genggamannya.
"Masih jam read, ini kenapa sih?" Nara menggaruk kepala hingga membuat rambutnya kusut. Dia menarik layar ponselnya ke bawah, memeriksa notifikasi bar.
"Bego!" Tangan kirinya menepuk kening dengan cukup keras.
Setelah beberapa saat, barulah terdapat banyak pesan yang bermunculan di ponselnya, membuat getaran bertubi-tubi diiringi deringan pelan.
"Pantesan dari tadi gak ada chat yang masuk, terus pas gue kirim chat juga pada jam read, eh ternyata data selulernya lupa belum gue nyalain." Nara sampai terkikik, malu pada dirinya sendiri, bodoh sekali.
Mengabaikan beberapa pesan, dia lebih tertarik untuk melihat story yang di buat oleh teman-teman sekontaknya. Hingga salah satu nama kontak lebih menarik perhatiannya, My Prince Dream.
Dengan senyuman yang mengembang, dia mengklik layar hingga menampilkan beberapa story yang dibuat oleh orang yang dicintainya sampai saat ini, walaupun dia yakin cintanya tak pernah terbalas sedikit pun. Satu persatu dia menunggu agar story yang di buat Aldad terunduh di ponselnya. Dengan senyum yang masih mengembang, dia membaca dalam hati beberapa caption yang tertulis disana.
Tai yang sangat menyeramkan adalah tai kotok. Tainya sudah ada, tapi hewan yang bernama kotok belum juga ditemukan.
Nara terbahak. "Bukannya tai kotok itu tainya ayam ya? Huh, dasar! Lo emang gila, tapi kok gue bisa sesayang ini ya, Kak?"
Begitulah, Aldad Husna Alfarendra. Seseorang yang selama satu tahun ini sudah betah mengisi relung hatinya. Seseorang yang tadi malam dia tulis di buku diarynya.
Lupakan sejenak tentang Aldad. Nara kembali menggeser layar untuk melihat story yang di buat Aldad selanjutnya.
Deg!
Matanya memanas. Dia memandang nanar layar ponselnya. Sedetik, air mata sialan itu berhasil meluncur, menetes membasahi layar. Bagaimana tidak? Aldad memposting foto sepasang mata indah seorang perempuan dengan caption yang terbilang cukup manis.
Nara mengusap pipi bulatnya dengan punggung tangannya secara kasar. "Mata siapa sih ini? Bagusan juga mata gue. Apaan banget deh ini ada beleknya! Pake mascara aja gak becus masih belepotan! Coba hapus juga tuh pensil alis, sumpah kayak tante-tante gak pantas buat kak Aldad yang imut nan ganteng membahana sejagat raya!"
Dia menggerutu kesal. Setelahnya, dia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.00, menandakan bahwa dia harus segera mandi dan bersiap untuk sekolah. Mematikan ponselnya, lalu dia menyambar handuk yang tersampir di paku dindingnya.
Jauh dari lubuk hatinya, Nara penasaran. Siapa pemilik sepasang mata indah yang di posting Aldad dengan caption teramat manis itu? Apakah kekasih barunya? Apakah--
Ah! Memikirkannya saja sudah membuat dada Nara terhimpit sesak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Before Us ✓ [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilNara Almeera, seorang gadis mungil yang sempat mengira bahwa Tuhan tidak pernah benar-benar mengizinkannya untuk jatuh cinta, sebab dia selalu saja terjebak dalam sebuah rasa cinta tanpa balasan. Hingga seorang Sakti Pranaja pun hadir memasuki dunia...