Program pertukaran pelajar ke Amsterdam akan dilakukan pada akhir bulan ini. Dan tes untuk menentukan siapa yang akan mewakili sekolah akan dilaksanakan minggu depan. Artinya para siswa kelas dua belas hanya memiliki waktu sekitar satu minggu untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti serangkaian tes yang dilakukan oleh pihak sekolah.
Ruang perpustakaan sekolah yang biasanya sepi pun menjadi ramai oleh siswa-siswi yang membutuhkan informasi yang mendalam untuk menghadapi tes tersebut.
Daniel pun demikian, ia juga keluar masuk perpustakaan untuk mencari buku yang direkomendasikan Bella. Meski Daniel tahu bahwa para guru akan membuat Daniel lolos dalam tahap tes tersebut, namun Daniel ingin membuktikan bahwa dirinya juga layak melenggang keluar negeri dengan usahanya sendiri.
Bella sangat mendukung semangat Daniel, ia juga membantu suaminya itu mempelajari soal-soal yang akan muncul dalam tes tersebut.
Bella tersenyum melihat Daniel begitu semangat memecahkan soal yang Bella berikan padanya. Di tangannya sudah terdapat satu piring kentang goreng dan dua gelas coklat panas untuk menemani kegiatan bergadangnya malam ini.
Daniel menoleh dan mengambil nampan berisi makanan yang dibawa Bella. Ia kembali duduk di lantai depan ruang tv dan meletakkan nampan tersebut diatas meja.“Kamu kalau mau tidur duluan, tidur aja Bel. Jangan tunggu aku.” Ujar Daniel sambiil mengunyah kentang goreng.
“Aku belum ngantuk kok. Nanti kalau aku ngantuk, aku bisa tidur di sofa. Aku mau menemani kamu malam ini.” Balas Bella mengusap kepala Daniel dengan lembut.
“Thanks ya, Bel.”
Bella mengangguk.
Daniel kembali serius melanjutkan kegiatan belajarnya, sedangkan Bella terdiam dan mengamati suaminya yang begitu keren saat memecahkan soal-soal. Apalagi saat soal-soal tersebut bisa ia pecahkan dengan mudah, senyuman bangga Daniel seperti menular kepada Bella. Bella selalu ikut menyunginggkan senyumannya saat kedua matanya bertemu satu.
Cup.
Daniel mengecup bibir Bella sekali. Bella yang terkejut segera menutup bibirnya dengan punggung tangannya.
“Ih.. iseng deh.” Ujar Bella mendorong bahu Daniel. Daniel hanya membalas dengan kedipan matanya.
Bukan Daniel namanya jika tidak iseng menggoda Bella, setiap pertanyaan yang berhasil ia selesaikan dengan benar, Daniel akan mengecup bibir Bella. Bella pun akhirnya tak menolak perlakuan iseng Daniel. Ia bahkan berharap Daniel memecahkan semua soal latihan yang Bella berikan untuknya. Kemudian setelah ia merasa jawaban Daniel benar, Bella akan suka rela memajukan bibirnya untuk dikecup oleh lelaki itu.
“Oh, mulai menyerahkan diri ya?” Tanya Daniel mencubit pipi Bella.
“Aku suka dicium kamu.” Jawab Bella tanpa basa-basi.
“Dimana?” Tanya Daniel kembali.
“Disini, disini, disini.. dan disini..” Bella menunjuk pipi kanan, pipi kiri, kening dan berakhir pada bibirnya.
Daniel mengangguk-angguk mengerti. Walaupun Bella sudah berusia dewasa, namun ia masih terkesan seperti anak remaja yang baru mengenal cinta. Bella memang tidak banyak memiliki mantan di masa lalunya. Hidupnya terlalu serius mengejar pendidikan dan karir.
Daniel bersyukur dapat meminang wanita seperti Bella. Tak banyak wanita yang seperti Bella di lingkungan sekitarnya. Ia pun selalu belajar menjadi laki-laki yang layak untuk Bella. Dalam segi apapun, ia selalu berusaha untuk membahagiakan Bella dengan kekuatannya sendiri.
Impian Bella tak pernah muluk-muluk. Daniel sadar, sebagai wanita normal yang diinginkan Bella saat ini pasti adalah ingin segera memiliki buah hati. Usianya tak muda lagi, bahkan tergolong sudah cukup untuk memiliki anak. Daniel tidak egois, ia sudah memikirkan ini matang-matang sebelum menikahi Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Adorable Teacher
RomancePunya pacar seorang guru tampan? Ah, sudah biasa. Kalau punya istri seorang guru cantik dan cerdas, baru luar biasa. Sebuah kisah seorang siswa laki-laki bernama Daniel yang berusia sembilan belas tahun, jatuh hati pada guru ekonominya yang berusia...