(1) We Bare Boys : Gara-gara Haechan ( ft. NCT 00'line )

1.1K 133 12
                                    

Saat waktu menunjukkan pukul dua dini hari, pintu rumah Sooyoung akhirnya terketuk. Membuat gerakan mondar-mandir yang sejak tadi di lakukannya terhenti. Berganti dengan gerakan cepatnya berlari menuju pintu utama.

Omelan di ujung lidah yang siap dia lontarkan, seolah tertelan begitu saja. Melihat adik Taeyong yang ada dalam rangkulan Jaemin dan Jeno. Sementara, di belakangnya Renjun mengikuti dengan muka lelah.

"Kita nggak mabuk, kok Teh. Teteh jangan marah."

Jaemin langsung menyerobot begitu merasakan aura berbeda dari tatapan mata Sooyoung. Padahal daripada marah, Sooyoung lebih khawatir sebenarnya.

Renjun, Jeno, dan Jaemin adalah tanggung jawabnya. Dan anak ingusan yang hilang kesadaran di rangkulan Jeno-Jaemin adalah adik sahabatnya yang punya tingkah luar biasa bikin pusing.

"Terus dia kenapa?" Sooyoung menggerakan dagu, "Kakak tahu kalian baru dari club. Jadi, jangan bohong!" lanjut Sooyoung setengah menekan.

Membuat Renjun yang sejak mereka ijin pergi tidak berani menatapnya, makin tidak berani lagi menatap Sooyoung. Itulah kenapa Sooyoung bisa langsung tahu mereka berbohong sebenarnya.

"Haechan mabuk susu, Kak."

"Hah?!"

Sooyoung menganga lebar mendengar penuturan Jeno. Tapi langsung menggeser tubuh, membiarkan keempat pemuda tanggung itu bergerak masuk. Renjun, masih menunduk. Mengikuti dari belakang.

Sooyoung merangsek maju, membantu menata sofa ruang tengah. Untuk selanjutnya di tempati Haechan. Biar bagaimana, anak itu harus pulang. Taeyong mencarinya. Secepatnya, Taeyong harus menjemput adik bandelnya ini.

Sooyoung menutup pintu kamar selesai menghubungi Taeyong, saat ujung matanya menangkap pemandangan di ruang tengah. Haechan masih terlihat belum sadar dari blackout-nya, tertidur dengan diapit Jaemin dan Jeno dengan posisi masih saling berangkulan.

Berjalan mendekat, tangan Sooyoung meraih saklar. Mengaturnya supaya cahaya ruangan jadi redup. Wanita itu mendekat, berjongkok di samping kepala Renjun yang tertidur di atas karpet. Di bawah kaki Jeno.

Sooyoung memandangi mereka satu persatu, bibirnya sedikit tertarik begitu melihat wajah polos mereka saat tidur. Terutama Haechan, pemuda tanggung itu terlihat normal saat tidur.

Tangan Sooyoung terulur, mengelus rambut hitam Renjun yang paling dekat dengan jangkauannya. Membuat Renjun yang mungkin terganggu, jadi mengerjapkan mata pelan. "Eungh!"

"Tidur aja, nggak apa-apa." Kata Sooyoung begitu melihat Renjun bangkit, "atau mau pindah ke kamar?"

Renjun cuma menggeleng pelan, sebelum akhirnya menundukan kepala. Tapi mulutnya tetap diam tanpa mengucap apapun. Membuat Sooyoung menarik senyum dan kembali mengelus rambut Renjun.

"Kakak nggak marah...." Kata Sooyoung pelan. "Kak Sooyoung bahkan tahu kalau kalian sebenarnya ke club."

Penuturan Sooyoung langsung membuat Renjun menoleh, "Mbak Sooyoung tahu?" Sooyoung mengangguk masih dengan tersenyum. "Tapi kok di ijinin?"

Sooyoung mendecak, "lah ini jadi nyesel setengah mati." Sooyoung mengganti posisinya jadi duduk di samping Renjun, "jangan kayak gini lagi, kakak khawatir. Untung kalian bisa pulang."

"Iya Mbak, maafin Renjun. Maafin kita." kata Renjun sambil menunduk memainkan jarinya, "tapi seriusan deh Mbak, kita nggak ngapa-ngapain. Haechan juga itu mabuk karena kebanyakan minum susu." lanjutnya menjelaskan.

Sooyoung tersenyum, menggeser duduknya mendekat ke arah Renjun. Lalu merangkulkan lengannya ke lengan Renjun. "Iya, kakak juga tahu itu."

Renjun menoleh dan ikut tersenyum. Selanjutnya, menyandarkan kepala ke bahu Sooyoung. "Haechan minum berapa botol susu?" Tanya Sooyoung.

"Bukan botol, kaleng. Sepuluh kaleng Haechan minum sendirian sampai kalengnya ikut penyok-penyok."

Sooyoung lantas tertawa pelan. Membayangkan para bocah ini datang ke club malam awalnya mungkin mengerikan untuknya. Tapi setelah mendengar penuturan Renjun, entah kenapa perut Sooyoung seperti di gelitik.

"Gimana club-nya?" Sooyoung meraih selimut yang terlipat di ujung sofa. Membentangkannya lalu menyelimutkan ke tubuhnya dan Renjun.

Renjun membetulkan sandarannya di bahu Sooyoung lalu menggeleng pelan, "parah! berisik! pusing!"

Lagi-lagi Sooyoung tertawa pelan, "kok nggak pulang-pulang?"

"Haechan tuh, godain cewek mulu. Terus ketahuan Somi, gebetannya dia. Mereka ribut, terus susu yang beli di minimarket depan di minum semua, Mbak. Nggak mikir emang Haechan itu ya. Mana nyelipin masuknya susah lagi. Kan nggak boleh bawa makanan dari luar. Haechan tuh emang ribet. Bikin kesel."

Sooyoung yang tidak tahan akhirnya meraih bantal sofa di atasnya. Lalu membenamkan wajah disana dan tertawa terbahak-bahak. Membuat Renjun bersungut karena kepalanya merosot dari bahu Sooyoung yang bergetar.

"Ih udah jangan ketawa! Aku melorot." Kata Renjun lalu melingkarkan tangannya ke pinggang Sooyoung dan kembali bersandar.

Sooyoung akhirnya membuka bantalnya, satu tangannya mengarah ke kepala Renjun di bahunya. Menepuk-nepuknya pelan. "Iya, udah sana tidur. Besok biar Haechan di omelin Bang Taeyong."

Renjun menggeleng. Memeluk Sooyoung makin erat dan merangsek makin dekat. "Maafin Renjun ya, Mbak...."

Sooyoung baru akan menjawab sebelum badan-badan bongsor lainnya ikut merangsek memeluknya erat. Jeno dan Jaemin. Haechan masih di alam mimpi. Lagipula, Haechan kan tidak bare. Yang bare  mereka bertiga.

"Kita juga mau peluk." Kata Jaemin yang merangkul lehernya dari depan. Langsung diangguki Jeno yang bersandar di bahu kanannya.

"Tolong dong, kalian udah pada berat!" Protes Sooyoung yang sama sekali tidak di dengar. Malah makin erat saja pelukan mereka. Membuat Sooyoung nyaris sesak nafas.

"Astaga, kalian bukan kucing lagi!"














ini dua chapter sama yang tadi tuh harusnya  di post kemarin tapi nggak pede:'(

CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang