Mata Jungkook terbelalak, hampir keluar jika saja Ara tidak langsung menatapnya dengan tatapan memohon. Dia hampir kehilangan akal, iya mengusahakan sesuatu yang akhirnya sia-sia.
Bukannya Jungkook tidak ikhlas sudah membantu, hanya saja kenapa perempuan yang menurutnya gila ini benar-benar bersikap gila sekarang?
Pekerjaan yang Ara impikan sudah ia capai, tapi kenapa perempuan ini masih memikirkan hal lain?
Dan gilanya lagi, permintaan Ara sangat membuatnya sakit kepala.
"Gue cuman jadi guru les kan? Mudah kok. Coba dulu lo tanya bisa gak gue ngajar anaknya?"
"Blablablabla..." Mulut Jungkook mencibir. Lalu, memutar bola matanya malas. "Lo ketemu dia aja udah nyebelin kan? Apalagi nanti tiap hari ketemu."
"Atau jangan-jangan lo suka sama bapaknya lagi?"
"Kalo lo emang suka sama bapaknya karena dia kaya mending gak usah apalagi sampe mikir karena hyung gue ganteng ataupun mungkin mirip Jung Jaehyun yang lo impikan." Ucap Jungkook asal ceplos, dia juga tidak menuduh Ara yang tidak-tidak.
Dia yakin ,sahabatnya ini tidak berpikir licik seperti itu. Tapi, dia sangat menyayangkan jika Ara benar-benar ingin bekerja untuk Taehyung.
Dia takut nanti Ara sakit hati sendiri gara-gara sikap dingin Taehyung yang juteknya setengah mati.
Ara menatap Jungkook jengah. "Ya, terserah deh mau mikir gimana. Tapi, gue ikhas mau ngebantu anaknya. Ikhas bukan berarti gue gak dibayar ya...gue juga mau nyambung idup sama papa. Gue cuman pengen anaknya ada temen dan gak bosen dirumah. Ah, tapi kalo emang gue suka sama 'om lo' itung-itung aja gue lagi usaha ngedeketin dia juga."
Pikiran Ara terlalu realistis sampai membuat Jungkook mengusap mukanya. Laki-laki itu menghela nafas berat. "Dia gak mirip Jung Jaehyun, Ara..."
Ara berdecak, "emang gak mirip, Jung Jaehyun orang baik. Gue cuman pengen bantu. Ingat, bantu." Tekan Ara di ujung kalimat.
Ya, ya ,ya...percuma berbicara dengan manusia yang keras kepala. Tak ada pilihan lain selain mencoba. Itu yang Jungkook pikirkan sekarang. Apapun demi Ara, dia siap membujuk hyung—nya.
"Lo bilang dulu sama papa." Lirih Jungkook final.
Seketika mata Ara berbinar. "Oke. Kalo papa ngasih izin, lo bantuin gue lagi ya?" Serunya senang.
Jungkook mengangguk datar.
-
"Gimana?"
Jungkook meletakan ponselnya dimeja dengan kasar. "Ditolak."
Ara merenggut kesal. "Dia aja belum ngeliat cara gue ngedidik anaknya!"
"Salah sendiri. Gue udah bilangin. Sebelum lo bener-bener berhenti dari hotel. Pikir baik-baik keputusan lo."
Jungkook meraih cookies diatas meja. Salah satu alasan kenapa dia betah tinggal dirumah Hoseok adalah dia bisa memakan cookies setiap saat. Tidak ada bedanya dengan dirumah sendiri bahkan Jungkook bisa mendapatkan lebih. Hanya saja dia terlalu menyukai rasa cookies yang dibuat oleh Ara.
Ara terlihat sedang berpikir, dia juga terlalu bingung sekarang. Tapi, yang lebih membingungkan buat Ara adalah kenapa dia sangat ingin mengurus anak dari bosnya itu. Hoseok juga tidak terlalu memikirkannya, baginya apapun yang membuat anak semata wayangnya nyaman dia akan mendukung seratus persen. Asalkan keputusan yang Ara buat tidak ia sesali. Hoseok hanya bisa berdoa dan sesekali menasehati.
Karena hidup Ara masih panjang, jadi dia harus merasakan apapun yang ia pilih. Tidak heran jika anaknya agak aneh dari yang lain.
"Apa gue kerumah dilangsung ya?" Guman Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Taehyung!
Fanfiction[REVISI !!] "Ayo, kita nikah om!" I'm sorry I wrote it while closing my eyes it became like this