5 회 [Rencana Kencan?]

8.2K 848 57
                                    

|Teach Me Brother [Nomin] 👨‍❤️‍👨|
🔎 Original Story From ZiyaHaiiro 🔍
📝Remake By Let_Me_Rest 📝

























































[Jaemin P.O.V]

Seriously, Jeno mau jadi dokter bedah? Untuk seukuran orang yang harusnya fokus dengan pelajaran tahun akhir, malah mempelajarinya sekarang? Tapi, bukannya dia harusnya adalah penerus perusahaan, ya? Papa 'kan pernah bilang bahwa salah satu dari kami harus menjadi direktur perusahaan. Jangan-jangan gue lagi? Cih, gue gak tertarik dengan posisi itu.

Gue menggaruk tengkuk, melihat dengan seksama buku tebal yang ada di tangan. Benar-benar gagal paham. Nggak ngerti jalan pikirannya kakak gue itu. Dulu, saat gue masih SD kelas 1 dan dia kelas 3, dia adalah orang yang paling periang dan kebanyakan bermain sama gue. Entah itu permainan dari tab atau yang diberikan sama mama. Kemudian... dia berubah. Dia lebih pendiam, mengurung diri di kamar, mukanya seperti sangat fokus dengan pelajaran. Tab atau permainan yang biasa kami mainin, hanya gue sendirian bermain dengan itu semua. Lebih tepatnya, dia yang meninggalkan dunia periangnya (-ㅅ-).

Memang sih, nggak ada salahnya juga kalau dia lebih milih belajar daripada bermain. Yang aneh itu adalah, ketika gue mau ngajak Jeno bermain, papa bilang sesuatu seperti,"Jeno tidak memiliki waktu untuk bermain denganmu, Nana. Kamu bisa bermain dengan mama, atau temanmu yang lain, tapi jangan mengganggu kakakmu. Dia sedang belajar dengan giat."

Segiat-giatnya orang belajar, otak perlu istirahat. Lagipula, yang dulu bilang gak bisa bermain dengan gue 'kan papa, bukan langsung dari orangnya. Well, dia terkunci dalam sebuah ruangan, nggak bisa keluar kecuali saat makan, atau pergi ke sekolah. Seolah jadwal kegiatannya diatur orangtua kami. Saat sarapan bersama pun, mukanya terlihat sangat lelah, nggak ada semangat hidup. Waktu gue nanyain, kenapa dia sangat lelah, Jeno menjawab, "Gue baik-baik aja, lo gak perlu khawatir."

Gue sama Jeno cuma beda 2 tahun. Tapi dia ngelihat gue kayak bocah ingusan. Dia mengganggap gue gak perlu tahu apa-apa tentang dirinya. Anehnya, dia boleh masuk ke kehidupan gue, sedangkan kebalikannya gue nggak bisa masuk ke dunianya. Dia bahkan bisa meniru sikap orang dewasa. Kalian tahu? Gue iri. Orang yang serba bisa, jenius, bertalenta. Gue berbeda, ibaratkan kami nggak memiliki gen sama melainkan hanya orang asing dihubungkan tali persaudaraan ('-﹏-';).

Omong-omong, ini sudah jam 5 sore. Gue harus segera balik ke kamar, sebelum Jeno kembali dari latihannya dan menemukan gue sedang ngorek-ngorekin ruangan kerajaannya ini. Gue mengambil flashdisk yang sempat tertunda tadi, berbalik badan dan... ( ゚д゚) gue terlambat. Jeno berada tepat di depan pintu, menumpu satu kakinya, dan melipat kedua tangan seakan gue tertangkap basah.

"Lo ngapain di kamar gue, heh? Lo pasti ngehambur-hambur meja belajar gue 'kan?" dia mencoba mengintrogasi. Gue memikirkan jawaban yang pas.

"Gak. Gue cuma mau ambil flashdisk yang lo pinjam." gue memperlihatkan flashdisk yang ada di tangan gue. Dia natap dan menghela napas. Kok dia malah jadi kayak kecewa gitu? Apa karena dia akan jadi gagal ngehukum gue ya?

"Ya sudah, kalau urusan lo kelar, silakan keluar. Gue mau ngerjain tugas. Syuh! Syuh!" Jeno mengusir gue kayak kucing. Gue melangkah keluar ruangan, dan mengingat sesuatu. Ya, itu adalah pernyataan Heejin yang menyukai Kak Jeno. Mumpung ketemu orangnya, ini kesempatan gue bilang daripada merasa bersalah karena gak ada waktu. kemudian gue berhenti tepat disampingnya.

"Kak, Heejin suka sama lo. Cewek itu keknya nembak lo deh," setelah itu, gue ngelalui dia tanpa ngedengar jawaban apapun. Mungkin dia terdiam disana, atau juga dia kenal sama Heejin. Entahlah, yang ada di benak gue sekarang hanyalah makalah dan PR.

Teach Me Brother [Nomin Ver]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang