Drrt drtt..
Kai menelpon Sehun berulang kali, namun diabaikan oleh Sehun. Ia hanya duduk diam sambil menurunkan kaca jendela taksi lebar-lebar. Tangannya bergetar saat melihat hp nya. Ya tuhan, Ini menyakitkan sekali. Sehun berharap angin malam membuat sesak di dadanya sedikit berkurang. Ia meremas ujung bajunya dengan kuat, menangis sejadi – jadinya. Tanpa suara.
Seharusnya Sehun memakinya ‘kan? Menjerit tidak terima, marah, atau bahkan mengamuk. Tapi apa? Sehun malah mengeluarkan senyumannya pada seorang kekasih yang bermain dengan mantannya.
Kim Kai, bolehkah aku membunuhmu?
Sesampainya dirumah, Sehun bergegas masuk kedalam kamarnya dengan pintu yang sedikit terbanting.
"Loh? Kerja kelompoknya sudah?", Ibu Sehun sedikit berteriak karena berada didapur.
"T-tidak jadi!", Seru Sehun. Kepalanya ia telungkupkan diatas bantal. Berusaha melupakan insiden pahit yang ia lihat, namun tak bisa. Bayang-bayang Kai dengan Kyungsoo memenuhi pikirannya.
.
.
.
.
.
Pagi menjelang. Sehun masih dengan posisinya semalam. Meringkuk di atas kasur dengan keadaan yang mengenaskan. Dia bahkan tidak tidur semalam. Matanya sembab. Pikirannya kosong. Ia bahkan tidak ada niatan untuk pergi kesekolah."Ugh..tidak. aku tidak boleh lemah seperti ini.", Sehun bangkit dari posisinya. Dia tahu apa yang akan dia lakukan. Pertama, membersihkan diri sebelum Kai menjemputnya. Mengumpulkan seluruh tenaganya. Dia masih hidup sekarang. Itu adalah kenyataan yang harus dia hadapi. Dan dia tahu siapa yang harus dia bunuh setelah ini. Nenek sihir sialan itu.
Jam 7 kurang, Sehun membuka pintu rumahnya setelah berpamitan pada ibunya untuk pergi kesekolah. Kai berdiri gagah menunggu kedatangan kelinci kecilnya. Badan Sehun menegang. Mata mereka bertemu. Wajah Sehun yang pucat menjadi pemandangan mengenaskan Kai pagi ini.
"Ayo berangkat.", Seperti biasa, Kai memberikan helm cadangannya kepada Sehun lalu mengantar Sehun kesekolah dengan aman.
Sepanjang perjalanan dari keluar rumah hingga sampai kedepan gerbang sekolah, Sehun hanya diam saja. Tak mengeluarkan sepatah katapun.
.
.
.
.
.
"Hun, kau tak apa-apa? Wajahmu pucat sekali..apa jangan-jangan Kai--menyakitimu?", Saat Sehun baru masuk kelas. Chanyeol sudah memberi pertanyaan bertubi-tubi padanya."Ya Tuhan, pantatku saja belum menempel dengan benar di kursi ini.", Sewot Sehun.
"Tsk! Cepatlah kau letakkan pantat berhargamu itu!", Chanyeol memutar bola matanya malas. Kalau temannya masih bisa ngomel seperti ini berarti dia masih hidup.
"Jadi bagaimana hubunganmu dengannya?", Lanjut Chanyeol.
"Hhh..buruk.", Sehun mendesah.
"Seperti yang kau tau, aku dan Kai memang berpacaran. Tapi hubungan kami terasa aneh. Kami berpacaran karena sebuah ancaman. Aku mengajaknya ketempat favoritku, begitu juga sebaliknya. Semua kelancaran itu membuat hubungan ini semakin aneh.""Lalu?", Chanyeol melirik Sehun yang meremas ujung seragamnya.
"Semalam, aku melihatnya bermain dengan nenek sihir itu. Aku--merasa bersalah karena semenjak Kai bersamaku, dia selalu menahan semuanya dan tidak bisa bebas seperti biasanya.", Oh tidak. Matanya mulai berkaca-kaca lagi.
"Kau menyukai Kai?"
"Ya, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku putus saja dengan dia?", Sehun menggigit bibirnya. Air mata perlahan jatuh dipipinya.
"Kau harus memilih keputusan yang tepat.",Chanyeol yang melihat Sehun menangis segera memeluknya. Ia tau temannya ini sedang butuh sandaran.
.
.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan bahwa sekolah telah berakhir, para murid pun bergembira untuk pulang kesekolah. Ada yang makan bersama, pergi ke arkade permainan, dan masih banyak lagi. Cuma Sehun satu-satunya orang yang tidak tertarik untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho but, Sweet? • KAIHUN ✔
FanfictionApa jadinya jika Sehun dipaksa untuk berpacaran dengan ketua aliansi berandalan nomor 1 dikotanya karena sebuah ancaman? . . ⚠WARNING⚠ Note : 17++ [Pada beberapa chapter] Diharap Bijak dalam Membaca . . Psycho But, Sweet? © 2019 by : Hyungteey