Bianca mengasihani diri sendiri yang tak punya keberanian untuk melakukan banyak hal sendirian. Misalnya, sekadar menonton film di bioskop. Dia selalu melakukan aktivitas sederhana itu bersama Meiske atau teman-temannya. Sayang, sejak enam tahun terakhir satu per satu temannya membangun keluarga sendiri. Hingga yang tersisa cuma Bianca.
Entah sudah berapa lama dia tak lagi menginjakkan kaki ke bioskop. Selain karena kesibukan yang memang membuat waktu luang Bianca sangat minim, dia juga tak punya teman yang bisa diajak menikmati film layar lebar. Setelah orang-orang dekatnya berkeluarga, tema obrolan malah membuatnya jengah.
"Jangan terlalu pilih-pilih, Bi! Jangan juga terlalu banyak pertimbangan. Kalau sudah merasa klop, nggak usah lama-lama pacarannya."
Kalimat senada sering dilontarkan teman atau bahkan Meiske. Seakan mencari jodoh itu hanya bergantung pada selera Bianca semata. Dia perempuan normal yang merindukan keluarga, apalagi di usianya yang hari ini menginjak angka 34 tahun. Namun, apa yang harus dilakukan jika dia belum menemukan pria yang dirasa tepat untuk menjadi pasangan jiwa sepanjang hayat? Tidak mungkin membuat sayembara dan memublikasikannya di media, kan?
Bianca berjalan mendekati antrean saat matanya menangkap sosok yang tidak terlalu asing. Hanya butuh sekitar tiga detik untuk mengenali pria jangkung berbahu lebar itu. Atilla, marketing director Hotel Candramawa.
Di antara semua makhluk yang paling tidak ingin ditemuinya saat ini, Atilla berada di urutan teratas. Bukan apa-apa, Bianca yakin situasinya akan canggung sekali. Dia bisa saja menjadi orang yang luwes dan terkesan akrab dengan orang yang baru dikenal jika berurusan dengan masalah pekerjaan. Di luar itu, Bianca bisa dibilang perempuan lumayan kaku yang tak nyaman berada di dekat orang yang baru dikenalnya.
Berpura-pura tidak melihat Atilla adalah langkah yang dipilih Bianca. Perempuan itu mempercepat langkahnya untuk bergabung dengan antrean calon penonton yang ingin membeli tiket bioskop. Saat nyaris melewati Atilla yang sedang bicara dengan perempuan cantik di sebelahnya, lelaki itu tak melihat Bianca. Menarik napas lega, perempuan itu yakin Atilla tidak menyadari kehadirannya. Atau, kemungkinan besar lelaki itu malah sudah melupakannya.
"Hei, kamu Bianca, kan?" Seseorang tiba-tiba mengadang di depannya. Bianca berkedip, menyadari jika Atilla ternyata mengenalinya. Fakta yang cukup mengejutkan.
"Halo, Atilla. Apa, kabar?" Bianca mengangguk sopan, berbasa-basi. Tatapannya berhenti di wajah cemberut pasangan Atilla. Bianca menyapa perempuan itu dengan ramah. Perempuan yang kemudian diketahuinya bernama Eve itu menyambut dengan sikap kaku. Kelihatannya pacar Atilla sedang tidak berminat berkenalan dengan siapa pun.
"Kamu mau nonton? Sama siapa?" tanya Atilla dengan mata mencari-cari. "Sama pacarmu atau Renny?"
"Sendirian," balas Bianca singkat. "Kalian mau nonton juga? Sudah beli tiket?"
"Kami ...."
Kalimat Atilla tidak selesai karena Eve menukas dengan nada tajam, memanggil nama lelaki itu. Tahu diri jika kehadirannya hanya mengganggu, Bianca buru-buru melambai sambil buru-buru bergabung di antrean. Perempuan itu mengembuskan napas lega karena tidak perlu terlibat obrolan basa-basi lagi.
Bianca adalah pecinta film laga, karena itu dia memilih menonton di studio dua yang memutar film terbaru Tom Cruise. Aktor itu memang sudah tak muda lagi. Aksinya di film franchise Mission Impossible kadang terlalu berlebihan karena menentang hukum fisika. Akan tetapi, tampaknya Tom masih punya banyak penggemar, termasuk Bianca. Terbukti, antrean calon penonton cukup panjang. Bianca sudah berdiri lebih dari empat menit dan masih ada lima orang di depannya yang ingin membeli tiket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Romeo [The Wattys 2020 Winner - Romance]
ChickLitBianca Dhanakitri tidak banyak bermimpi untuk menemukan pasangan yang sempurna di umurnya yang ketiga puluh empat. Apalagi menjadi pasangan seorang pria tampan, perhatian, dan berkarir bagus seperti Atilla-yang tujuh tahun lebih muda darinya. *** Bi...