[CHAPTER 3 : ROTI, KOPI, DAN PERMEN]

207 41 1
                                    

Bolbbagan4 - SOME

•••

Pernah nggak kalian ngerasa mau teriak karena deg-deg-an ketemu gebetan tapi karena deg-deg-an kalian juga jadi nggak bisa teriak. Kalau di ibaratin mirip keredok yang di aduk-aduk. Kacau tapi enak. Sama seperti perasaan Davina saat ini.

Matanya masih tertuju kearah laki-laki yang berada 5 meter di depannya. Tangannya yang memegang roti dan kopi hampir lemas melihat wajah Geffan dari jauh. Bahkan Davina tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

Kaos putih dengan celana jeans panjang. Davina terus menatap Geffan sampai akhirnya Geffan melewati Davina dan berhasil membuat Davina melupakan kegiatan 30 menit sebelumnya yang menunggu Geffan untuk memberi roti dan kopi sebagai awal kegiatan sebelum memulai matkul-nya.

Davina mengejar Geffan. "Kak Geffan, tunggu." Ucap Davina dan sekarang dirinya sudah tepat didepan Geffan.

Davina mengatur nafasnya perlahan. "Assallammuallaikum, Kak Geffan. Ini aku beliin kakak roti sama kopi. Buat sarapan." Ucap Davina dan menjulurkan tangannya.

Geffan menatap Davina dingin. "Waallaikumsalam, tapi gue nggak pernah minta lo beliin itu." Jawab Geffan dingin.

"Inisiatif aku aja. Biar nanti Kak Geffan nggak ngantuk makanya aku beliin kopi. Karena minum kopi pagi tanpa sarapan bisa sakit perut. Aku juga beliin kakak roti. Jadi Kak Geffan makan roti dulu baru minum kopi." Jelas Davina panjang lebar.

Geffan tertawa mengejek. "Lo tuli, ya? Atau bego?"

"Nggak kok, aku normal. Aku juga pinter. Seriusan deh." Jawab Davina dengan percaya dirinya.

"Terserah." Jawab Geffan dan kembali berjalan menjauhi Davina.

Davina memasang wajah cemberut dan kesalnya karena diabaikan Geffan lagi untuk kesekian kalinya. Nggak akan Davina biarkan usahanya bangun pagi dan menunggu Geffan selama setengah jam sia-sia. Bukan Davina kalau tidak punya ribuan ide konyol.

Davina kembali mengejar Geffan lagi "Kak Geffan, tunggu aku ih!" ucap Davina dan kembali berdiri didepan Geffan dengan senyum lebarnya berserta juluran tangan yang berisi kopi dan roti.

"Jadi Kak Geffan nggak mau nerima roti sama kopi aku? Ini enak loh." Tanya Davina memastikan.

"Nggak." Jawab Geffan singkat.

"Astaghfirullah, Kak Geffan nggak boleh gitu. Itu nolak rejeki namanya. Allah nggak suka tau." Ucap Davina.

Davina mengambil tangan Geffan dan memberikan roti serta kopinya. "Jadi Kak Geffan nggak boleh nolak apalagi di buang. Jadi di makan ya kak. Dadah, semangat kuliahnya." Ucap Davina dengan percaya diri dan melesat pergi.

Belum sempat Geffan mengeluarkan kata-katanya Davina sudah pergi meninggalkan Geffan dengan raut wajah terkejut akibat ulah Davina.

Geffan melirik roti dan kopi di tangannya. Menghelakan nafasnya kesal mengurungkan niatnya membuang pemberian Davina. Mencoba mengabaikan siapa pemberinya.

"Gue yang beli." batin Geffan.

•••

Catatan, tugas, praktek. Kegiatan yang selalu di putar ulang oleh mahasiswa semester 6. Masa sibuknya kuliah sebelum semester kedepannya yang akan lebih berfokus pada skripsi.

Buku, alat tulis dan beberapa alat praktek fisika lainnya menghiasi setiap kondisi lab fisika. Semuanya memakai jas putih lab termasuk Geffan, Chandra, dan Kai.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang