Sesampainya di gramedia dekat sekolahmu. Kamu pun langsung saja berjalan menuju bagian buku yang kamu perlukan, sedangkan wonjin sendiri berjalan menuju kumpulan buku novel.
"Ah ini dia!" serumu begitu menemukkan 3 macam buku yang kamu perlukan untuk ujian nanti.
"Untung masih ada" ucapmu seraya mengambil ketiga buku yang kamu cari tadi dan mendekapnya ke dalam pelukan mu.
Kamu pun menoleh kesegala arah untuk mencari keberadaan wonjin.
Mata mu pun menemukkannya yang tengah tersenyum seraya membaca buku yang berada di gengamannya itu. Kamu pun segera menghampirinnya dan menyandarkan tubuhmu di rak buku tersebut seraya menatapnya heran.
" mengapa kau tersenyum sendiri?, jangan-jangan kau sedang membaca novel dewasa ya?" ucapmu seraya tersenyum miring.
" tidak tuh" ucap wonjin seraya menutup buku dan melirik kearah buku yang berada di dekapan mu.
"Sudah selesai?" tanya wonjin.
"Sudah. Nih. Tolong bayarkan ya" ucapmu seraya menyerahkan tiga macam buku itu pada wonjin.
Wonjin menatapmu sinis dan mengambil kasar buku di tangan mu itu.
"Aku harap ini pertemuan terakhir kita" ucap wonjin seraya pergi menuju kasir untuk membayar buku mu.
" ku harap juga begitu" balasmu dengan kekehan kecil dari mulutmu.
Setelah wonjin membayar bukumu, kalian pun berjalan untuk keluar dari gramedia.
"Kau tidak lapar?" ucapmu seraya memegang perutmu yang mulai terasa lapar.
"Tidak" jawabnya singkat tanpa melirik ke arahmu
"Eh? Hujan lagi?" gumamnya yang masih bisa kamu dengar.
Kamu pun sontak melihat ke arah luar, benar sekali hujan turun kembali membuatmu bergumam kesal karena lupa membawa payung lagi.
"Bagaimana caranya kita pulang? Hujannya semakin deras" ucapmu pada wonjin yang tengah sibuk memainkan posel miliknya.
"Mau tidak mau kita berteduh terlebih dahulu" balas wonjin.
Terjadi keheningan sejenak. Suara hujan kini mendominasi percakapan di antara kalian. Karna kamu benar-benar benci suasana seperti ini akhirnya kamu mencoba membuka suara.
"Hei pria menyebalkan" panggilmu
"Tolong jangan panggil aku seperti itu" balas wonjin yang kini tengah menatap matamu tajam.
" lantas aku harus memanggilmu apa? , pria aneh?" ucapmu dengan sedikit menahan kekehanmu.
"Yaish!"
Wonjin pun menyentil dahimu pelan.
"Lantas aku harus memanggil namamu dengan sebutan apa, tuan?" tanyamu sedikit kesal.
"Panggil aku kakak saja, atau jika tidak--"
Wonjin mendekatkan wajahnya ke arahmu, kamu yang mengetahui hal tersebut pun hanya bisa mengedipkan matamu berkali-kali.
"-- panggil saja sayang" bisik wonjin tepat di telingahmu dan tersenyum dengan manis hingga lesung pipinya tampak begitu jelas di matamu.
"Ah, yang benar saja!, bahkan sepertinya kita ini seumuran!" ucapmu sedikit gugup dan mendorong wonjin untuk menjauh darimu.
"Sudah hampir malam, tapi mengapa hujan belum reda juga?" gumam mu seraya menatap langit yang semakin menggelap dan rintikan hujan yang masih cukup deras.
"Kau tunggu di sini sebentar ya?"
Ucap wonjin yang langsung pergi begitu saja meninggalkanmu."Ya! Ham wonjin! Kau mau kemana! Jangan kabur kau!" Teriakmu yang nampak di acuhkan oleh orang yang kamu panggil itu.
" berani-beraninya dia pergi begitu saja, jika kembali akan ku pukul kau tanpa ampun!" cacimu dengan penuh amara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan • Ham Wonjin [HIATUS SEMENTARA]
Roman pour AdolescentsSetiap perpisahan selalu saja menimbulkan rasa rindu untuk berharap pertemuan itu kembali datang