Part 6

1.4K 175 12
                                    

Beberapa menit setelah kepergian Miss Granger, Rabastan menemukan dirinya berada di ruang kerja kakaknya. Dia telah mengekori Rodolphus ke sini begitu mereka menyelesaikan urusan di meja makan.

"Kau benar-benar akan membantunya, brother?" tanyanya.

Dia agak kurang yakin dengan motif kakaknya, sehingga masalah ini perlu dibicarakan lebih lanjut.

"Tentu. Kenapa tidak?" jawab Rodolphus. Duduk di kursi kesayangannya dan terselip diantara kertas-kertas pemberat.

Rabastan meringis melihatnya. Dia tak pernah mengerti kenapa kakaknya bisa sangat menyukai pekerjaan. Tidak, pria itu gila kerja.

"Kenapa tidak?" ulang Rabastan heran. "Itu sangat tidak biasa darimu. Kau tau.. memberikan bantuan pada orang lain tanpa imbalan yang jelas. Dan ini Hermione Granger yang sedang kita bicarakan."

Bersandar di sandaran kursinya, Rodolphus menatap adik kecilnya. "Rabastan, lil' bro.. kau hanya tidak mengerti."

"Sialan. Aku benci nama panggilan itu!" Protes Rabastan tak senang. "Dan apa tepatnya yang tidak kumengerti tentang ini, brother?"

Percakapan mereka tetap berlangsung seputar Miss Granger sebelum seekor burung hantu datang menyela.

Rodolphus, yang posisinya lebih dekat dengan jendela dan burung hantu, segera bangkit dan mengambil surat. Dia membacanya untuk waktu yang agak lama dan Rabastan menjadi tidak sabaran.

"Well, apa isinya?"

Rodolphus masih membaca surat itu dan mengabaikan pertanyaannya.

Meskipun agak kesal karena diabaikan, tapi matanya masih bisa menangkap dengan baik ekspresi wajah kakaknya.

Rabastan bisa tau bahwa surat itu datang dari Kementerian. Mengingat raut wajah Rodolphus yang mengindikasikan ketidaksukaan yang jelas, dan dia bisa dengan mudah menebak bahwa isinya hanya akan merugikan mereka.

"Rodolphus!" panggilnya dengan agak keras.

Rodolphus hanya diam dan langsung menyerahkan surat itu ke adiknya.

Rabastan menerimanya dengan tak sabar dan mulai memindai kata-kata yang tertulis didalamnya. Dia juga memerlukan beberapa waktu sebelum menyelesaikan bacaannya, dan berakhir dengan: "Surat penangkapan?!" sentaknya setelah memahami apa intinya.

Kakaknya hanya mengangguk mengiyakan dan berjalan kembali ke kursinya.

"Ini tidak bisa diterima, mereka benar-benar sudah kelewatan kali ini. Menuduh tanpa bukti yang jelas adalah kejahatan serius!" Rabastan memaki. "Brother, gunakan ini untuk melawan mereka!"

Rodolphus hanya menghela nafas mendengar tanggapan adiknya.

Mereka bagaimanapun, tidak punya banyak waktu untuk itu saat deru perapian terdengar keras dan suara kebisingan dari lantai bawah mengkonfirmasikan kedatangan para Auror.

"Fuck." Umpat Rabastan.

"Bahasa, Rabastan." Rodolphus sempat-sempatnya menegur ketidaksopanan adiknya.

.o0o.

"Rodolphus Lestrange! Rabastan Lestrange! Kalian ditangkap atas dugaan percobaan melarikan diri beserta persekongkolan dengan para Death Eaters yang masih buron."

John, salah satu dari rombongan Auror yang datang memimpin. Dia berdiri di depan kakak beradik Lestrange sambil menyombongkan surat penangkapan resmi dari Kementerian.

"Tidakkah kalian 'para pengejar anjing liar' terlalu cepat menangkap kesimpulan?" ejek Rodolphus.

Rabastan menoleh ke kakaknya. Jika situasi tidak terlalu serius, dia akan menggodanya untuk bahasa 'anjing'nya.

Lord LestrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang