Kamu pun bangkit dari dudukmu, membetulkan letak jaket di tubuhmu dan mengambil payung pemberiannya itu seraya membukannya.
"Ayo" ajakmu
Kamu pun memayunginya dan tersenyum lebar padanya. Wonjin pun membalas seyuman mu dan mengelus rambutmu lembut.
"Sini biar ku bawakan bukunya" ucap wonjin seraya mengambil ahli kantong plastick berisikan buku.
"Tumben sekali kau bersikap seperti ini?" ucapmu dengan tersenyum tipis.
"Eitss, tidak gratis, kau yang memayungi ku sampai sekolah ya" ucapnya dengan sedikit kekehan.
"Ck... Baiklah- baiklah ayo", ucapmu seraya berjalan dahulu mendahuluinya
" Hei! Tunggu aku" ucap wonjin seraya menyamakan langkahnya dengan langkah kakimu.
Terjadi keheningan saat kalian berjalan di bawah hujan. Kamu sempat melirik ke arah wonjin yang tengah terdiam seraya melihat jalan yang cukup sepi. Rahangnya yang cukup tajam, hidungnya yang sedikit mancung serta bibir pinknya yang menggoda. Mengapa kamu baru sadar bahwa ia sangatlah tampan. Tanpa sadar kedua ujung bibirmu terangkat ke atas.
"Aku tau bahwa diriku ini sangatlah tampan" ucap wonjin seraya menolehkan pandangannya ke arahmu.
Kamu yang tertangkap basah memperhatikan wajahnya pun sontak memalingkan wajahmu begitu saja.
"Kau jangan terlalu percaya diri ya!, aku tidak sedang melihatmu!" ucapmu dengan gugup.
"Lalu melihat apa?" goda wonjin.
" ah aku tidak mendengarmu" ucapmu seraya menutup telingah mu dengan tangan kanan mu yang tidak sedang memegang payung.
"Hahaha" tawa wonjin saat melihat sikapmu.
Karena kamu sedang tidak fokus, tak di sangka di depanmu terdapat sebuah lubang cukup besar berisi genangan air . kamu terjatuh dan menyebabkan kaki kanan mu yang menginjak lubang tersebut menjadi terkilir.
Tanpa banyak bicara, wonjin dengan segera menghampirimu dan memegang pergelangan kaki kanan mu itu.
"Kau terluka" ucapnya dengan nada khawatir.
"Aww" erangmu kesakitan saat wonjin memegang pergelangan kaki kanan mu.
Wonjin pun menyerahkan kantong plastick berisi buku itu pada mu, kamu sempat ingin mengumpat namun niat itu kamu urungkan karena setelahnya ia berjongkok membelakangi mu.
"Naik lah ke punggung ku" ucap wonjin seraya menoleh ke arah mu.
"Eh?" balasmu dengan raut wajah kebingungan.
"Aku akan menggendong mu" ucap wonjin sebagai penjelasan.
"Eh?, tidak perlu" tolakmu karena kamu tau bahwa tidak lah ringan untuk menggendong tubuh mu yang lumayan berisi itu.
"Sudah lah kau tak perlu merasa sungkan, cepat naik" balas wonjin.
Kamu pun mau tidak mau langsung menaiki punggungnya seraya menggenggam kantong plastick berisi buku dan payung di genggaman tangan mu.
"Berikan bukunya biar ku bawakan kembali" ucap wonji seraya merebut paksa kantong plastick di tanganmu itu.
Wonjin pun mulai berjalan secara perlahan karena hujan sudah mulai redah. Kamu hanya bisa terdiam seraya menghirup aroma tubuh yang entah mengapa begitu candu di indra penciuman mu. Kamu eratkan tangan mu yang melingkar di lehernya itu, dan kamu menenggelamkan kepalamu di bahu lebar miliknya.
TUK
Kepala indah milik wonjin secara tidak elitnya terantuk oleh payung yang di bawah oleh mu. Ia ingin sekali mengumpat tetapi ia urungkan saat mendapati dirimu yang tengah memejamkan kedua matanya.
"Ternyata kau tertidur ya" gumam wonjin saat melihat mu begitu tenang di gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan • Ham Wonjin [HIATUS SEMENTARA]
Teen FictionSetiap perpisahan selalu saja menimbulkan rasa rindu untuk berharap pertemuan itu kembali datang