Setelah semua beres. Dari kejaran pekerjaan maksudnya, Ara bersiap-siap membersihkan diri. Rumahnya lumayan ramai. Karena sang papa sedang adu catur bersama Agus anak tetangga sebelah. Sedangkan Jungkook yang sedang asik marah-marah dengan lawannya yang ada di layar komputer.
Ya, mereka sedang main perang-perangan lewat layar komputer. Ara agak heran sekarang rumahnya hampir menjadi studio milik Jungkook.
Karena kamar yang Hoseok buatkan terlalu kecil jadinya Jungkook meletakkan satu set alat gamenya di sudut ruang keluarga.
Hoseok tidak marah sama sekali apalagi Ara. Yang Hoseok kesalkan itu kenapa anaknya si Jeon Hyeri ini tidak mau pulang kerumahnya sendiri?
Hyeri sudah menelepon berkali-kali menyuruh Hoseok membujuk anak bujangnya untuk pulang sekedar menyapa mamanya saja. Tapi, apa jawab Jungkook?
"Kalo aku pulang yang ada aku diikat oleh dokumen perusahaan."
Mulai dari situ, Hyeri menitipkan anak sulungnya kepada Hoseok. Dan setiap bulannya Hyeri tidak lupa mentransfer sejumlah uang untuk kebutuhan mereka.
Padahal, Hoseok maupun Ara sudah menolak tapi karena Hyeri memaksa jadinya setiap kejadian pun terjadi.
"Lo mau banana scramble?"
Jungkook menoleh sejenak dari komputernya lalu menatap Ara sekilas. "Hem."
Tak menghiraukan Jungkook, Ara segera berjalan menuju dapur dan memulai pekerjaannya. Jungkook yang menyadari ada yang salah dari diri sahabatnya itu menatap heran Ara yang sesekali menghela nafas berat.
"Kenapa lo?" Tanya Jungkook.
"Apa?"
"Lo kenapa? Ada masalah?" Tanya Jungkook yang fokus ke Ara.
Ya, priorisnya adalah game dan Ara.
"Gak tuh."
Jungkook menyatukan alisnya bingung.
"Lo gak suka pekerjaannya?" Tebak Jungkook.
"Enggak, ah. Bacot."
"Oh, gue tau nih..." Jungkook memperhatikan Ara yang sedang mengayak tepung tanpa memperdulikan lagi lawannya yang sedang meneriaki Jungkook.
"Apa?"
"Kalo karena sepupuh gue. Gue mau ngasih tau aja siapa tau penting. Sepupuh gue emang dingin, jutek, terus omongannya tajem."
Jungkook berjalan ke dapur, dirinya membantu Ara menyiapkan bahan. Ya, Jungkook cukup hapal beberapa cara karena Ara sering membuatkannya.
"Sotoy banget lo..."
Ara masih dengan nada ketusnya. Entahlah, dia hanya merasa kesal hari ini. Tapi, jujur Ara sudah tidak memikirkan kejadian tadi siang.
"Gue ngasih informasi biar lo betah kerja disana tolol."
Mulut Ara beroh ria tanpa memperdulikan Jungkook. "Kalo mau informasi lagi tanya aja ke gue."
"Lo admin lambe tura, kok tau semua?"
"Taulah, apa yang gak gue tau tentang perusahaan gue. Gini-gini gue juga mantau. Gak mau jadi anak durhaka."
Perkataan Jungkook sukses membuat Ara tertawa. Ternyata Jungkook masih takut dipecat jadi anak oleh mamanya.
"Mangkanya lo pulang, temuin mama lo. Gak kasihan apa?"
"Gue udah betah disini."
"Gue kira sekretaris tadi mamanya keponakan lo." Ucap Ara tiba-tiba.
"Gak lah, mana mau sepupuh gue modelan begitu."
Ara tertegun. "Serius? Orang dia kayak model gitu..."
Ara sedikit tercengang, jika tampang seperti model papan atas saja Taehyung tidak tertarik lalu seperti apa tipe wanita yang Taehyung inginkan?
"Cih...sepupuh gue gak mau nikah. Dan gak akan nikah."
Ara menyatukan alisnya penasaran. Ia cukup tertarik dengan cerita ini. "Kenapa gak mau? Trauma karena perceraian atau gimana?"
Jungkook mengangkat kedua bahunya. "Dia orang yang tertutup."
"Kasian dong anaknya..." Ara menatap sendu bahan-bahan yang ada didepannya. Membayangkan bagaimana susahnya tanpa seorang ibu. Itulah, yang Ara rasakan.
"Berarti mereka gak jauh beda sama gue ya...?" Gumannya lirih. Jungkook yang mendengarnya ikut sedih tapi sebisa mungkin ia menutupinya.
Jungkook sangat tahu bagaimana dulu Ara kehilangan wanita kesayangannya.
Jungkook jadi kepikiran perasaan kedua ponakannya. Taehyung agak menyedihkan. Karena tidak pantai memilih wanita.
"Siapa yang mau sama dia? Tante gue udah beberapa kali ngejodohi Taehyung. Tapi, ujung-ujungnya wanita-wanita laknat itu cuman ingin harta dia doang."
Awalnya, Jungkook juga bingung tipe seperti apa yang Taehyung inginkan. Bahkan, keluarga besar mereka turun tangan menghadapi sikap Taehyung yang tidak peduli akan percintaan setelah satu hal terjadi.
Tapi, setelah dia melihat interaksi antara keponakannya dengan Taehyung, Jungkook baru sadar satu hal.
Ya, satu hal itu yang berhasil mengubah pemikiran Jungkook tentang wanita. Hingga membuat Jungkook merasakan dampaknya sekarang.
"Mereka gak mau nerima Savana sama Sunghoon." Lanjutnya.
Taehyung tidak mencari yang cantik bahkan berkelas seperti koleganya. Tapi, Taehyung sedang mencari wanita yang bisa menerima anak-anaknya dengan tulus.
Ara mengangguk-angguk. Benar kata Jungkook. Siapa yang akan menerima kedua anak itu saat dia sudah disajikan oleh ketampanan dan harta dari Taehyung?
Tapi, entah kenapa perasaan Ara sekarang seperti campur aduk setelah mendengar cerita Jungkook. Rasanya seperti ia dihadapkan dengan masa lalu. Tapi, Ara tidak tahu masa lalu siapa yang sedang ia pikirkan.
Pikirannya dan perasaannya saat ini seperti sedang berlomba memutarkan sebuah hal yang Ara tidak ketahui apa namanya.
"Ra..." Jungkook menyenggol Ara pelan. "Kenapa lo?"
"Gue kayaknya..." Ara berdecih pelan. Ia agak ragu dengan permintaannya kepada Jungkook.
"Apa?"
"Anaknya om Taehyung siapa yang ngasuh?"
"Mamanya tapi sesekali dia sendiri, ken—Fuck! Jangan-jangan...?"
-
-arra
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Taehyung!
Fanfiction[REVISI !!] "Ayo, kita nikah om!" I'm sorry I wrote it while closing my eyes it became like this