28. Busy

36 10 1
                                    

Selama mengerjakan soal-soal tadi, Nara benar-benar merasa tidak fokus. Padahal ini adalah ulangan kenaikan kelas. Ulangan yang menentukan jika dia akan naik kelas, ataupun tetap tinggal kelas. Entahlah, pikiran Nara kacau. Dia terus memikirkan masalah semalam. Tentang Sakti yang tidak memberi kabar. Tentang Aldad yang mengiriminya pesan singkat. Dan juga tentang perasaannya.

Nara memijit pelipisnya pelan. Ulangan PPKN pada pelajaran pertama sudah selesai. Saat ini istirahat, dia lebih memilih untuk berdiam diri di ruangan empat yang bertempat di kelas 10 IPA 2 itu. Dia melirik samping kanannya. Terlihat Elsita, adik kelas yang semeja dengannya tengah menghafal dan membaca LKS pelajaran Bahasa Indonesia.

"Kak, kalau adverbia frekuentatif itu contohnya yang kayak gimana ya?"

Nara terkesiap kala adik kelasnya itu menanyakan suatu hal padanya. Dia sempat terdiam untuk mengingat, sebelum akhirnya dapat menjawab dengan mantap.

"Adverbia frekuentatif itu misalnya kayak selalu, biasanya, sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, yang kayak gitu deh." Jawab Nara dengan tersenyum ramah di akhir kalimatnya.

Mata Elsita berbinar kagum. "Ohh, kayak kata yang menggambarkan makna dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu itu ya?"

Nara mengangguk mantap. Untung saja otaknya tidak terlalu bodoh. Jika tidak bisa menjawab pertanyaan adik kelasnya, mau di simpan dimana mukanya yang imut ini?

Elsita tersenyum. "Makasih ya, Kak." Dia menutup buku LKS-nya.

"Sama-sama."

"Btw kak Nara pacarnya siapa?"

Nara tercengang mendengar pertanyaan Elsita, adik kelasnya itu.

"Emm-- kepo ahh kamu." Nara terkekeh kikuk.

"Ih? Aku dengar-dengar, Kakak pacaran sama teman sekelas ya?"

"Hah? Enggak. Punya pacar satu aja ribet, apalagi sekelas."

Elsita mengernyitkan keningnya. "Maksud aku, Kakak pacaran sama teman yang masih satu kelas gitu. Iya kan?"

Nara tersenyum simpul. "Oh, iya."

"Btw namanya siapa?"

"Sakti."

"Kak Sakti? Yang mana ya?" Tanya Elsita sembari menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Masa gak tahu sih?"

"Seriusan."

"Itu loh, yang suka futsal. Yang kalau ke mana-mana barengan sama Rezi." Jelas Nara.

"Rezi yang mana?"

Nara memutar bola mata malas. "Kamu gak kenal Rezi juga?"

Elsita menggeleng.

"Hellow, ke mana aja sih selama sekolah di SMA Pelita Bangsa? Masa sama cowok-cowok ekskul futsal pada gak tahu?" Tanya Nara geram.

Elsita hanya menyengir menampilkan gigi kelincinya. "Aku introvert, Kak. Suka diam di kelas. Makanya deh gitu."

Nara menghembuskan nafasnya panjang. "Yaudah deh. Gak penting juga."

Before Us ✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang