[CHAPTER 6: SATU TIM]

201 27 18
                                        

Takk-takk~ Suara khas motor Chandra yang baru saja masuk kehalaman rumahnya. Wanita paruh baya yang sedari tadi menyiram tanamannya kini menatap Chandra sebal, yaitu tidak lain adalah ibu Chandra. Bagaimana tidak, baru beberapa hari lalu Chandra habis memodif motor vespa biru kesayangannya kini ia kembali memodifnya lagi.

Sandra mematikan airnya. "Buntut lagi, buntut lagi." Ucap Sandra sembari menghampiri Chandra.

"Bunda, jangan panggil beti si buntut dong. Si beti kan punya nama." Ucap Chandra tidak terima vespa kesayangannya di panggil buntut.

"Beta, beti, kamu habis modif lagi?" Tanya Sandra sedangkan yang ditanya hanya cengar-cengir.

"Iyaa tuh, bun. Parah masa sampe tiga juta modif jok aja." Sambar Kai setelah memarkirkan motornya.

Sandra menggelengkan kepalanya lalu berlalu. Chandra melirik Kai tajam. "Apa? Gue-kan cuma ngomong jujur." Ucap Kai cengengesan lalu mengikuti Sandra di belakang.

"Emang enak." Ejek Geffan yang langsung berlalu meninggalkan Chandra.

Chandra menatap Geffan sebal. Masih aja dendam sama masalah di lorong kampus. "Untung temen." Ucap Chandra pelan.

Chandra mengejar bundanya. Entah bagaimana Chandra harus memelas agar dimaafkan oleh bundanya atau Chandra harus benar-benar tidak memodif vespa-nya lagi.

"Bun, jangan marah. Chandra nggak bakal modif vespa lagi deh." Bujuk Chandra.

"Basi, emang ya semua cowo sama aja, enggak bapak atau anaknya sama. Janji doang nepatin lupa." Protes Sandra.

Chandra cengengesan mendengar ucapan bundanya. Emang ya perempuan itu selalu ngungkit kesalahan dan menyamakan dirinya dengan ayahnya yang tidak jadi pulang hari ini padahal sudah janji pada bundanya.

"Udah yuk, bun. Mending makan aja bareng Kai sama Geffan." Bujuk Kai akhirnya.

"Diem lo, gegara lo mancing nih." Ucap Chandra kesal.

Sandra menatap Chandra tajam. "Udah salah malah nyalahin orang!"

"Bukan gitu bun." Ucap Chandra.

"Ngejawab mulu kamu ya. Kamu tuh lagi dimarahin sama bunda ya!" Ucap Sandra. Chandra diam. Udahlah, dengerin aja. Ntar juga berhenti. Batin Chandra.

"Malah diem?!" Marah Sandra akhirnya.

Geffan yang melihat ibu dan anak bertengkar hanya tertawa pelan tanpa ada niat untuk menengahi.Konyol tapi sedikit menyedihkan juga untuk Chandra yang jadi serba salah.

Chandra akhirnya mendesah pelan. Entah ini memang hari sial dirinya karena meninggalkan Geffan atau karmanya karena meninggalkan Geffan? Sama aja. Astaghfirullah, salah terus aja gue.

"Bunda, udah dong. Kan Chandra udah minta maaf. Masih mending Chandra main motor bukan main perempuan." Bujuk Chandra lagi.

"Chandra! Kamu belajar dari siapa sih?!" Ucap Sandra sedikit teriak.

Geffan dan Kai menahan tawanya. Konyol.

"Bunda, kan bunda pernah bilang ke papa. Masih mending bunda mainin uang papa bukan mainin suami orang." Jawab Chandra jujur.

Stop, sepertinya kesabaran Sandra habis dengan Chandra dan kini dirinya sedang menatap Chandra kesal. Untung anak.

"Kamu jangan makan!" Teriak Sandra akhirnya dan meninggalkan Chandra dengan wajah melasnya.

Kai dan Geffan tertawa setelah bunda Chandra sudah tidak terlihat. Bagaimana tidak, Chandra si tukang makan kini tidak boleh makan dan sekarang wajahnya memelas.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang