Sebuah Pesan

2.4K 138 2
                                    

Sepulang dari sekolah, Dayuh berhenti di depan sebuah rumah, dari luar, ia masih ragu, namun tekat yg sudah Dayuh kumpulkan sejak tadi kini menyeruak seakan ia memang harus menemui wanita yg akrab ia panggil bu dhe, benar saja, baru saja di bicarakan, bu dhe keluar, menyambutnya

"saya ambilkan minum dulu ya, pasti banyak yg mau kamu ceritakan" kata bu dhe, ia melangkah masuk kedalam

Dayuh melihat rumah bu dhe, yang berbeda dari perkiraanya, ada banyak sekali foto terpampang disana, namun, dari sekian banyak benda yg ada disini, Dayuh lebih tertarik-

terhadap mesin jahit yg ada didepannya.

mungkin setelah pensiun, bu dhe membuka usaha jahit ini, tidak ada yg spesial selain itu, sampai akhirnya bu dhe keluar dengan membawa 2 gelas teh, dan beberapa kaleng kue.

"mau cerita darimana dulu, bu dhe siap dengarkan" kata bu dhe

"saya, mau cerita tentang mbak Lastri bu dhe"

wajah bu dhe tampak tertarik, seakan ia mendengarkan dengan serius, meski ada ekspresi geli di wajahnya seakan itu bukan hal yg mengejutkan, bu dhe langsung mengatakannya.

"kamu apakan dia, kok bisa sampai mengikuti kamu"

"mengikuti bagaimana bu dhe?" tanya Dayuh.

"itu, dia sekarang berdiri di belakang kamu" ucap bu dhe sembari menunjuk Dayuh yg tengah duduk di sofa.

"saya cuma bercanda" kata bu dhe lagi, mencoba mencairkan suasana, Dayuh sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi.

"jadi, kenakalan macam apa yg sudah kamu lakukan sama mbak Lastri ini, sampai ia tidak ikhlas untuk pergi, dan malah mengikuti Hanif"

Dayuh pun menceritakan semua, mulai dari kronologi kecelakaan sampai malam ketika ia melakukan tindakan gegabah itu hanya karena termakan ucapan teman-temannya.

"Dayuh mau ngomong sama mbak Lastri?" tanya bu dhe tiba-tiba.

"bagaimana caranya bu dhe"

"bisa, kita cari makamnya, tapi, sebelum itu, Dayuh minta maaf dulu ya, biar saya panggil dulu" bu dhe masih duduk, ia menatap Dayuh, sebelum perlahan, bu dhe membuka kacamata beliau, ia meletakkanya, kemudian tertidur.

Dayuh tidak tau apa yg terjadi selanjutnya, karena bu dhe tertidur pulas di hadapan Dayuh seakan ia tiba-tiba lenyap begitu saja, sebelum, bu dhe terbangun, kemudian, menangis.

suaranya, begitu memilukan, sorot matanya merunduk, lalu, bu dhe mengatakannya. "namaku Lastri"

suara bu dhe sangat berbeda, seperti kepribadian lain yg bicara, ia tidak menatap Dayuh sedikitpun.

"mbak Lastri" kata Dayuh, nada suaranya gemetar, bulukuduknya merinding, berkali-kali, Dayuh sampai memindahkan posisi duduknya.

"gak usah takut, saya ikutin kamu, tidak ada maksud mencelakai lagi" katanya.


"saya hanya sedih, kenapa kamu bisa-bisanya melakukan itu, hal yg tidak pantas di lakukan terhadap mereka yg seharusnya sudah terputus dari dunia"

Dayuh masih diam.

"seharusnya, hanya menunggu beberapa bulan lagi, saya punya anak, tapi ternyata, nasib saya tidak sebaik itu. kmu tidak perlu minta maaf lagi, saya juga akan pergi dengan sendirinya. sampaikan saja, pesanku ini, kalau bertemu keluarga saya nanti, saya pamit"

bu dhe kembali tidur

sesaat setelah bu dhe terbangun, ia melihat Dayuh, tampak shock, tidak banyak yg di bicarakan setelah itu, namun, bu dhe mengatakannya, "anak saya sudah tahu dimana almarhumah di kuburkan, besok, ajak temanmu ikut, kita minta maaf sama2, sementara, biarkan beliau melihat adikmu"

"jadikan pelajaran saja, tidak etis memperlakukan seseorang yg sudah meninggal dengan melakukan hal semacam itu, mereka sudah terputus dari tugas di dunia, mereka masih pantas di hormati oleh yg masih hidup"

"kasih tahu temanmu juga, kalau mereka ingin melihat pocong, suruh nemuin bu dhe, nanti tak tunjukin dimana bisa lihat pocong, biar temenmu gak cari-cari lagi, makhluk seperti itu. paham ya, dayuh"

Dayuh pergi pulang, ia sekarang tahu, siapa sosok yg ia lihat itu,

mungkin, sosok menyerupai hanif adalah janin yg seharusnya lahir dari rahim mbak Lastri namun, ia gagal lahir ke dunia, dan parahnya, Dayuh malah menabur garam di luka mbak Lastri, keesokan harinya, Dayuh mengajak Hendra dan Tio, menemui bu dhe, dan mereka pergi ke makam Lastri

PESAN DARI MEREKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang