6. Maaf.

4.1K 399 17
                                    

"I said "I love you" and I meant it. But I hurt you, now "I'm sorry" and I mean it." – Unknown.

----------

Senna.

Acara di villa Eyang akhirnya menghabiskan waktu sampai tiga hari. Dari hari Jumat sampai hari Minggu kita semua ada di villa Eyang dan barang siapa yang pulang, pasti kena ceramah panjang dulu.

Atau minimal diintrograsi.

Bahkan pacarnya si Kaisar aja diajak nginep disini dan disediain kamar sendiri. Sebenernya kita semua udah bercandain Kaisar dan nawarin kamar barengan sih, cuma si Kaisar ini emang cari muka depan ceweknya, jadi mereka pisah kamar.

Pas mau pulang dari rumah Eyang, ada yang nyusahin banget sampai nangis jerit-jerit karena harus pulang.

Gak usah gue sebutin siapa ya?

Orangnya lagi tidur tuh di jok belakang.

Setelah drama dua jam tuh. Gue. Gila. Gue sekarang sabar banget jadi orang. Udah gak pernah ngegas.

Jadi, si bayi juragan daging ini gak mau pulang sampai dia tidur-tiduran di lantai villa Eyang karena disini dia bisa main sama sesama bayi.

Kebayang gak sih, si kembar yang iseng tuh tetep dia sayang padahal dia anaknya senggol bacok. Tapi setelah nangis yang pertama itu, dia gak pernah nangis lagi dan malah ketawa-tawa.

Ale sama Ella sampai kaget karena tumben ada yang sanggup ngeladenin lincah dan ributnya si kembar selain mereka.

Gue sama Gika aja cuma bisa menghela napas dan ngebiarin mereka bertiga main sesuka hati. Yang penting aman, terserah deh mau napain.

"Sen, mau makan apa?"

"Buat di rumah ya? Gue apa aja sih. Beli aja gimana? Lo keliatan capek, Gi."

"Eh iya? Gue gak nyadar sih... Yaudah nanti beli dulu deh ya."

Gue ngangguk kecil sambil tetep nyetir. Tangan gue tanpa sadar terulur ke arah Gika dan nyentuh leher dia sambil gue elus pipinya.

"Lo gak apa-apa kan, Gi?"

Gika ketawa dan menggeleng. "Gue baik-baik aja, Sen. Emang keliatan gimana sih?"

Setelah Gika ngomong gitu, dia langsung ngeliat ke arah cermin dan ngecek wajahnya. "Oh iya sih gue kayak capek gitu ya? Nggak kok, Sen. Tenang aja."

"Beneran?"

"Beneraaan. Kenapa sih jadi khawatiran?"

"Lah? Gue kan emang khawatiran sama lo."

"Hehe iya deh."

"Udah tidur aja sana."

"Nanti lo ngantuk?"

"Gak akan." Jawab gue yakin. "Kalau ngantuk nanti nyari rest area terus tidur."

"Oke. Oh ya, besok lo ke kantor mana?"

"Gue ke Voiture dulu, katanya Ayah mau diskusi tapi gue gak tau diskusi buat apa. Terus abis itu ke Cerveza."

"Gue kayaknya pulang malem deh, Gi."

"Kenapa?"

"Inget gak winery yang waktu itu kerja sama gue di Slovenia? Dia besok mau ke Cerveza, kayaknya baru nyampe sore. Nah dia juga bawa produk dia yang yang baru, jadi sekalian ngobrol."

"Gimana, Gi? Kalau menurut lo jangan ya gak apa-apa, gue cari orang buat wakilin aja."

"Pergi aja, Sen. Gak enak kali dia bukan lo yang nyambut? Lagian mau ada produk baru juga kan? Gak apa-apa kok."

SegikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang