Part 8

1.8K 180 72
                                    

Aku berdiri ditengah kekacauan ruangan setelah menyaksikan para Auror terlempar keluar dari Manor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berdiri ditengah kekacauan ruangan setelah menyaksikan para Auror terlempar keluar dari Manor.

Yeah. Mereka memang pantas mendapatkannya.

Semua diskriminasi ini sungguh membuat kami lelah. Tapi kami tidak se-naif itu untuk berpikir bahwa kami orang suci yang bisa menuntut keadilan.

Kami dikenal jahat karena suatu alasan, dan tidak perlu siapapun untuk tau sisi yang berlawanan dari itu. Cukup aku dan Rodolphus saja yang tau.

Menatap pada kotak yang terbaring diam di lenganku, aku mengelusnya dengan lembut dan memberikan senyum lemah di sana.

Kotak itu berdengung dengan sihir familiar yang selalu membuat kami nyaman. Membuat kami merasa disambut. Sihir milik mom.

Rasa kerinduan pada ibu kami yang telah meninggal tidak akan pernah surut. Dan aku yakin Rodolphus akan setuju denganku bahwa Kementerian sekalipun tidak bisa mengambil harta kami yang paling berharga.

Lebih berharga dari seluruh perkebunan sialan yang keluarga Lestrange miliki.

"Apa kau akan menyimpannya, atau terus memandangnya sepanjang hari?"

Suara Rodolphus menarikku kembali.

Aku memberinya senyum masam sebelum berbalik dan menuju ke ruang penyimpanan.

"Tidak ada salahnya mengenang itu," kataku, sebelum menghilangkan di ujung lorong.

Well, Rodolphus memang tidak akan secara gamblang mengakuinya. Tapi diantara kami berdua, dialah yang bertingkah seperti anak mama.

Aku tidak akan menggodanya lebih jauh hari ini. Sudah cukup dengan semua adegan yang dibuat oleh para Auror.

Membisikkan mantra pengunci, begitu semua tersimpan dengan baik, aku memutuskan untuk keluar dan mencari udara segar.

Kami memiliki halaman yang lumayan luas di belakang Manor. Tapi itu hanya aku yang datang, Rodolphus jarang menikmati waktunya di alam bebas, lebih cenderung mengubur diri di tumpukan file-file busuk itu.

Sambil menatap langit yang masih biru, aku bersiul dan menantikan kedatangan temanku.

Kepakan sayapnya terdengar dari atas kepalaku. Beberapa saat kemudian, aku menoleh untuk menemukannya mendarat di bahu kiri ku.

"Rhodes," Panggilku pada burung hantu itu.

Gumpalan bulu itu memberiku decitan kasar dan mematuk ujung telingaku. Dia senang dengan kemunculanku yang tiba-tiba.

Sambil mengelus pelan bulu abu-abu lembutnya, aku mencari tempat persediaan pakan unggas dan memberi makan Rhodes.

Rhodes adalah tipe burung hantu jantan yang keras. Mata yang tajam dan paruh yang runcing telah menggambarkan semua itu. Dia adalah teman yang setia saat aku membutuhkan hiburan darinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lord LestrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang