Part 3

1.4K 210 17
                                    

Hermione bermimipi tentang sesuatu yang indah malam itu. Dia berada di sebuah ruangan yang besar dengan dinding-dinding yang penuh dengan rak, dan aroma buku-buku serta perkamen yang mengelilingi inderanya.

Dia tahu dengan pasti, tempat itu bukanlah toko buku kecilnya. Karena tokonya tidak sebesar dan semegah ruangan yang saat ini dimimpikannya. Dia berjalan mendekati perapian dan menemukan sofa tunggal didekatnya, lengkap dengan Crookshanks bertengger di kaki kursi.

Dia berjalan mendekat dan duduk di sana. Matanya tidak melewatkan buku favoritenya, 'Hogwarts: A History' yang tergeletak di meja kecil samping sofa. Tersenyum, Hermione meraihnya dan mulai membaca.

Ini benar-benar mimpi yang indah.. dan tenang.

Dia berasa menghabiskan seluruh harinya di tempat itu sampai dia mulai lelah dan tertidur.

Kali berikutnya dia bermimpi, dia masih berada di tempat yang indah.

Dia setengah tertidur, tapi pipinya masih bisa merasakan gesekan dari sutra yang lembut dari bantal, dan tanggannya mulai meraba-raba permukaan kasur yang juga lembut. Benar-benar indah.

'Kapan terakhir kali aku ingat pernah memiliki tempat tidur semewah ini' pikirnya.

Tubuhnya terasa menghangat karena sinar matahari mulai memasuki ruangan. Dia mengerjap-kerjapkan matanya menyesuaikan diri dengan cahaya.

Tatapannya terpaku pada langit-langit kamar. "Sejak kapan aku memasang lampu gantung di sana?" Gumamnya.

Dia terdiam untuk beberapa menit. Seolah mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia sudah tidak bermimpi lagi, dan dia benar-benar tidak berada di rumahnya sendiri.

Tiba-tiba dia menyentakkan tubuhnya untuk bangkit, duduk di tempat tidur. Matanya dengan liar mengamati sekelilingnya.

Itu ruangan yang sangat besar, memang. Dengan dinding yang penuh lukisan berseni, dan barang-barang antik lainnya yang menghiasi ruangan. Matanya juga menangkap sesuatu yang nampaknya adalah lemari pakaian yang kayunya dipahat dengan ukiran rune yang rumit, dan di sudut sana ada sebuah pintu yang agak kecil yang dia duga adalah kamar mandi.

 Matanya juga menangkap sesuatu yang nampaknya adalah lemari pakaian yang kayunya dipahat dengan ukiran rune yang rumit, dan di sudut sana ada sebuah pintu yang agak kecil yang dia duga adalah kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar itu didominasi dengan warna monochrome, bahkan lantainya sendiri persis seperti permainan papan catur, hitam dan putih.

Tunggu..

Ini bukan saatnya untuk mengomentari seni dekorasi!

Saat pikirannya sibuk bergelut di dalam kepala lebatnya, dia dikagetkan dengan suara letupan kecil dari arah samping tempat tidur. Dia sempat menjerit sesaat sebelum menyadari bahwa itu hanyalah peri rumah.

"Astaga! Kau mengagetkanku," katanya pada peri rumah itu.

Itu tidak dimaksudkan untuk keluar seperti sebuah seruan, tapi makhluk kecil itu hanya menunduk, seperti takut untuk dimarahi.

Lord LestrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang