[CHAPTER 1 : PERTEMUAN KEDUA]

289 40 3
                                    

Beberapa mahasiswa dengan jas almamater biru yang kini menatap bingung temannya terbaring lemah di ranjang uks. Laki-laki yang paling tinggi diantara mereka memijat keningnya. Berfikir sesuatu untuk mengatasi semuanya.

"Yan, lo bisa keluar sebentar nggak? Ada yang mau gue omongin sama Geffan."

Laki-laki yang berasa namanya disebut memutarkan bola matanya malas. Geffan Erlangga Dirgantara. Anggota BEMU dan juga ketua UKM fotografi. Semester 6 jurusan Arsitektur.

Geffan salah satu most wanted yang didambakan oleh perempuan di sekitarnya. Sikap dingin, rahang tegas dan suara datarnya adalah pesona yang disukai kaum hawa.

Entah hal bodoh apa yang ia pikirkan sampai ia sendiri tidak menyadari memakan masakan basi hingga berakhir dengan tragedi dirinya muntah-muntah dan kepala pening, sampai dirinya tidak kuat untuk menompang tubuhnya sendiri.

"Apa? Apa yang mau lo omongin?" Geffan mulai membuka suara setelah temannya Ryan benar-benar pergi.

Sekarang hanya tinggal mereka berdua. Geffan dan Chandra ketua BEMU sekaligus teman Geffan sejak kecil.

Chandra menghelakan nafasnya. "Fan, gue tau kalo emang gue yang minta lo buat gabung di kegiatan universitas kayak gini. Jadi anggota BEMU dan nyaranin untuk nerima posisi jadi ketua UKM fotografi." Chandra menjeda kalimatnya.

"Tapi gue harap lo tau apa kewajiban lo dengan posisi yang lo jabat sekarang. Itukan yang mau lo omongin?" Geffan langsung melanjutkan kalimat Chandra seolah ia sudah hafal dialog Chandra selanjutnya.

Chandra terkekeh, niat untuk menceramahi Geffan hilang dengan ucapan Geffan yang melanjutkan kalimatnya.

"Saking gue sering ceramahin lo. Lo sampai hafal apa yang bakal gue omongin."

"Ya elo setiap ceramah kata-katanya sama terus." Jawab Geffan mengejek temannya.

Geffan mengambil ponselnya lalu melempar ke Chandra. "Kalo lo butuh salinan proposalnya sekarang lo kirim sendiri aja. Gue simpen di Cloud."

Chandra mengelus dadanya sabar. "Anjir, setan. Lo kalo mau tumbal hape baru jangan gue bangke. Seta noh sasaran lo. Hampir aja jantung abang ganteng copot."

Geffan tertawa mendengar respon Chandra yang mengetahui niatnya dan tingkat narsisme-nya.

"Gue tinggal dulu. Nanti bakal ada dokter kampus. Get better soon, dude."

Geffan mengusap wajahnya. Chandra sudah keluar. Sekarang suasana UKS hening. Ya, setidaknya itu jauh lebih baik dari keadaan luar sana yang sekarang telah ramai olah para Mahasiswa/i baru.

••••••

Suara bising yang kini mulai mereda menandakan ospek akan segera dimulai. Baju hitam putih dengan name tag di dada mereka menandakan kalau mereka adalah mahasiswa/i baru.

Davina melihat barisan fakultasnya. Hanya sedikit perempuan yang masuk fakultas teknik dan selebihnya adalah laki-laki. Davina tersenyum menyemangati dirinya sendiri. Tidak masalah jika hanya beberapa orang lagi pula tujuan Davina kesini pun bukan untuk cari teman. Ya, walaupun juga tujuan utamanya bukan untuk belajar. Davina kembali terkekeh mengingat tujuannya.

Seseorang menepuk bahu Davina pelan dan menatap Davina dengan menahan tawanya melihat Davina tertawa sendiri.

"Lo anak Ilmu Kimia?" tanya laki-laki itu seramah mungkin. Davina mengangguk pelan. Masih malu dengan kejadian dirinya terpergok tertawa sendiri.

"Anak Ilmu Kimia ngumpul dibarisan belakang. lo dari tadi bengong terus ketawa sendiri kayak orang gila." Ucapnya diakhiri dengan ketawa.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang