"Family means no one gets left behind or forgotten." – David Ogden Stiers.
----------
Senna.
Sean nangis kenceng dan wuih tentunya bikin heboh seisi villa.
Eyang Putri apalagi tuh.
"Senna itu kenapa histeris gitu ya ampun... anak nggantheng ini... sini sama Eyang Putri ndelok manuk..."
Sean buang muka.
Emang ini bayi mahal abis kalau lagi bete.
Untungnya Ale nyamperin dan senyum sama Eyang Putri juga nenangin Eyang. "Biasa, Eyang. Dijahilin sama si kembar."
"Nopo putu buyutku kabeh nakal. Ck. Ck. Ck." Jawab Eyang Putri yang akhirnya kembali ke tempat duduknya.
Eyang Putri sama Eyang Kakung emang beda jauh.
Eyang Kakung yang gayanya slengean dan berjiwa muda, juga bodo amat. Sedangkan Eyang Putri itu apa-apa dipikirin. Hal kecil juga dipikirin.
Dengerin bayi nangis juga dipikirin. Dulu sempet Eyang Putri agak ngomel sama Gika, tapi justru jadi lucu. Gika gak ngerti bahasa Jawa sama sekali, sedangkan Eyang Putri ngomongnya campur-campur Bahasa Indonesia sama Bahasa Jawa. Jadinya percuma. Gika gak paham sama omelan Eyang.
Nah, yang paling pusing Eyang Putri itu tentunya sama Kak Fany. Cewek di keluarga yang bener-bener jauh dari norma-norma yang dipegang Eyang Putri, tapi karena Eyang Kakungnya santai, Eyang Putri cuma bisa misuh-misuh di belakangnya aja.
Tapi paling enak minta uang ya sama Eyang Putri. Karena gak tegaan itu, jadi uang dari Eyang Putri beneran ngalir deras kayak air keran.
"Si Sean gak apa-apa, Sen?" tanya Ale yang mungkin ikut khawatir.
Karena secara gak langsung ya anak gue kan barusan main sama anak-anaknya.
"Sensi dia. Tadi di jalan gak enak badan, jadi digangguin dikit begini." Jawab gue yang masih nepuk-nepuk pantat Sean.
"Om Ale gendong mau?"
Sean ngeliatin aja. Semacam mau tapi masih ragu.
Tapi kemudian suara kecil keluar. "Nda."
Gue cuma bisa nyengir garing ngeliat ke Ale sedangkan dia justru terkekeh dan ngacak pelan rambut Sean.
Si jual mahal ini emang makin nyebelin kalau lagi sedih.
"Turun ya? Main lagi sama Kakak Alla sama Kakak Alta?" bujuk gue pelan.
Sean menggeleng dan justru tangannya sekarang melingkar di leher gue.
Padahal gue sama Ale, Mas Galan, dan Mas Aby mau bangunin satu manusia yang tidurnya kayak orang mati. Caturwangsa.
"Duluan aja lah, ini gak bisa gue tinggal." Suruh gue sambil ngedeket ke arah mereka.
"Sean mau sama Om Galan? Om Galan punya kapal bagus yang banyak."
Sean menggeleng.
Nah terus ada nenek lampir ngedeketin. Siapa lagi kalau bukan Kak Fany.
"Baby, mau ikut Aunty pergi sama Mami?"
Kening gue berkerut. "Mau kemana?"
"Bawa Sean ke Maminya lah."
"Ayo, baby. Sama Aunty."
Sean tetep menggeleng dan tetep meluk gue.
"Yaudah, Sean mau ikut main sama Om Catur gak?" usul Ale tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segika
Fanfiction(Series #3 - Bonus dari Cerchio) Tentang Mami Gika dan Papi Senna. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2019]