1 회 [Awal]

33.2K 1.7K 214
                                    

|Teach Me Brother [Nomin] 👨‍❤️‍👨|
🔎 Original Story From ZiyaHaiiro 🔍
📝Remake By Let_Me_Rest 📝
























































[Jaemin P.O.V]

"Sudah berapa kali saya katakan untuk tidak tidur saat jam pelajaran?!" ibu guru matematika bernama Ibu Irene memarahi gue karena saat pelajaran pertama tadi gue tidur. Sorry to say, gue lagi memang sangat ngantuk dan gak bisa ditahan lagi.

"Maaf bu. Saya tidak bermaksud ketiduran tadi, cuma saya tidak bisa menahannya." jawab gue memelas. Sebenarnya gue malas, pelajaran ini bikin gue jenuh.

"Jaemin! Ini bukan hanya sekali tapi sudah banyak kali kamu melakukannya! Kalau begini terus, kamu tidak akan paham apa yang saya jelaskan!" bentak ibu Irene penuh emosi.

Ya, ini gue Lee Jaemin atau Nana atau Jaemin atau Bla-bla. Gue sekarang berada di kantor guru, di meja ibu guru matematika killer. Gue disini karena jam pertama pelajaran matematika tadi gue ketiduran. Bagaimana gak ketiduran? Tadi malam gue nonton hentai gak ingat waktu mungkin sampai jam 2 malam.

Tadi pagi gue kagak mau berangkat sekolah, tapi siapa coba yang mau uang saku dipotong 50%? Uang saku gue 50 ribu, nah kalau dipotong 'kan menjadi dua -Eh i mean 25 ribu. Jadi gue terpaksa berangkat sekolah sambil terus-terusan nguap.

"Dengar tidak kamu Jaemin?!" ibu Irene menatap gue tapi tetap mempertahankan emosinya. Tapi gue nggak menjawab, gue malah mendengus kesal. Nah gue salah lagi, dengusan gue membuat ibu Irene tambah marah seperti banteng yang siap menyeruduk.

"KAAAMUUU TUU YAA-!!" wanita paruh baya itu berteriak seantero ruangan membuat guru-guru lain menatap kami heran. Seperti gak tahu malu, gue malah cuek. Gak mau ngeladenin, bete. "SAYA AKAN-" omongon ibu itu terpotong setelah seorang pria yang tidak asing bagi gue maupun sekolah ini datang dari balik pintu. Siapa lagi kalau bukan Lee Jeno, kakak gue. Yang itu lhoo ganteng, pintar, dan kampret. Di motto gue gak ada yang namanya puji berlebihan terhadap orang itu. Jeno menatap gue tajam. Cih, siapa coba yang akan takut?

"Ibu, ini kenapa ya?" tanya Jeno sopan. Biasalah kalau murid teladan harus hormat pada yang lebih tua, dsb.

"Ini adek kamu ketiduran lagi di kelas, Jeno. Ibu sudah menegurnya beberapa kali tapi tetap saja..." jawab ibu Irene yang menurunkan nadanya secara drastis. Mungkin dari volume 99% menjadi 30%. Giliran Jeno selalu begitu, giliran gue dibentak-bentak sampai kuping gue ini nyeri habis ditusuk-tusuk pakai suara ibu itu. Heh, annoying.

"Maafkan adek saya ini ya bu. Dia ini memang nakal orangnya. Nanti saya akan beri dia pelajaran di rumah." kata Jeno sambil nyengir ke gue. Heh? Apa maksudnya? Berkat itu, gue natap dia horror.

"Baiklah ibu maafkan dia. Jangan lupa ingatkan dia untuk tidak melakukannya lagi." kata ibu guru itu sambil menghela napas. Mana napasnya bau ikan pula. Tapi gue tahanin aja, nanti hukuman gue ditambah berkali lipat gara-gara gue muntah disini.

Setelah itu, tangan gue ditarik Jeno keluar ruangan. Dia megang tangan gue itu kenceng banget sampai tangan gue rasanya memerah. Nih kakak gue kekuatannya dari mana sih? Dari Kaguya maybe.

Saat kami berjalan melintasi lapangan, gue dan Jeno disambut oleh beberapa pasang mata. Bukan beberapa tapi banyak! Termasuk cewek-cewek pembuat grup lebay itu. Gue repeat pakai caps lock, LEBAY. Karena kami kakak-adek apalagi hampir tiap hari juga gue ditarik kayak hewan peliharaan, jadi ini sudah seperti hal biasa. Bahkan ada tuh siswa ujung-ujung yang ketawa-ketiwi melihat ini. Dasar, mereka semua membuat gue muak.

Teach Me Brother [Nomin Ver]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang