Davina berjalan lemas kearah barisannya. Wajah ceria yang sedari pagi ia tunjukan sekarang hilang setelah bolak-balik ke toilet untuk buang air. Persetan dengan sumpah yang Dalvin berikan. Jika Davina ketemu Dalvin sekarang ia sungguh akan mengutuk Dalvin.
"Dalvin." Panggil Davina
Dalvin menoleh dengan wajah memelasnya. Baru saja Davina berniat ingin mengutuk Dalvin karena sumpahnya tapi sekarang niatnya hilang setelah melihat Dalvin yang memelas seperti anak anjing yang kelaparan. Kasian. Batin Davina
Davina menghelakan napasnya pelan sebelum tersenyum. Menghilangkan rasa kesalnya sebentar lalu balas dendam kalau mood Dalvin sudah membaik. Good Davina.
"Loh kok, lemes? kayak anak anjing kelaparan aja." Ucap Davina tertawa mengejek. Dalvin tidak menjawab ucapan ejekan Davina dan masih fokus dengan game di handphone-nya
"Kenapa, deh? Gagal ya sama Tessa?" Tanya Davina menebak.
Dalvin menghentikan game-nya dan menatap Davina tajam. "Tessa, Tessa, panggil dia kakak."
Davina tersenyum kesal. Padahal Dalvin duluan yang manggil Tessa tanpa embel-embel "Kakak". Dasar Kuyang.
"Kan kamu duluan yang manggilnya nggak pake embel-embel kakak." Protes Davina tidak mau kalah.
"Tapi cuma gue aja yang boleh manggil tanpa ada embel-embel kakak." Bela Dalvin juga tidak mau kalah.
"Bodo amat kuyang." Ucap Davina kesal. "Lanjut terus kenapa?" tanya Davina mengembalikan ke topik pembicaraan.
"Tessa udah punya pacar." Jawab Dalvin singkat.
Davina menatap Dalvin terkejut. Tidak sempat Davina bertanya darimana Dalvin tahu. Para panitia ospek menyuruh semuanya untuk merapikan barisan dan melanjutkan kegiatan ospek terakhir hari ini.
Davina merapikan name tag-nya yang sempat miring dan kembali melihat kearah depan. Terlihat ada Geffan yang baru masuk ke acara ospek hari ini. Davina kembali tersenyum ceria dengan wajah yang mulai memerah karena malu atas tragedi yang menimpah dirinya dikantin.
Astaghfirullah, mau malu tapi jiwa ambyar meronta-ronta ngelihat Kak Geffan. Batin Davina
Davina mengingat nama laki-laki yang dari awal ia kagumi saat Bi Asri menyebut namanya. Geffan. Bahkan menurut Davina namanya saja sudah mencerminkan makhluk tampan.
"Subhanallah, ganteng banget sih kak." Ucap Davina.
Dalvin yang berada di depan Davina menoleh kebelakang. "Siapa?"
"Itu, kating yang paling ganteng." Ucap Davina yang masih fokus memandang Geffan.
"Gue?" Tanya Dalvin dengan percaya diri.
Davina langsung menatap Dalvin. "Heran, kamu hobi banget ya ganggu aku natap orang ganteng?"
"Gue cuma nanya doang kunti. Siapa? Kating itu? Yang tadi di kantin?" Ucap Dalvin tidak mau kena salah.
Davina mengangguk dengan senyum cerahnya setelah menoleh Geffan. "Ganteng banget."
"Tuhkan, bener kata gue, lo suka sama dia. Gimana, boker-boker nggak lo? Biasanya orang yang kena sumpah gue manjur." Ucap Dalvin dengan tingkat kepercayaan diri yang berlebihan.
Senyum Davina yang sedari tadi cerah memandangi Geffan kini menjadi tatapan datar seperti ingin mengutuk orang. Ya, Davina diingatkan lagi oleh Dalvin tentang tragedi tragis di kantin.
"Dasar kuyang! Tau gak, gegara kamu tadi dikantin aku kentut depan kating itu!" Ucap Davina kesal
Bukannya kasian. Dalvin tertawa mendengar ucapan Davina. "Serius? Kocak. Hahaha"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Novela Juvenil[n] Aksara. Istilah lain menyebut sistem tulisan. Cerita romansa yang pasaran. Davina si gadis dengan kepercayaan diri berlebihan mengejar Geffan si kating dingin yang mampu membuat kaum hawa menjerit. Update setiap minggu yaa!! Tapi maaf k...