Siapa Mbak Lastri?

2.5K 134 4
                                    

"kenapa Yuh, diem saja daritadi" kata Hendra di sekolah.

"gak papa" Dayuh masih bingung, haruskah ia cerita kejadian semalam. "waktu kamu pura pura kemarin, itu beneran kamu sengaja nulis kalau meninggalnya sama kaya mbak yg kita kerjain itu dan namanya juga"

Hendra, mengangguk

"Sulastri" dapat darimana nama itu?" tanya Dayuh, Hendra hanya menatap Dayuh, ia melihat sorot mata berubah seakan penasaran.

"gak tau, tiba tiba nyebut nama itu saja, gak ada rencana juga pakai nama itu" "kenapa memang?" tanya Hendra.

"gak papa" ucap Dayuh, sebelum pergi

Dayuh baru pulang dari sekolah, ia mencari dimana Emak dan Hanif, namun, tak ditemukan juga keberadaan mereka, manakala Dayuh baru saja merebahkan tubuhnya, ia, mendengar seseorang mengetuk pintunya.

"tok tok tok"

Dayuh menunggu, bila itu emak, pasti ia akan memanggilnya

namun, tak ada suara panggilan apapun, hanya ketukan pintu secara terus menerus, membuat Dayuh kehilangan kesabaran, "Mak?"

hening.

pintu terus menerus di ketok, seakan sengaja ingin membuat Dayuh marah, dengan gusar, Dayuh membuka pintu kamarnya.

sepi. tidak ada orang disini.

takut bercampur bingung mulai Dayuh rasakan, maka dengan lelah ia menuju ranjang tidurnya, membiarkan pintunya terbuka begitu saja, agar ia tahu, sesiapa yg sedang mengerjainya, namun, baru saja Dayuh merebahkan badannya, ia tanpa sengaja menemukan berhelai-helai rambut panjang

tersebar di atas ranjangnya, seakan ada yg baru saja meniduri ranjangnya.

tidak ada yg punya rambut sepanjang ini, rambut emak pun tidak sepanjang ini,

Dayuh melihatnya dengan seksama, perasaanya semakin tidak enak, sebelum, ia melihat noda bercak darah di bantalnya,

Dayuh mulai bimbang.

apakah ada hubunganya dengan perbuatanya tempo hari, siang itu juga, Dayuh pergi ke rumah Hendra.

kebetulan, Hendra ada di rumah, melihat Dayuh datang dengan sepedanya, membuat Hendra penasaran, Dayuh menunjukkan hasil temuannya pun dengan pengalamanya kemarin malam.

Hendra yg mendengarnya awalnya tidak percaya seakan Dayuh sedang berusaha mengerjainya, namun, setelah ia-

melihat rambut yg Dayuh tunjukkan, Hendra mengatakan "apa ini rambut mbak yg meninggal itu"

"iya kan?" "trus gimana?" Dayuh bertanya, kini ia mulai bingung dengan prinsipnya sendiri.

"aku gak tahu Yuh, tak kira ini juga cuma mitos, tapi setahuku, dia pasti ngikutin kamu"

"ngikutin bagaimana?" Dayuh bertanya

"ya, kaya semacam marah sama kamu, jadi dia terus gangguin kamu, tapi aneh loh, apa dia gak ngikutin kamu sebenarnya, tapi menetap gitu di rumahmu, toh kamu cuma merasa dia ada kalau di rumahmu kan" Hendra tiba-tiba teringat,

"inget kemarin waktu aku tanya apa kamu punya mbak, apa itu dia, dan ngapain dia di kamar orang tuamu"

Dayuh terdiam, berpikir, lalu mengucap "Hanif"

saat itu juga, Dayuh pergi, ia sekarang tahu, sesuatu, tapi bagaimana ia akan mengatakanya

di rumah, Dayuh melihat emak, sedang menimang Hanif di teras rumah, ia tidak tahu bagaimana akan mengatakanya pada emak atas apa yg ia lakukan.

tepat ketika Dayuh duduk, dan Emak melihatnya, tiba-tiba emak mengatakan sesuatu kepada Dayuh.

"adikmu ini, tiap tak bawa-

-ke rumah tetangga, selalu nangis, tapi begitu di rumah, gak nangis lagi"

Dayuh yg mendengarnya, tidak tahu harus berkomentar apa, sampai, seorang datang dan bertamu di rumahnya, rupanya, tetangga tempat Emak biasa datang, kini ganti berkunjung ke rumah Dayuh

Emak langsung menyambutnya, mengenalkannya kepada Dayuh, ia adalah seorang wanita paruh baya, pensiunan yg sudah lama tinggal di samping rumah Dayuh, selama ini, beliau lebih sering menghabiskan waktu di rumah karena masalah kakinya yg sudah tidak sanggup berjalan jauh

namun, hari ini, ia sengaja datang, karena emak yg mengundangnya.

"ini yg namanya Dayuh, saya sering lihat kamu loh nak, sebenarnya ingin tak sapa, tapi takut, kamu kan tidak kenal sama bu dhe"

wanita itu ramah, wajahnya keibuan, ia duduk di samping Dayuh, sebelum emak pergi-

dapur untuk mengambil minum.

saat tinggal mereka berdua, Dayuh merasa sungkan, sekarang, ia yakin, sosok yg melihatnya tempo hari dari jendelanya pasti adalah dia, tetapi, Dayuh tidak ingin membicarakan itu, sebelum,

"kamu takut, sama mbak Lastri yg sekarang mendiami kamarmu?"

kaget. Dayuh tampak terkejut mendengarnya.

"siapa bu dhe"

"mbak Lastri" kata wanita itu sembari tersenyum tulus.

"siapa mbak Lastri?" tanya Dayuh

"harusnya bu dhe yg tanya, kok bisa dia jauh-jauh cuma ingin nyamperin kamu"

obrolan mereka terputus, manakala emak muncul

membuat Dayuh bertanya-tanya, siapa wanita ini dan apa maksud ucapannya.

wanita itu menghabiskan sepanjang siang mengobrol dengan emak, sesekali ia tampak gemas melihat Hanif, namun, ada sorot mata dimana terkadang, si wanita itu mencuri pandang pada Dayuh, seakan ucapannya berhasil membuatnya kebingungan.

"kalau ada waktu maen lagi ya" kata si wanita pada emak, kemudian, ia melihat Dayuh yg daritadi hanya diam saja.

"Dayuh juga kalau mau maen ke rumah bu dhe, main saja, mungkin Dayuh mau tanya-tanya sesuatu, rumah bu dhe terbuka lebar untuk Dayuh ya"

si wanita itu, pergi.

bingung, saat matahari sudah terbenam, Dayuh termenung menatap rumah bu dhe. apa iya, untuk tahu ia harus kesana, namun ucapanya siang tadi sudah cukup membuat Dayuh paranoid dengan kamarnya sendiri.

"mbak Lastri" dayuh mengulang nama itu.

PESAN DARI MEREKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang