Masih dihari libur.
Seharusnya menjadi hari istirahat yang menyenangkan bagi semua orang. Tetapi emosi Kai luar biasa buruknya pagi itu dan menyebar ke seluruh penjuru markas. Suasana markas memang selalu menegangkan. Tapi kali ini lebih menegangkan dari biasanya. Seluruh anak buah Kai berbicara sambil berbisik-bisik ketakutan, membicarakan ketua mereka yang hanya marah-marah seharian ini.
Pagi tadi Kai sudah membuat pingsan anak buahnya sendiri, hanya karena tidak sengaja menyenggol pundaknya. Lalu ia memanggil Suho dan membentaknya karena berkas yang ia minta belum diberikan. Bahkan Kris, Tao dan Lay pun ikut terkena kemarahannya ketika mereka melapor bahwa Sehun tidak keluar rumah seharian.
Sekarang semua orang saling bersembunyi berusaha menghindari agar tidak berurusan dengan Ketua mereka yang begitu mengancam, seperti macan hitam yang terluka.
Suho masuk dengan hati-hati keruangan pribadi Kai,"Ini berkas yang kau minta, Kai.", Dengan membawa tumpukan kertas berisi semua informasi dan data diri Daniel.
"Bagus."
"Apakah kau akan memukulinya lagi, Kai? Kurasa kau sudah membuat sekarat untuk saat ini."
"Tutup mulutmu, Suho! Biarkan aku mengurus apa yang menjadi urusanku!", Kai menggeram tak suka.
Suho mengangguk, menyadari bahwa ketuanya akan meledak marah dan ia memilih pergi daripada terkena semprotan kemarahan lagi seperti pagi tadi.
Kai berdiri mondar mandir sambil menyesap rokoknya. Tubuhnya begitu bergairah. Mengingat sepertinya sudah lama Kai tidak menyentuh seseorang. Ia bisa saja melampiaskan gairahnya kepada pekerja diklubnya yang sudah jelas mereka akan bersedia dalam rengkuhan Kai. Namun, kali ini ia tidak ingin orang lain. Ia ingin Sehunnya. Sialan! Kenapa pikirannya terus menerus tertuju kepada kelinci kecilnya?
Memikirkan wajah Sehun yang menggoda dengan bibir yang bengkak dan wajah yang semerah tomat membuat bagian bawah Kai menjadi tegang. Beruntung Kai memilih untuk menghentikan aksinya. Jika tidak, jiwa liarnya akan keluar dan ia akan sulit untuk mengendalikan dirinya sendiri.
.
.
.
.
.
Sementara itu ditempat Sehun yang terlihat damai."Ugh..", Sehun bangkit dari tidurnya sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing. Ia tidak ingat bagaimana dirinya bisa sampai dirumah. Yang ia ingat terakhir kali ketika Kai marah padanya dan membawanya kesebuah ruangan khusus.
Walaupun ia tidak ingat siapa yang mengantar pulang, tapi Sehun yakin bahwa Kai lah yang mengantar dan menggendong Sehun sampai kekamarnya. Ia harus menelpon Kai untuk mengucapkan terima kasihnya. Cuma terima kasih, pasti tidak susah.
Sehun pun mengambil hpnya, dan kemudian ia menelpon Kai.
Tut
Tut
Tut
"Maaf, nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Silahkan tekan..."
Kenapa Kai tidak mengangkat ya? Apa mungkin dia sedang sibuk? Batin Sehun.
Sehun pun mencoba menelpon kembali hingga 5 kali namun tetap saja tidak diangkat. Akhirnya iapun menyerah.
Tok! Tok! Tok!
"Sehun? Kau sudah bangun? Ayo makan, ibu sudah menyiapkan makan siang untukmu..", Ibu Sehun menghampiri kamar putranya untuk mengingatkan bahwa hari ini sudah siang dan Sehun belum makan sedari tadi pagi karena masih tertidur.
"I-iya bu, aku akan ganti baju dulu..", Mendengar seruan ibunya mengatakan makan siang Sehun menyadari bahwa ia melewatkan sarapan paginya.
Setelah berganti baju seadanya, Sehun pun keluar dari kamarnya dan menghampiri meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho but, Sweet? • KAIHUN ✔
FanfictionApa jadinya jika Sehun dipaksa untuk berpacaran dengan ketua aliansi berandalan nomor 1 dikotanya karena sebuah ancaman? . . ⚠WARNING⚠ Note : 17++ [Pada beberapa chapter] Diharap Bijak dalam Membaca . . Psycho But, Sweet? © 2019 by : Hyungteey