Enam.

8.4K 816 24
                                    

"Baiklah baik, asal kau bisa merebut hati kedua orang tuaku kita menikah, namun secepatnya bukan besok."

"Pilihan yang bagus, namun penisku terlanjur mengeras kau harus bertanggung jawab menidurkannya kembali Jeon Jimin"

---------------------------------------------

Aku membuka mataku, kala sinar matahari pagi menerobos masuk kedalam pengelihatanku. Aku memfokuskan pengelihatanku dan tersadar akan sesuatu.

"Jimin?!" Aku meraba sebelahku dan tak ada keberadaan Jimin di sisiku.

"Apa itu semua mimpi?" Aku panik segera aku menyibakan rambutku kebelakang dan memakai alas kakiku, namun saat tersadar aku tak memakai sehelai benangpun. Hatiku lega artinya semalam yang penuh dengan kenikmatan itu bukan mimpi semata.

Aku mengambil kacamata di atas nakasku dan tunggu aroma apa ini? Aku mencium aroma yang sangat wangi dari arah dapur apartementku. Aku meraih handuk yang menggantung di sisi lemariku dan berjalan ke arah dapur.

Mataku terbuka sempurna dan sayup sayup teduh langasung menghadang pengelihatanku.

Jimin yang cantik dengan kemeja putih kebesaranku sedang memasak di dalam dapurku. Oh God pemandangan yang sangat aku sukai di awal pagi yang indah ini.

"Kau sudah bangun?" Tanyanya Sambil terus fokus pada masakannya.

Aku mengangguk dan menghampirinya. Aku duduk di kursi dekat meja dapur itu.

Aku menopang daguku dan terus memperhatikan kegiatannya yang sangat teliti mengiris bawang dan juga cabai di atas papan pengirisan.

"Jangan menatapku seperti itu. Atau aku tebas penismu dengan ini" Jimin menyodorkan pisau dapur ke arahku. Aku neneguk ludahku kasar. Jimin menjadi garang kembali.

"Tak banyak yang bisa ku masak aku hanya membuatkan'mu omelet. Karena yang terdpaat di dalam lemari esmu hanya telur dan mie instan." Aku mengangguk, tak terlalu memperdulikan ia bicara apa yang terpenting aku tetap memandangnya dengan hati yang sangat senang.

"Oh iya satu lagi, aku meminjam kemejamu, maafkan aku karena bajuku terkena itu" Jimin menjeda perkataannya aku langsung memfokuskan otakku. Aku menyunggingkan senyum kala ia menggantung kata katanya.

"Terkena apa sayang?" Aku tersenyum jahil padanya dan dapat terlihat dengan jelas Jimin salah tingkah akan ulahnya sendiri.

"Jangan menatapku dengan tatapan pedopilmu Jeon Jungkook" aku terpekik menahan tawaku kala Jimin mulai merasa terganggu, sungguh menggemaskan.

Aku berjalan menghampirinya. Ku peluk tubuhnya yang hanya sebahuku ini tingginya. Ku hirup rambut hitam nan halus ini. Wangi vanila yang langsung menghantam indera penciumanku, ternyata Jimin cukup feminim dan aku sangat menyukainya.

"Jungkook bisakah kau menyingkir dariku aku terganggu" Ah aku tak memperdulikannya. Aku nyaman memeluknya seperti ini.

Oh Shit.

Penisku.

Aku dapat merasakan bahwa tubuh Jimin menegang kala penisku mengeras dan bersentuhan langsung dengan bokongnya.

"Jeon Jungkook menyingkir atau akan sungguhan aku tebas penis sialanmu itu." apa katanya? Sialan? Sungguh tak tau diri setelah menikmatinya ia malah memakinya.

"Yak Jeon Jimin, kau tak boleh seperti itu penisku ini sudah membuatmu mendesah berkali kali. Bahkan kita melakuaknnya tiga rknde berturur turut tanpa jeda. Bagaimana bisa kau menyebutnya sialan?" seru ku kesal. Aku berjalan menjauhi Jimin dan duduk di atas kursi.

Aku tahu Jimin menahan tawanya sekarang, karena inilah aku, aku akan sangat marah Jika seseroang menghinaku. Cukup dua orang sahabatku yang selalu mengolok olokku.

Nerd? | KookminᴱⁿᵈTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang