Setelah kiranya hujan reda, acara pentas seni kembali di lanjutkan.
"Huft menyebalkan sekali anak itu!" kesal mu.
"Hey ara! Kau kenapa? Tanya eunsang sahabat mu yang baru saja keluar dari belakang panggung.
" tidak apa-apa, aku hanya sedikit kesal" jawabmu seadanya.
"Tidak biasanya kau mudah kesal, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya eunsang sembari memberikan sebotol minum dingin padamu.
"Gomawo" ucapmu sambil tersenyum
"Ya seperti itu, manusia selalu saja di hantui oleh masalah" sambungmu sembari meneguk air yang eunsang berikan padamu tadi.
" jika tidak ada masalah hidup ini akan terasa hambar ara-ah" seru eunsang dengan kekehan kecil.
"Kau benar" balasmu
"Oh ya nanti kau pulang denganku ya?" ujar eunsang.
"Eoh? Sepertinya aku akan pulang sendiri hari ini" jawab mu.
Eunsang menaikan sebelah alisnya
"Kenapa harus pulang sendiri?" tanyanya
"Eum.. Aku harus mampir ke toko buku untuk mebeli buku menjelang ujian besok" jawabmu.
"Bukannya kau sudah punya?" tanyanya lagi
"Memang, tapi buku ku semua rusak karena tercebur di genangan air" ucapmu dengan nada kesal.
" bagaimana bisa? Aish, kau selalu saja tidak berhati-hati" eunsang mengacak rambutmu dengan gemas.
"Seseorang menabraku dari belakang, hingga membuat semua buku ku tercebur di genangan air" balas mu.
"Oh seperti itu, yasuda nanti ku temani ya?" tawar eunsang
" tidak usah aku akan pergi dengan seseorang" jawabmu sambil menggelengkan kepala.
"Siapa?" tanya eunsang
"Siapa lagi kalau bukan orang yang sudah membuat bukuku hancur" jawabmu.
"Ah begitu" ujar eunsang
" eunsang-ah!" seseorang memanggil eunsang
" Ada apa?" jawab eunsang
"Sebentar lagi giliran dance mu yang tampil, segera menuju panggung" ucap si ketua panitia.
" ah baiklah" sahut eunsang
"Eum.. Aku tinggal dulu ya? Tidak apa kan?" tanya eunsang
"Tentu saja! Kau semangat lah, oke?" serumu.
"Pasti, doa kan aku ya" ucap eunsang sembari berjalan menuju panggung.
Skip
Dua jam sudah telah berlalu, yang bertanda bahwa pentas seni telah usai.
Kamu dengan segera mungkin berlari menuju post satpam guna menemui pria yang sudah membuat bukumu rusak."Lama sekali" cibir wonjin begitu melihatmu baru sampai dengan nafas yang tak beraturan.
"Hah.. Hah.." kamu mencoba menetralkan deru nafasmu setelah berlari cukup jauh dari lapangan hingga ke post satpam.
" kita naik apa?" tanyamu seraya mengedarkan pandanganmu guna menemukkan alat transportasi yang akan di pakai.
Wonjin hanya menjulurkan salah satu kakinya padamu, lantas dia pergi begitu saja.
Kamu yang masih belum paham pun hanya terdiam seraya menarik sebelah alis mu keatas guna mencerna apa yang pria itu lakukan.
" hei, mau sampai kapan kau berdiri di situ? Aku tidak punya banyak waktu, mengerti?" ucap wonjin seraya membalikkan tubuhnya menghadapmu yang masih terdiam.
"Maksudmu kita jalan kaki!?" tanyamu sedikit berteriak karena jarakmu dan dia semakin tercetak jauh.
" ya iyalah, memang kau mau menggunakan jet pribadi?" ucapa wonjin seraya melanjutkan perjalanannya.
"Aish! Tunggu aku!" kamu pun berlari mengejarnya dan mensejajarkan tubuhmu dengan tubuh miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan • Ham Wonjin [HIATUS SEMENTARA]
Teen FictionSetiap perpisahan selalu saja menimbulkan rasa rindu untuk berharap pertemuan itu kembali datang