Bagian 25: Kembali Di Kehidupanku Yang Normal

28 1 0
                                    

Aku bergegas untuk kembali kekelas dan bersegera untuk melaksanakan shalat dzuhur. Setelah selesai, aku merasa lebih baik. Perasaan yang sebelumnya kurasakan mulai menghilang. Sesampainya dikelas aku melihat mereka masih berbincang-bincang, Hendra dan Nia sedang bercanda satu sama lain. Aku mendengar suara Nia dengan nadanya yang rendah itu selalu dia lontarkan pada Hendra. Sedikit muncul situasi yang aneh itu kembali pada diriku, namun aku menepisnya.

Aku duduk dan kembali menatap pemadangan yang indah dibalik jendela. Aku merasakan ketenangan dan situasi yang aneh tersebut berangsur-angsur menghilang. Tak terasa bel masukkan berbunyi, aku melihat pak Indra masuk dan akan memulai pelajaran Matematika. Mereka semua kembali ke tempat duduknya masing-masing. Begitupun dengan Hendra yang tadi berada disamping tempat duduk Nia bersama Nia tadi.

Aku mengambil bukuku dan sedikit melirik kearah Nia. Dia terlihat sangat fokus terhadap pelajaran ini. Hingga pada akhirnya pelajaran ini usai dan pelajaran lainpun dimulai. Tak terasa bel pulangan berbunyi. Mereka semua bergegas untuk pulang. Begitupun dengan Hendra dan Nia. Sebelum Nia pulang, dia menulis sesuatu di binder catatannya itu. Setelah selesai mereka berdua pulang. Lalu aku juga bergegas untuk pulang.

Keesokan harinya telah tiba, aku bergegas ke sekolah dengan Pamanku. Dan sesampainya dikelas, suasana masih sepi. Lalu aku duduk dan kulakukan kebiasaanku tersebut sembari menunggu bel masukkan. Hingga tak terasa bel telah berbunyi, aku masih tertidur tanpa ada seseorang yang menepuk pundakku. Biasanya hal itu terjadi bila guru sudah memasuki kelas. Bahkan sampai sekarang aku tak tau siapakah orang misterius tersebut yang menepuk pundakku.

Nia baru ingat, bahwa dia mendapatkan perintah dari Bu Ningsih untuk mengambil buku tulis kami yang dikumpul sebelumnya. Sementara Bu Ningsih sendiri ada keperluan lain. Jadi kami diberikan tugas olehnya. Ketika Nia ingin menepuk pundakku, dia tak jadi melakukannya. Lalu dia memanggil Hendra untuk menemaninya mengambil buku tulis kami di ruang guru.

Aku yang sudah mulai sadar dari tidur sesaatkumengintip sedikit kearah mereka. Aku tak melihat Nia dan Hendra. Lalukulanjutkan tidurku untuk menunggu bu Ningsih datang. Disini aku tak mengetahuibahwa bu Ningsih tidak akan mengajar dikelas.

Perempuan PelupaWhere stories live. Discover now