Alpha Tiga Puluh Sembilan

27.9K 3.5K 270
                                    


Bianca tidak bisa mengingat kapan dia merasa lebih sedih dibanding sore ini. Seharusnya, satu bulan terakhir ini kondisinya membaik. Tidak bertemu Atilla sama sekali, mestinya membuat perasaannya mulai terkikis, kan? Nyatanya, dia tak mampu menahan lonjakan kegembiraan hanya karena melihat lelaki itu datang. Seakan Atilla datang untuknya. Hingga perempuan itu diingatkan oleh fakta bahwa hubungannya dengan Atilla sudah berubah.

Lalu, semua menjadi pengap saat Atilla cuma menghadiahi Bianca senyum sopan sebelum memanggil nama Renny. Obrolan basa-basinya yang begitu kaku dengan lelaki itu tidak membuat hatinya membaik. Bahkan kehadiran Helmy pun tak memberi efek apa-apa.

Puncaknya, Bianca harus melihat Atilla dan Renny meninggalkan Just Married bersama. Andai bisa, dia takkan pernah mau melihat pemandangan seperti itu seumur hidup. Semua itu memengaruhi sisa hari yang harus dilewati Bianca.

"Bi, ada apa? Kamu banyak melamun dari tadi," tegur Helmy.

Bianca mencoba tersenyum untuk menyembunyikan kegugupannya. Helmy menatapnya dengan intens, sinar matanya dipenuhi keingintahuan. "Aku agak capek," kata Bianca, pendek.

"Bukan karena Atilla, kan?" tukas Helmy tanpa basa-basi.

"Jangan dikaitkan sama Atilla," balas Bianca. "Nggak ada hubungannya sama sekali!"

"Baguslah kalau gitu. Aku nggak mau temanmu itu membuat masalah." Helmy menunjuk ke arah piring di depan Bianca dengan dagunya. "Habiskan makananmu, supaya kita bisa segera pulang. Lain kali, kalau kamu capek, sebaiknya ngomong. Jadi, kita bisa atur ulang jadwal ketemuan. Aku nggak mau kencan kayak begini. Kamu yang lebih banyak melamun dan jadi pendiam. Kalau ...."

Betapa ingin Bianca menulikan telinga agar tidak mendengar kritikan di suara dan kata-kata Helmy. Bersama lelaki itu dalam banyak kesempatan, Bianca kian mengenal kebiasaan Helmy. Pada dasarnya, pria itu orang yang baik. Akan tetapi, Helmy juga orang yang sangat keranjingan memegang kendali. Selalu ingin memastikan segalanya sesuai keinginan.

Selama ini, Helmy adalah orang yang nyaris selalu mengambil keputusan. Atau, minimal memberikan saran yang cenderung harus diikuti Bianca. Mulai dari restoran yang mereka datangi, film yang ditonton, hingga menu yang sebaiknya dipilih Bianca. Mau tak mau, semua itu membuat Bianca membandingkan dengan pengalamannya saat bersama Atilla.

"Bi, aku nggak suka situasi kayak gini. Kita keluar tapi kamu mendiamkanku karena terlalu sibuk mikirin sesuatu. Ini namanya buang-buang waktu."

Bianca bersyukur karena Helmy mengucapkan kalimat itu setelah mobilnya berhenti di depan rumah Meiske. Dia buru-buru melepas sabuk pengaman sembari berujar, "Maaf."

"Oke, kali ini aku bisa maklum," respons Helmy. Pria itu turut melepaskan sabuk pengamannya. "Jadi, sampai kapan kita akan terus berkencan? Aku sudah bilang kalau pengin kita pacaran, kan? Tapi, kamu malah minta waktu. Kenapa kamu masih belum yakin?"

"Aku tahu. Aku juga pengin hubungan ini nggak jalan di tempat." Bianca menatap Helmy sungguh-sungguh. "Aku akan segera ambil keputusan."

Helmy tersenyum. "Baiklah. Aku tunggu."

Bianca tiba di kamarnya dengan rasa mual bergulung di perut. Dia sangat tahu jika sudah melakukan hal bodoh yang sulit untuk dimaklumi, bahkan oleh dirinya sendiri. Namun, beberapa minggu silam, pilihannya tampak memberi harapan. Nyatanya?

Saat ini, perempuan itu menghadapi banyak masalah sekaligus. Tak cuma harus mengelola perasaannya yang tak keruan karena masalah asmara yang melibatkan Atilla dan Helmy. Bianca juga harus bersemuka dengan kecanggungan baru tiap kali bertemu Renny. Apa pun yang terjadi antara Renny dan Atilla, sudah membuat hubungannya dengan Bianca ikut terkena imbasnya. Meski tak kentara karena berusaha bersikap normal, Bianca tahu jika Renny agak menjaga jarak darinya. Entah apa alasannya.

Alpha Romeo [The Wattys 2020 Winner - Romance]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang