3. Penguntit (2)

57 7 4
                                    

"Tidak Bel, tempatmu bukan disini. Jangan salah paham kepadaku apalagi berusaha membodohi ku". Kata itu selalu terngiang di kepalaku akhir akhir ini, kata terakhir yang aku sampaikan kepadanya. Kepada gadis pemilik senyum hangat ber syal merah.

***
Hari ini mata kuliah pagi kosong karena dosenku izin tidak berangkat. Tapi karena di beri tau mendadak dan aku sudah terlanjur berangkat ya sudah akhirnya aku mencari tempat untuk sekedar duduk dan menghirup udara segar. Bangku panjang, tumbuhan rindang serta semilir angin membuatku ingin tidur saja.

Anehnya siang ini begitu sepi, hanya suara daun daun bergesekan terkena angin. Sayang, sedang asyik menikmati suasana indah ini, aku di kejutkan oleh sepasang mata yang aku tau kalau sedang cuti curi pandang ke arahku.

Iya, aku tidak salah lihat. Di balik pohon yang jaraknya hanya beberapa meter dari arahku, aku melihat orang itu lagi. Badannya lumayan tinggi, mengenakan topi dan masker yang sama seperti terlihat kali di lihat di cafe.

Dia muncul begitu saja dan membuatku hampir terlonjak dari tempat duduk. Dia berjalan santai ke arahku, sekelebat benda mengkilap itu muncul lagi dari balik sakunya. Hey, dimana orang lain. Ingin aku berteriak saja rasanya. Tapi suaraku tercekat, dan aku sama sekali tidak bisa bangun dari tempat duduk.

Mataku tajam memandang ke arahnya, mengamati setiap gerak geriknya. Badanku panas dingin, dia tetap maju tanpa menghiraukan ekspresi ketakutanku. Tangannya merogoh saku jaketnya, oh tidak! Pisau! Aku yakin itu pisau!

Beberapa detik aku merasa seperti tidak bisa bernafas sampai kemudian orang itu mengulurkan secarik kertas kepadaku. Apa ? Hanya secarik kertas ? Aku terima itu degan tangan gemetar luar biasa. Sekian detik aku melihatnya berbalik arah dan pergi, mataku tetap lekat memandang tangannya yang asik memainkan benda di dalam sakunya.

"Tan bangun" aku terlonjak kaget saat Erina menggoncang tubuhku. Ahh sial, ternyata aku ketiduran. Bersyukur sekali aku bisa melewati mimpi yang menegangkan itu. "Kenapa tidur disini sih Tan?", "Emmm lagi gak ada kelas", jawabku sambil memeriksa isi tasku.

Hanya ingin memastikan tidak ada yang hilang selama aku tidur tadi. Tapi tunggu, ada benda yang belum pernah aku lihat sebelumnya, secarik kertas berwarna biru yang terlipat rapi.

Bagaimana bisa berada disini? Padahal aku hanya melihatnya di mimpiku tadi. "Kamu yang taruh ini di tasku ?" Tanyaku pada Erina sambil kebingungan. "Gak tuh, aku aja baru sampe sini. Itu apaan ? Surat ?".

Tidak! Aku harus segera membawanya dari sini, aku tidan ingin ada yang tau sekalipun itu Erina. Tapi harus ku apakan kertas ini ? Aku sama sekali tidak ingin membaca pesan di dalamnya

Sekian untuk bagian tiga. Jangan lupa untuk klik bintang dan beri kritik maupun saran di kolom komentar ya. Sampai jumpa di bagian selanjutnya.
Love you

Syal Merah (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang