6. on the way date

4K 363 54
                                    

Terhitung hampir satu bulan Ara bekerja dengan Taehyung. Seperti hari-hari sebelumnya, gadis itu sangat bersemangat. Namun, kali ini ada yang berbeda. Hoseok dan Jungkook bahkan sampai heran dengan kemurungan gadis itu pagi ini.

"Bentar lagi jatuh tuh mulut ke lantai." Senggol Hosoek.

"Gak siap-siap kerja? Kan seneng banget tu ketemu si Taempe, eh siapa si Taee... Taempang?" Lanjutnya.

"Ck!" Ara berdecak pinggang. "Taehyung, ih!" Kesalnya.

"Kim Taehyung, nama cakep gitu di ganti-ganti." Sewotnya.

"Libur lu?" Tanya Jungkook yang baru saja keluar dari kamarnya.

Gadis itu mengangguk pelan.

"Aneh lo, harusnya seneng kan bisa leha-leha." Lanjut Jungkook.

"Iya, gue gak tenang."

"Dasar alay. Apa perlu gue telfon hyung gue biar ke sini?"

"Jangan goblok!"

"Kan, ketar-ketir lo." Kekeh Jungkook.

Dirinya memang memperhatikan tingkah Ara akhir-akhir ini dan tak ia duga jika sahabatnya itu benar-benar jatuh cinta kepada hyung-nya sendiri. Entah, apa yang Ara lihat dari sepupunya itu. Jika di tanya tampang, Taehyung juara satunya nilai plus dari pria itu adalah kekayaan yang ia miliki.

Selebihnya, tak ada. Anak? Tidak juga. Selama ini ia memperhatikan wanita-wanita yang mencoba mendekati Taehyung tapi setelah bertemu dua bocah menggemaskan itu semua protes karena tak ingin mengasuh mereka.

Tak salah mereka juga. Beberapa kali para wanita itu mendekati anaknya, Taehyung tak menyetujuinya. Jangankan menyentuh pipi-pipi gembul mereka, Taehyung bahkan tak ingin mempertemukan anaknya dengan wanita-wanita yang sudah jelas hanya ingin mengincar kekayaannya.

Tak sedikit pun. Bahkan dengan Ara waktu itupun, Jungkook tak sadar jika Taehyung mulai melunak. Pria itu bahkan tak protes yang berlebihan kepada dirinya tentang Ara.

Sedikit bersyukur dan khawatir. Bagaimana pun jika hal sakral itu terjadi Jungkook tak ingin membebankan sahabatnya sendiri. Bukan hanya mengurus keluarga, gadis itu pasti harus campur tangan untuk perusahaan.

Kolega-kolega Taehyung yang memiliki dendam tak akan tinggal diam. Mereka akan menggangu Ara dan anak-anak bagaikan parasit. Walaupun, ia tahu Taehyung tak akan tinggal diam. Tapi, di saat seperti itu Taehyung tak akan terus bersama mereka.

Pikiran panjangnya membuat Jungkook sedikit khawatir. Tapi, ia masih harus melihat sampai mana Ara dan Taehyung bertahan. Jika hyung-nya sudah mengambil keputusan mau tidak mau Jungkook akan berada di pihak pria itu.

Bahkan sampai detik ini pun ia masih di kontrol oleh orang tuanya. Lalu, bagaimana dengan Taehyung?

-

Deruan angin dari pendingin ruangan menjadi dongeng untuk seorang duda beranak dua tersebut, Taehyung terlihat tertidur sangat lelap di antara bantal-bantal yang menghimpit pipinya. Tak lupa kaki kecil Sungwoon yang perlahan-lahan mulai bergerak menandakan jika anak itu sudah hampir bangun dari tidurnya.

Seperti kebiasaan, si bungsu masih belum lepas dari Taehyung. Ada kala dirinya tidur bersama-sama bertiga dan kadang dia sendirian. Meski begitu, dirinya tetap bersyukur karena masih bisa meluangkan waktu untuk anak-anaknya.

"Pa..." Rengekan pertama Sungwoon setelah membuka matanya.

Tak ada jawaban, tentu saja. Pria itu masih menyelami mimpinya.

"Papa!" Kini guncangan kecil ikut membanguni Taehyung.

"Hemm?" Mata yang belum terbuka dan suara serak khas bangun tidur terdengar sangat malas.

"Mamam..."

"Minta sama A-" seketika dirinya ingat jika asistennya itu tidak masuk hari ini.

Dengan malas Taehyung segera membuka matanya, menetralisir rasa pusing setelah bangun tidur lalu baralih menggendong Sungwoon dan bergegas keluar dari kamar.

Sunyi.

Sedikit menyedihkan tapi Taehyung tak heran lagi. Inilah suasana asli rumahnya. Tak ada siapapun kecuali mereka bertiga. Dirinya melongos, berpikir untuk mencari pasangan namun entah kenapa selalu saja ia yang menolak duluan.

Duda dua anak itu bergegas memulai rutinitasnya kala libur bekerja. Menyiapkan sarapan bahkan menemani anak-anak bermain.

"Hari ini kita kemana?" Tanya Savana.

"Kemana aja, papa akan ikut kalian."

Gadis kecil itu berpikir keras, ini waktu yang ia tunggu-tunggu sejak lama. Jarang sekali papanya libur bekerja. "Pa, aku mau ke aquarium yang besar tapi ga tau namanya apa ya?"

Taehyung terkekeh pelan, "oke kita kesana, setelah itu beli es krim."

Seketika Sungwoon dan Savana berbinar senang. "Kalo gitu kita ajak kak Ara boleh, kan?"

"Apa?"

Haruskah kita mengajak gadis itu? Batin Taehyung.

"Tentu saja, sayang."

-

"Tebak gue dapet telfon dari siapa?"

Ara menatap Jungkook heran, "gak jelas, emang siapa?"

"Hyung gu—"

"DIA BILANG APA?"

"Anjir, santai dong!"

Jungkook mengambil posisi duduk bersebelahan dengan Ara yang sedang menonton acara di televisinya. "Jadi, anak-anak mau pergi dan mereka ngajak lo."

"Buset, mau siap-siap gue."

"Ettt...dah, masih lama mereka kesini ntar sorean."

"Jung lo gak bohongkan?" Ujarnya curiga.

Gadis itu sudah tak bisa menjelaskan perasaannya sekarang, apa maksud semua ini?

Dirinya terlalu bahagia sekarang, bagaiamana bisa Tehyung mengajaknya? Apa ia tidak memiliki seseorang untuk di ajak? Ah, seketika ia lesu, tentu saja siapa lagi yang mau menjaga anak-anak jika bukan dirinya?

Tak peduli apapun itu, ini resiko dirinya menyukai bapak-bapak. Dirinya cukup bersyukur bisa dekat dengan mereka, dirinya maju satu langkah dari orang-orang diluar sana.

"Tampang gue, ada bohong sekarang?"

Ara nyengir kuda, ia tahu jika sahabatnya ini tidak main-main. "Menurut lu kenapa dia ngajak gue?"

"Mana gue tahu, lagian kan lu emang deket sama anak-anak?"

"Iya, sih."

Jungkooo tahu sekali apa yang Ara pikirkan, tapi ia tak ingin memberikan jawaban lebih cukup Ara yang mencari tahu sendiri alasannya karena ini bukan saatnya untuk ikut campur.

"Udah, mending lu mandi deh."

"Iya, bawel!"

-

Om Taehyung!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang