Bagian 21: Sebuah Permintaan

33 0 0
                                    

"Hani?"

Nia terkejut, karena Hani tiba-tiba berada dikelas dengan tatapannya yang sayu.

"Kamu ngapain disini Han? Bukannya kamu sudah pulang?"

Hani berjalan kearah Nia sambil membawa kertas lusuh itu. Kemudian dia memberikan kertas tersebut pada Nia sambil mengatakan sesuatu padanya dengan suaranya yang parau.

"Sebaiknya kamu menjauhi Abdi."

Nia terdiam sesaat untuk berpikir akan perkataannya. Kemudian dia kembali bertanya pada Hani.

"Apa maksudmu Han?"

Hani menjawabnya dengan nadanya yang tinggi dan keras sambil menutup matanya.

"AKU TIDAK SUKA! Bukannya kamu juga tau bahwa aku begitu menyukainya?"

Nia bersedih namun tak mengeluarkan air matanya. Dia kembali mengatakan sesuatu padanya sambil tertunduk dengan nadanya yang sedih.

"Iya. Dan karena kejadian waktu itu, persahabatan kita menghilang. Kamu seakan-akan menjauhiku sampai sekarang. (Meninggikan suaranya) Apakah itu semua karena kita berdua menyukai orang yang sama?"

Hani menutup telinganya dengan kedua tangannya dan berkata pada Nia dengan keras sambil memejamkan kedua matanya.

"AKU TIDAK PEDULI! Itu sudah sangat lama. Kamu tak perlu mengungkit-ungkit hal itu."

Nia kemudian melihat kearah Hani sambil tersenyum padanya dengan nadanya yang senang namun terdengar sedih.

"Iya, kamu benar. Memang sepertinya semua itu tak akan pernah bisa seperti dulu. Aku juga bingung, kenapa sampai sekarang aku masih mengingat kejadian lama itu? Padahal aku ini orangnya pelupa. (Meneteskan air mata lalu mengusapnya dengan kedua tangannya) Apakah kamu tak ingin kalau kita seperti dulu?"

Hani tak menjawabnya. Tak lama kemudian dia pergi meninggalkan Nia sendirian dikelas dengan meninggalkan kertas lusuh itu padanya. Lalu Nia melihat isi kertas tersebut.

"Nia? Kenapa namaku ada disini? Apa maksudnya?"

Pikirnya dalam hati. Nia terdiam sesaat memperhatikan kertas tersebut. Kemudian dia menyadari sesuatu.

"Apakah kertas ini milik Abdi?"

Perempuan PelupaWhere stories live. Discover now