11. Takut

14 3 3
                                    

Ahh hujan lagi, batinku. Aku berlari kecil sambil menutup kepalaku dengan tas. Setelah menemukan tempat yang pas aku pun berteduh. Aku mengusap rambut dan bajuku, tidak terlalu basah memang tapi cukup membuatku merasa dingin. Malam ini aku duduk sendiri disebuah gazebo yang biasanya dilalui sepulang kerja. Sebenarnya aku tidak pernah sekedar duduk disini jika bukan karena berteduh dari hujan.

Seorang wanita datang dan ikut duduk di sebelahku, padahal dia membawa payung tapi memilih untuk berteduh. Atau mungkin jarak ke rumahnya masih jauh, entahlah. Dia mengenakan mini dress berwarna coklat, rambutnya terurai dan terlihat sedikit kacau. Jari-jarinya tidak bisa diam dan memainkan kain roknya.

Ingin aku sapa untuk menghangatkan suasana, tapi aku urungkan. Dari gerak geriknya seperti seorang yang sedang gugup atau mungkin baru saja mengalami rasa takut. Ponselku bergetar, ternyata Erina mengirim pesan untuk tetap di tempatku sekarang dan akan menyusul untuk membawakan payung.

“Ini mba pakai saja payungku..” sontak aku kaget. Darimana perempuan itu tau apa yang ada di pikiranku. Suaranya parau, lemah dan pelan. “Ah, gak usah mba sebentar lagi teman saya mau menyusul.” jawabku. “Sudah mba pakai saja, lagipula sebentar lagi saya di jemput pakai mobil.” Dia menghadapku sambil menyerahkan payungnya.

Karena sedikit di paksa dan aku merasa tidak enak kalau menolak akhirnya aku terima tawarannya. Aku bergegas meninggalkan gazebo beserta wanita itu sendirian. Setelah beberapa menit berjalan, aku menoleh dan mendapati perempuan itu masuk pada sebuah mobil dengan tergesa. Ada apa? Pikirku. Pasti ada sesuatu yang benar-benar membuatnya takut.

Deg, ada sebuah mata yang sedang memandangku saat mobil yang di kendarai wanita itu melaju. Sosok itu duduk pada tempat dimana tadi aku duduk. Apakah itu yang membuat wanita tadi ketakutan?

Sebentar, orang itu bangkit lalu berjalan menuju ke arahku dengan tatapan yang membuatku takut. Pria Misterius. Itu yang ada di benaku sekarang. Dengan sisa keberanian aku percepat langkahku. Tapi tidak, langkahnya yang cepat dan lebar membuat jarak kami semakin dekat.

Hingga aku menabrak seseorang, brukk. “Ahh maaf...” aku menegakan kepala dan berangsur tenang “Erina...tolong,” kataku sambil gemetar. Erina datang di saat yang tepat, dia menanyaiku dengan khawatir, “Kenapa? Kamu habis di kejar apa sih.” Aku terdiam.
Saat aku menoleh ke belakang Pria Misterius itu sudah tidak ada.

Sekian untuk bagian ini. Terimakasih sudah membaca 😊, jangan lupa bintang dan komentarnya yaa...
Sampai jumpa di bagiann selanjutnya
Love you ❤️

Syal Merah (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang