Gw masih inget bagaimana Pandu mengantar gw sampai ke stasiunt, bagaimana gw mengucapkan salam perpisahan, dan kami tidak pernah bertemu lagi.
di kota, bapak yg seorang PNS, mendapat rumah dinas baru, semua itu merubah ekonomi keluarga gw sejak bapak naik pangkat.
gw, tentu harus siap dengan gaya hidup yg baru, punya sekolah baru, punya teman baru, bahkan pada hari itu, seolah menjadi titik dari semua hal baru yg gw miliki, dimana ibuk, melahirkan seorang anak perempuan, adik gw, Hanif.
dihari pertama sekolah, gw banyak mendapatkan teman baru, namun yg paling dekat dengan gw, hanya, Tio dan Hendra, 2 anak yg kelak akan menjungkirbalikkan dunia gw, sampai gw gak tau lagi, bagaimana biar gw tetap sadar dengan dunia ini.
siang itu, Tio dan Hendra, banyak membahas tentang cerita-cerita hantu, mulai dari penanggalan jawa (prambon) sampai ke cerita kuntilanak di jln, Taru**ne****, jujur, gw gak peduli dengan itu
semakin lama, cerita itu terus menerus terdengar di telinga gw, sampai, gw akhirnya muak, dan mengatakan, bahwa, gak ada yang namanya kuntilanak, gak ada yg namanya hantu, apalagi percaya pada penanggalan jawa (prambon) semua itu, hanya mitos.
gw masih ingat, Tio dan Hendra tidak terima, jadi, dia menantang gw untuk membuktikan, gw putar pertanyaanya, bagaimana cara gw bisa membuktikanya, entah apa yg gw pikirkan waktu itu, setelah tiba-tiba, Tio dan Hendra mengatakan. "wani merjur gak?" (berani merjur gak?)
gw gak paham apa itu merjur, sampai mereka mulai menceritakanya, dan gw cuma mengerutkan dahi mendengarnya.
"merjur" adalah sebuah tindakan dimana kita, memeras jeruk nipis, di atas darah orang yg meninggal.
terdengar lucu, namun gw, menerimanya. toh, itu semua mitos belaka.
gw tanya dimana bisa mendapatkan darah orang meninggal, dan tampak dua teman baru gw bingung, karena waktu itu, kami hanyalah anak SMP, yg masih terbatas dalam segala hal.
gertakan gw, setidaknya cukup membuat 2 teman gw gak melanjutkan cerita mereka, tidak sampai saat itu.
sekolah SMP gw, hanya berjarak beberapa meter dari pasar, tidak jauh darisana, lalu lalang kendaraan besar menjadi pemandangan yg biasa, seusai bel pulang sekolah, seperti biasa, satpam mengamankan jalan, tidak ada yg aneh dari semua itu, kemudian, terdengar suara orang menjerit
jeritanya, membuat seisi pasar heboh dan kemudian tertuju kepadanya, yg tampak shock melihat pemandangan di depanya.
seorang wanita, terlindas Truk tronton, dimana badanya tergilas, hingga kepala si perempuan memutar mengikuti roda, kejadian itu berlangsung sangat cepat,
namun sialnya, gw melihat semuanya, melihat bagaimana wajah wanita itu, kepalanya tersangkut di sela, antara roda dan kap dalam Ban, rambut panjangnya, melilit bagian bawah mobil, dengan darah yg tercecer di sepanjang jalan. gw, shock. diam, mematung.
selang beberapa lama, insiden itu menimbulkan kehebohan yang tak terkendali, semua anak SMP bahkan memenuhi jalan hanya untuk sekedar melihat pemandangan naas itu, dan entah bagaimana, Tio dan Hendra, menatap ke arah gw, sontak, gw tahu arti tatapan mereka.
gw masih inget, bagaimana gw berdebad, bahwa memeras jeruk nipis di darah korban kecelakaan tadi sangat tidak pantas di lakukan, namun Tio dan Hendra hanya mengatakan bahwa ucapan gw gak lebih dari ucapan seorang yg takut, seorang pengcut yg tidak mau mengakui bhwa mereka itu ada
dengan wajah gemas, gw hanya menjawab. "engkok bengi, mari maghrib, nang kene, tak enteni" (nanti malam, habis maghrib, saya tunggu kalian disini)
Tio dan Hendra, tampak puas mendengar jawaban gw.
seperti yg seharusnya, gw datang sesuai janji pertemuan, di tangan, terdapat kantung kresek, berisikan jeruk yg gw ambil dari dapur, Tio dan Hendra rupanya sudah menunggu, seakan bahwa pembuktianya, di lakukan, malam ini.
berbekal, senter kecil, di jalanan lenggang itu, kami-
mulai mencari, korban sudah tidak ada, jalanan pun tampak sudah bersih, tidak ada bercak darah lagi disini, tidak sampai Tio, menunjuk sesuatu yg merah kehitaman, tanda bahwa ada beberapa bagian jalan, yg luput dari pembersihan. dengan cepat, mereka mulai mengiris jeruk itu.
memberikanya pada gw, yg tiba-tiba mulai ragu.
tatapan Tio dan Hendra adalah tatapan dari teman yg tidak akan pernah gw lupain bahkan hingga saat ini.
gw memeras potongan jeruk nipis itu, meneteskanya pada darah kering itu, yg konon, mereka percayai, bahwa tetesan dari jeruk itu, akan membuat rasa sakit teramat sangat
sehingga mereka, kelak, akan mengejar, sesiapapun yg melakukanya.
dan mulai dari sini, semua akan di mulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
PESAN DARI MEREKA
KorkuSelamat malam. Kali ini, gw ingin menyajikan sebuah cerita yg dulu, sempat booming di sekolah gw, mungkin bukan hanya sekolah gw, lebih tepatnya, semua sekolah di kota gw, tentang sebuah cerita yg masih terpatri dalam ingatan gw, tentang, kehadiran...