[CHAPTER 4: KODE DAVINA]

212 34 4
                                        

Ada 3 hal yang disukai semua orang didunia ini. Uang, gratisan dan gibah. Sama halnya yang selalu dilakukakn Davina dan Dalvin ketika bertemu. Entah siapa yang sedang digibahkan. Mereka terlihat serius lalu diakhiri dengan tawa setelah Dalvin menyelesaikan ceritanya.

"Gue siram aja tuh kucing, siapa suruh tuh kucing kawin depan gue. Nggak ada akhlaknya, napsuan depan publik." Ucap Dalvin. Davina tertawa mendengar cerita konyol Dalvin.

"Konyol, lihat aja nanti pas kawin di ganggu kucing." Ucap Davina tertawa

"Anjir, jangan sampe. Nanti malam pertama gue salah masuk lobang gimana? Kasian dong adik gue." Jawab Dalvin tidak terima. 

Siapa yang tidak tahu Dalvin Theo Sebastian? Biang rusuh dengan seribu kekonyolan dan lawakan yang mampu membuat sekitarnya tertawa sampai menangis.

Entah apa yang ada dalam pikiran Dalvin sampai seekor kucing liar dijadikan bahan gibahnya. Memangnya penting jika kucing kawin harus ada adat dan adab? Konyol.

Davina melihat jamnya, sebentar lagi club fotografi akan segera dimulai dan sekarang adalah jam terakhir matkul Geffan. Dengan cepat Davina merapikan barangnya untuk menemui Geffan. Tidak boleh telat! Atau nanti usahanya sia-sia.

"Mau kemana?" Tanya Dalvin penasaran.

"Mau nemuin Kak Geffan dong. Bentar lagi juga ada pertemuan ukm fotografi." Jawab Davina semangat.

"Dih, bucin." Ejek Dalvin

"Biarin daripada jones." Jawab Davina membela diri.

"Eh, songong sama raden. Nggak ngaca dirinya juga masih jomblo." Ejek Dalvin tidak terima.

Davina terkekeh. "Biarin yang penting nggak ngenes kayak kamu." Jawab Davina lalu mengambil tasnya. "Dah! Lelah Davina denger lambe Dalvin" Tambah Davina diikuti dengan tawa. 

•••

Geffan sesekali melirik malas kearah sisi luar kelasnya. Terlihat Davina yang sedang menunggunya dengan senyum lebar dan seperti orang bodoh didepan mata Geffan. Davina mengepalkan tangannya yang mengisyaratkan 'Semangat' untuk Geffan yang sedang presentasi. Davina suka melakukan ini.

Davina menyenderkan kepalanya di dinding kaca yang menjadi pembatas kelas. Menatap Geffan dengan kagum. Andai jika Davina satu kelas dengan Geffan mungkin Davina akan duduk didepan dengan tenang dan menatapi Geffan selama jam matkul berlangsung.

"Ganteng banget kayak titisan dewa." Batin Davina.

Baru beberapa menit Davina menyenderkan tubuhnya, kini ia menegakan tubuhnya kembali. Melihat kelas Geffan yang sudah selesai  dengan cepat Davina menghampiri Geffan yang sekarang sudah keluar dari kelasnya. Dengan susah payah Davina berjalan cepat menyesuaikan langkah Geffan yang seakan ingin menghindari Davina.

Davina melihat Geffan dengan senyum lebarnya. "Assallamuallaikum, Kak Geffan." Ucap Davina semangat.

"Waallaikusalam." Jawab Geffan dingin.

"Hari ini pertemuan ukm fotografi. Kak Geffan, ikutkan? Kan kakak ketuanya." Tanya Davina dan hanya mendapat keheningan dari Geffan.

Davina mengkerucutkan bibirnya cemberut. Tidak menyerah Davina memikirkan bagaimana caranya mengobrol dengan Geffan dan tetap berusaha berjalan beriringan dengan Geffan. Jangan nyerah! Semangat!

"Kak" Baru saja Davina ingin memulai Geffan memotong.

"Mundur lima langkah dari gue." Perintah Geffan dingin tanpa menghentikan jalannya.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang